PENUTUP A. tradisi ziarah kubur studi kasus perilaku masyarakat muslim karawang yang mempertahankan tradisi ziarah pada makam syeh quro di kampung pulobata karawang tahun 1970-2013

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kajian skripsi ini ingin melihat masyarakat Karawang sekarang yang lekat dengan kegiatan industri, ternyata masih ada tradisi-tradisi setempat, salah satunya tradisi ziarah kubur di makam Syeh Quro. Kenyataan lapangan, penulis melihat tradisi tersebut masih tetap eksis, persoalannya mengapa pada masyarakat Karawang tradisi ziarah masih bertahan? Menurut asumsi penulis, bahwa kebertahanan tradisi ini tidak terlepas dari peran Syeh Quro terhadap penyebaran agama Islam di Tatar Sunda khususnya di Karawang, Sehingga Masyarakat Karawang masih menjaga tradisi ziarah kubur tersebut. 1 Upacara ziarah kubur yang dilakukan oleh sebagian umat Islam masih dipertahankan, terutama oleh kalangan masyarakat. Ziarah kubur yang dilakukan di makam telah memberikan tambahan ekonomi kepada penduduk sekitar lokasi kuburan keramat, sehingga masyarakat banyak yang berjualan makanan, keperluan ziarah, oleh-oleh bagi para peziarah. 2 Bagi tokoh-tokoh agama tertentu, terutama bagi kalangan tradisional upacara tradisi lokal ini bermanfaat untuk alat mobilisasi masyarakat kelas bawah, alat politik bagi tokoh-tokohnya, dan menjadikan sumber ekonomi bagi tokoh keagamaan setempat. 1 Survei Penulis misalnya pada tanggal 5, 12 Oktober 2013 di Kampung Pulobata, Desa Pulo Kalapa, Kecamatan Lemahabang Wadas, Kabupaten Karawang.Dalam praktek tradisi tersebut mereka masih mempertahankan tradisi ziarah di makam Syeh Quro. Yang datang ke makam Syaikh Quro untuk berziarah dari berbagai kalangan masyarakat baik dari wilayah Karawang maupun dari luar Karawang. 2 Hasil peneleitian penulis hal ini juga sama seperti di makam Syeh Quro,terutama pada malam Sabtu 2 Bila dilihat secara mendalam, maka tradisi yang masih dipertahankan oleh sebagian besar umat Islam di Indonesia adalah benar-benar peninggalan nenek moyang yang masih primitif atau pra Islam. 3 Upacara tradisi lokal yang hampir seluruhnya merupakan peninggalan-peninggalan pra Islam yang tetap dipertahankan oleh masyarakat. Dengan berbagai nilai Islam, 4 tradisi-tradisi tersebut berusaha untuk diakulturasikan 5 kedalam Islam dan disatukan sedemikian rupa agar terlihat Islami. Jadi, kegiatan ziarah kubur dikatakan sebagai syiar Islam karena dapat mengingatkan seseorang tentang akhirat, yang selanjutnya dapat memacu untuk lebih giat beribadah dan meningkatkan ketaqwaan. Peziarah dapat berbuat baik kepada yang sudah meninggal dikuburannya dengan mengucapkan salam, mendoakannya, memohon ampun dan mengambil pelajaran-pelajaran dari riwayat hidup orang yang sudah meninggal tersebut. Selain itu, tidak jarang bahwa peziarah juga sering melakukan tawassul. 6 Keberadaan daerah Karawang, telah dikenal sejak masa kerajaan Padjajaran yang berpusat di Bogor, karena pada masa itu Karawang merupakan satu-satunya jalur lalu lintas yang sangat penting sebagai jalur transportasi 3 Ayatrohaedi, Sunda Kala Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah Panitia WangsakertaCirebon, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2005, Cet.I, h. 136 4 Yang dimaksudkan dengan nilai-nilai Islam disini adalah seperti membaca Yasin, Dzikir, Tahlil. 5 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Aksara Baru, 1980, h. 262 6 Tawasul diartikan sebagai suatu atau seseorang sebagai perantara jalan yang dapat menyampaikan sesorang hamba pada tuhannya, hal ini terlihat ketika ia berdoa. Objek Sesuatu adalah Nabi, wali atau orang tertentu yang dianggap mulia atau suci, terlepas apakah sesorang masih hidup atau sudah meninggal, degan berdasarkan anggapan bahwa orang-orang biasa selain para nabi, wali, dan orang suci lainnya kotor karena penuh dengan dosa yang membuat ia menjadi sangat jauh dari Tuhan, maka untuk menghubungkan kepada Tuhan diperlukan Tawassul dari orang-orang suci. Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992, h. 938