Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

2 Bila dilihat secara mendalam, maka tradisi yang masih dipertahankan oleh sebagian besar umat Islam di Indonesia adalah benar-benar peninggalan nenek moyang yang masih primitif atau pra Islam. 3 Upacara tradisi lokal yang hampir seluruhnya merupakan peninggalan-peninggalan pra Islam yang tetap dipertahankan oleh masyarakat. Dengan berbagai nilai Islam, 4 tradisi-tradisi tersebut berusaha untuk diakulturasikan 5 kedalam Islam dan disatukan sedemikian rupa agar terlihat Islami. Jadi, kegiatan ziarah kubur dikatakan sebagai syiar Islam karena dapat mengingatkan seseorang tentang akhirat, yang selanjutnya dapat memacu untuk lebih giat beribadah dan meningkatkan ketaqwaan. Peziarah dapat berbuat baik kepada yang sudah meninggal dikuburannya dengan mengucapkan salam, mendoakannya, memohon ampun dan mengambil pelajaran-pelajaran dari riwayat hidup orang yang sudah meninggal tersebut. Selain itu, tidak jarang bahwa peziarah juga sering melakukan tawassul. 6 Keberadaan daerah Karawang, telah dikenal sejak masa kerajaan Padjajaran yang berpusat di Bogor, karena pada masa itu Karawang merupakan satu-satunya jalur lalu lintas yang sangat penting sebagai jalur transportasi 3 Ayatrohaedi, Sunda Kala Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah Panitia WangsakertaCirebon, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2005, Cet.I, h. 136 4 Yang dimaksudkan dengan nilai-nilai Islam disini adalah seperti membaca Yasin, Dzikir, Tahlil. 5 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Aksara Baru, 1980, h. 262 6 Tawasul diartikan sebagai suatu atau seseorang sebagai perantara jalan yang dapat menyampaikan sesorang hamba pada tuhannya, hal ini terlihat ketika ia berdoa. Objek Sesuatu adalah Nabi, wali atau orang tertentu yang dianggap mulia atau suci, terlepas apakah sesorang masih hidup atau sudah meninggal, degan berdasarkan anggapan bahwa orang-orang biasa selain para nabi, wali, dan orang suci lainnya kotor karena penuh dengan dosa yang membuat ia menjadi sangat jauh dari Tuhan, maka untuk menghubungkan kepada Tuhan diperlukan Tawassul dari orang-orang suci. Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992, h. 938 3 hubungan antara kedua Kerajaan besar, yakni Kerajaan Padjajaran dengan Kerajaan Pakuan yang berpusat di Ciamis. 7 Adapun bukti yang menguatkan adanya pelabuhan karawang di Kampung Bunut Kelurahan Karawang Kulon di dekat Masjid Agung karawang yang di bangun oleh Syeh Quro yaitu ditemukannya kapak batu Neolit, beberapa kepingan uang VOC dari tembaga dan uang Gulden dari bahan perak, pecahan- pecahan porselen dari Tiongkok dan sebuah makam Embah Dalem yang tidak lain adalah wakil raja yang memerintah di suatu wilayah penguasa setempat. 8 Kesinambungan budaya terlihat pada masa Islam, tradisi megalitik pra sejarah yang mengagungkan roh leluhur dan menjadi ciri dari lokal masyarakat Karawang pada masa itu, berlanjut hingga masa Islam. Terpeliharanya makam para tokoh dan sesepuh karawang pada masa lalu, makam Syeh Quro merupakan contoh dari kesinambungan budaya tersebut. 9 Karawang termasuk salah satu kabupaten yang penduduknya masih kuat memegang adat-istiadat, tradisi nenek moyang atau leluhur. 10 Berbagai ritual yang berkaitan dengan kehidupan masih dilaksanakan oleh sebagian masyarakat Karawang. Selain itu di kabupaten Karawang terdapat situs-situs bersejarah atau yang dianggap bersejarah oleh masyarakat setempat. 11 7 Tjetjep Supriadi, Sejarah berdirinya Kabupaten Karawang,Bandung: Theme 76,h. 29. 8 Syamsurizal, Ikhtisar Sejarah singkat Syeh Qurotulain, Karawang: Mahdita, 2009, h. 11. 9 NinaHerlina Lubis, dkk., Sejarah Kabupaten Karawang, Karawang: Pemerintah Kabupaten Karawang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,201, h. 60-61 10 Tradisi ziarah kubur yang masih dipertahankan oleh masyarakat Karawang dan sekitarnya. 11 Diantara situs-situs yang bersejarah tersebut yaitu Situs Batu Jaya, Tugu Proklamasi, situs makam Syeh Quro,dan lain-lain. 4 Keberadaan situs-situs tersebut masih dianggap fungsional oleh sebagian masyarakat Karawang serta dari luar Karawang, indikator utamanya adalah dalam momen-momen tertentu cukup banyak orang yang melakukan ziarah salah satunya adalah makam Syeh Quro yang berada di Pulobata Desa Pulokalapa Kecamatan Lemahabang Wadas Kabupaten Karawang yang sering didatangi oleh para peziarah untuk berbagai kepentingan. 12 Karawang pada masa Islam juga merupakan kawasan penting 13 pelabuhan Caravan yang sudah eksis sejak masa Kerajaan Sunda tampaknya terus berperan hingga masa Islam. Salah satu situs arkeologi dari masa Islam di Karawang adalah makam Syeh Quro. Menurut tulisan yang tertera pada panil di depankomplek makam, Nama lengkap Syeh Quro adalah Syech Qurotul Ain. Menurut naskah Purwaka Caruban Nagari, Syeh Quro adalah seorang ulama yang juga bernama Syeh Hasanudin. Beliau adalah putra ulama besar Perguruan Islam dari negeri Campa yang bernama Syech Yusuf Siddik yang masih ada garis keturunan dengan Syech Jamaluddin serta Syech Jalaluddin ulama besar Mekah. Pada tahun 1418 datang di Pelabuhan Muara Jati, daerah Cirebon. Tidak lama di Muara Jati, kemudian pergi ke Karawang dan mendirikan pesantren. Disebutkan bahwa letak bekas pesantren Syeh Quro berada di Desa Talagasari, Kecamatan Talagasari, Karawang. Di Karawang dikenal sebagai Syeh Quro karena beliau adalah seorang yang hafal Al-Quran hafidz dan sekaligus qori yang bersuara merdu. Sumber lain mengatakan bahwa Syeh Quro datang di 12 NinaHerlina lubis dkk., Sejarah Kabupaten Karawang, h. 75 13 Karawang merupakan salah satu dari tujuh pelabuhan yang berada dikekuasaan Kerajaan Sunda. Melalui pelabuhan tersebut maka dimulailah perkembangan agama Islam di Karawang. 5 Jawa pada 1416 dengan menumpang armada Laksamana Cheng Ho yang diutus Kaisar Cina Cheng Tu atau Yung Lo raja ketiga jaman Dinasti Ming. 14 Setelah melakukan penyebaran agama Islam di Karawang Syeh Quro kemudian menjalani hidup menyendiri di Kampung Pulobata, Desa Pulokalapa. Di kampung ini beliau melakukan ujlah untuk mendekatkan diri kepada Allah agar memperoleh kesempurnaan hidup.Demikian ini beliau lakukan hingga akhir hayat. 15 Makam Syeh Quro berada pada lahan seluas 2.566 m dengan Koordinat 107 28 90, 00 BT, 06 15 10,10 LS. Lokasi makam Syeh Quro dibangun diatas sisa reruntuhan bata, sisa reruntuhan bata itu dua diantaranya masing-masing berukuran 16 X 18 X 11 cm dan 16 X 19 X 10 cm. Makam Syeh Quro sering terjadi perdebatan antara peziarah dengan generasi penerus penemu makam Syeh Quro, mereka yang mempercayai bahwa di Pulobata tersebut bukanlah makam tetapi makom, akan tetapi generasi penemu makam Syeh Quro mempunyai bukti bahwa makam di Pulobata adalah benar makam Syeh Quro karena ada surat keputusan dari kerajaan Cirebon yang tembusannya sampai ke Presiden RI yang ke-2. 16 Komplek makam berada di sebelah selatan jalan desa, sebelum memasuki komplek makam tepatnya disebelah timur terdapat lahan parkir dan lahan untuk berjualan. Bangunan di komplek pemakaman ini merupakan bangunan baru hasil 14 Dewan Keluarga Masjid Agung Karawang. Sejarah dan Peranan Masjid Agung Karawang dalam Pembinaan Umat yang Beriman dan Bertakwa, Karawang: DKM Agung Karawang, 1993, h. 21. 15 Syamsurizal, Ikhtisar Sejarah singkat Syeh Qurotulain, h.14 16 Surat keputusan dari keluarga besar mahkota pangeran Jayarata Adiningrat XII, dalam surat tersebut ditunjukan kepada Kepala Desa Pulokalapa, pada tanggal 05 November 1992. 6 renovasi. Pada bagian depan terdapat pembatas berupa pagar tembok dengan hiasan lengkung dan setiap puncak lengkung pagar diberi hiasan berupa kubah masjid, sedangkan sisi-sisi lengkungan pagar berhias kaligrafi. Di sebelah barat gerbang terdapat salah satu sumur dari sumur-sumur keramat yang berada di komplek makam, sedangkan disebelah timur gerbang terdapat panil bertuliskan Ingsun titi masjid langgar lanfakir miskin anak yatim Dhuafa. 17 Pada halaman komplek makam juga terdapat masjid 18 dan cungkup makam Syeh Quro. Bangunan cungkup merupakan bangunan inti yang terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian depan merupakan ruang terbuka, bagian tengah diperuntukan peziarah yang ingin berdoa, dan bagian makam merupakan makam Syeh Quro. Nisan makam terbungkus kain putih. Akan tetapi para peziarah tidak diperbolehkan masuk ke ruangan ini hanya sampai di depan pintu masuk. Sementara dibagian depan pintu masuk terdapat peralatan ziarah seperti tempat pembakaran kemenyan, botol air mineral yang berisi air sumur keramat yang dinamakan sumur awisan. Sekarang ini makam Syeh Quro menjadi tujuan wisata Ziarah dari berbagai kota khususnya pada setiap jum‟at malam sabtu ritual malam sabtuan. 19 17 Wawancara Pribadi dengan Oman Rohman tulisan itu merupakan pesan Syeh Quro, Karawang 12 Oktober 2013, pukul 13.30 WIB 18 “Menurut sumber tradisi, masjid ini oleh Syeh Quro dibungkus saputangan untuk kemudian dipindahkan ke Cirebon melalui “mata batin”nya. Masjid yang sekarang ada merupakan “replica ulang” dari masjid tersebut, sedangkan masjid pindahan di Cirebon bernama Astana Gunung Jati ” wawancara pribadi dengan Oman Rohman, kuncen Makam Syeh Quro, 12 Oktober 2013, , pukul 13.30 WIB 19 Ritual sabtuan diadakan sesuai dengan hari ditemukannya makam Syeh Quro yaitu pada hari jumat malam. Pada awalnya ritual malam sabtuan hanya dilakukan oleh masyarakt sekitar yang ingin mendoakan Syeh Quro yang dianggap berjasa menyebarkan agama Islam di Tatar Sunda khususnya Karawang. Namun, ritual ini terus berkembang hingga kepelosok daerah lainnya di luar Karawang dan menjadi tradisi dalam mengaharapkan berkah. Ditunjang dengan adanya mitos pohon quldi di halaman belakang komplek pemakaman Syeh Quro yang biasa 7 Makam Syeh Quro sering dikunjungi peziarah terutama pada malam Sabtu, mengapa malam Sabtu karena makam Syeh Quro ini ditemukan pada malam Sabtu, yang kemudian dijadikan sebagai kegiatan tawasul Sabtuan rutin yang kini diikuti oleh ribuan peziarah.Di tempat ini ada pula makam Syeh Bentong Syekh Abdulah Dargom, 20 santri Syeh Quro. Makam Syeh Quro terletak di Dusun Pulobata Desa Pulo Kalapa Kecamatan Lemahabang Wadas Kabupaten Karawang. Lokasi makam penyebar agama Islam tertua, yang lebih dulu dibandingkan Wali Songo tersebut, berada sekitar 30 km ke wilayah timur laut dari pusat Kota Karawang. Adapun yang membedakan tradisi di makam Syeh Quro dengan tempat lainnya adalah kuncen, tradisi bakar kemenyan,dan hanya dilakukan pada tradisi malam sabtuan 21 atau peringatan Haul ditemukannya makam Syeh Quro. Menurut hasil wawancara dengan salah satu kuncen mengatakan bahwa: 22 “bakar kemenyan, yang dikatakan dengan bakar kemenyan disini adalah bukan karena hal mistik ataupun gaib melainkan dengan bakar kemenyan tersebut sebagai perantara kita pada Allah dengan mengambil hakikatnya pada api”. Keberadaan makam Syeh Quro mempunyai dampak terhadap perekonomian 23 dan pengaruh politik 24 terhadap masyarakat yang berada di mendatangkan berkah bagi peziarah yang mendapatkan buah quldi tersebut. Peziaarah yang datang tidak hanya masyarakat kalangan menengah ke bawah melainkan juga beberapa pejabat karawang dan luar karawang wawancara pribadi dengan Oman Rohman, kuncen makam Syaik Quro, 12 Oktober 2013, pukul 13.30 wib 20 Ajip Rosidi, dkk.,Ensiklopedi Sunda : Alam, Manusia dan BudayaTermasuk Budaya Cirebon dan Banten, Jakart: PT Dunia Pustaka , 2000, h. 638 21 Tradisi malam sabtuan berasal dari awal mulanya ditemukan pada malam sabtu oleh seorang yang bernama Raden Somaredja alias ayah Dji‟in. 22 Wawancara pribadi dengan bapak Jojo, Karawang, 12 oktober 2013 pukul 11.00 wib 23 Salah satunya adalah membawa keberkahan bagi para pedagang yang berjualan di sekitar makam. 8 sekitar, dimana ada diantaranya satu partai politik 25 yang mendukung kegiatan acara tersebut terutama pada waktu-waktu tertentu, salah satu bentuk dukungannya adalah memberikan bantuan berupa materil maupun non materil dalam rangka kegiatan yang berlangsung pada acara tersebut, seperti acara Haul 26 di makam Syeh Quro. Peran pemerintahan Desa dan Pemerintah Kabupaten Karawang turut ikut serta dalam setiap kegiatan besar yang diadakan oleh masyarakat Pulobata. 27 Salah satu kesenian yang diadakan adalah kesenian wayang golek, 28 acara do‟a dan Dzikir bersama. Menurut hasil wawancara penulis ada figur partai politik 29 yang mempunyai keinginan untuk menjabat salah satu jabatan di Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah datang ke makam Syeh Quro berziarah dengan tujuan mendapatkan jabatan tersebut, tentunya dengan hati dan niat yang tulus maka semuanya itu akan terlaksana. Tradisi malam Sabtuan diadakan karena penemuan makam pada malam Sabtu, kata “Sabtu” berasal dari bahasa arab “Sab‟ah” yang artinya hari ke tujuh. 24 Pengaruhnya terhadap politik adalah kemenangan bagi partai politik tersebut seperti pada masa pemilu 25 Partai politik yang mendukung kegiatan tersebut adalah PKB , karena merupakan aliran NU yang masih mendukung adanya kegiatan tradisi tahlil, dzikir, dan ziarah Kubur. hasil wawancara pribadi dengan bapak Jojo, Karawang, pukul 11.00 wib 26 Haul adalah awal ditemukannya makam Syeh Quro bukan tahun wafatnya, hal ini didapatkan oleh penulis menurut hasil wawancara. 27 Wawancara pribadi dengan bapak Jojo, Karawang, 12 oktober 2013 pukul 11.00 wib 28 Wayang Golek merupakan kesenian tradisional dari Jawa Barat yaitu kesenian yang menampilkan dan membawakan alur sebuah cerita yang bersejarah. Wayang Golek ini menampilkan golek yaitu semacam boneka yang terbuat dari kayu yang memerankan tokoh tertentu dalam cerita pawayangan serta dimainkan oleh seorang Dalang dan diiringi oleh nyanyian serta iringan musik tradisional Jawa Barat yang disebut dengan degung. 29 Yangdimaksud dengan figure partai politiknya adalah Megawati dan Dede yusuf ,yang ingin menjabat sebagai pemimpin daerahGubernur Jawa Barat Dede Yusuf, pemimpin pusat presiden Megawati. hasil wawancara pribadi penulis dengan BapakJojo,Karawang 12 Oktober 2013,pukul 13.30 wib. 9 Ritual Sabtuan diadakan sesuai dengan hari ditemukannya makam Syeh Quro yaitu pada hari jumat malam sabtu. Pada dasarnya ritual malam Sabtuan hanya dilakukan oleh masyarakat sekitar yang ingin mendoakan Syeh Quro karena dianggap berjasa dalam menyebarkan Agama Islam di Tatar Sunda khususnya Karawang. Namun, ritual ini terus berkembang hingga kepelosok daerah lainnya sampai ke luar wilayah Karawang dan menjadi tradisi dalam mengaharapkan berkah. Ditunjang dengan adanya mitos pohon Quldi yang terdapat pada bagian belakang komplek pemakaman Syeh Quro dapat mendatangkan berkah bagi peziarah yang mendapatkan buah Quldi tersebut. Peziarah yang datang tidak hanya masyarakat kalangan menengah ke bawah melainkan juga beberapa pejabat karawang dan luar karawang. 30 Dalam mempertahankan tradisi ini pemerintah Kabupaten Karawang mendukungnya karena merupakan warisan budaya yang harus tetap dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat sekitar, adapun kegiatan rutin yang sering diadakan di makam Syeh Quro seperti Haul, pihak pemerintah ikut serta dalam kegiatan acara tersebut, jadi menurut penelusuran penulis sampai saat ini kenapa tradisi di makam Syeh Quro masih dipertahankan, karena tradisi ini merupakan warisan budaya dari leluhur mereka sejak zaman dahulu. 31 Menurut penjelasan kuncen tradisi Haul yang dilaksanakan di makam Syeh Quro adalah bukan peringatan haul wafatnya Syeh Quro melainkan awal mula ditemukan makam Syeh Quro. Karna biasanya orang memahami tradisi haul 30 Hal ini berdasarkan penelitian penulis, yang datang langsung ke Makam Syeh Quro pada tanggal 12 Oktober 2013, dengan mewawancarai Bapak Jojo,pukul 13.30 wib. 31 Wawancara pribadi dengan bapak H Firmanstaf Arsip Daerah Karawang, Karawang, 01 November 2013 pukul 13.30 wib. 10 adalah peringatan tahun kematian orang tersebut, hal ini pulalah yang membedakan tradisi ziarah di makam Syeh Quro dengan tradisi ziarah di tempat ziarah lainnya. 32 Setiap malam Sabtu akhir bulan Syaban ribuan jamaah mengadakan dzikir dan tawasul akbar di makam Syeh Quro di Dusun Pulobata Desa Pulokalapa Kecamatan Lemahabang Wadas Kabupaten Karawang. Namun demikian, kegiatan rutin tawasulan pun tetap dilaksanakan setiap malam Sabtu yang lebih dikenal dengan Malam Sabtu-an di Syeh Quro. Ribuan Jamaah tersebut selain berasal dari daerah sekitar juga berasal dari Subang, Bekasi, Purwakarta, Jakarta, Cirebon, Bandung, Bogor dan lain-lain Hasil penelitian penulis masyarakat yang datang untuk berziarah ke makam Syeh Quro datang secara rombongan dan ada juga yang datang secara individu, tapi sejauh ini hasil penelitian penulis yang datang kesini adalah secara berombongan terutama pada acara haul yang di adakan di makam Syeh Quro, setiap acara haul tempat di sekitar makam Syeh Quro penuh karena yang datang dari berbagai kalangan dan golongan. Adapun kegiatan khusus yang diadakan pada tempat ini yaitu kegiatan ceramah dan pementasan wayang golek. 33 Dari sudut perekonomian kedatangan para peziarah khususnya di malam sabtu, menguntungkan bagi masyarakat yang ada disekitar karena mendapat keberkahan dari hasil berjualan. Untuk saat ini pengelolaan tempat masih di kelola oleh masyarakat Pulobata. Di tempat Syeh Quro ada 2 tempat yang pertama 32 Wawancara penulis dengan beberapa kuncenyang diantaranya adalah bapak Jojo dan bapak Entis mantan Kepala Desa Pulobata, Karawang, 12 Oktober 2013, pukul 13.00 wib. 33 Hasil penelitian penulis pada tanggal 5 Juli 2013, saat acara Haul di makam Syeh Quro, dengan berbagai macam kegiatan salah satunya Doa dan Dzikir bersama, Tawasulan dan lain-lain. 11 makam Syeh Quro dan yang kedua makam Syeh Bantong acara ziarah yang biasa di lakukan jumat malam sabtu di mulai dari pukul 22.00-02.00 WIB, bahkan ada juga peziarah yang sampai menginap di lingkungan ini. 34

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah Dari latar belakang pemikiran diatas timbul permasalahan yang dapat diidentifikasikan, antara lain persoalan mengenai kebertahanan tradisi ziarah kubur pada makam Syeh Quro di Kampung Pulobata Karawang dan tahapan- tahapan dalam pelaksanaan ziarah di makam Syeh Quro. 2. Pembatasan Masalah Berdasarkan gambaran yang tertuang dari latar belakang diatas, penulis merasa perlu untuk memberikan batasan kajian dan merumuskan terlebih dahulu masalah yang akan dibahas oleh peneliti agar arah tujuan dan sasaran yang akan disampaikan lebih jelas dan terarah. Dengan demikian penelitian ini difokuskan pada “Tradisi ziarah kubur studi kasus perilaku masyarakat muslim Karawang yang mempertahankan tradisi ziarah pada makam Syeh Quro di kampung Pulobata Karawang tahun 1970-2013 .” 3. Rumusan Masalah Masalah pokok dalam penelitian ini adalah, mengapa tradisi ziarah kubur masih bertahan di masayarakat Karawang? Adapun Sub masalahnya sebagai berikut: a. Bagaimana makna ziarah kubur menurut pandangan Islam? 34 Wawancara pribadi dengan bapak Thamrin, kuncen makam Syeh Quro, Karawang 17 Maret 2013 pukul 10.00 wib 12 b. Bagaimana proses pelaksanaan ziarah kubur di makam Syeh Quro?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan skripsi ini ditunjukan untuk mencapai beberapa tujuan, yang diantaranya adalah : 1. Untuk mengungkapkan bagaimana makna ziarah Kubur menurut pandangan Islam. 2. Untuk mengungkapkan bagaimana proses pelaksanaan ziarah kubur di Makam Syeh Quro.

D. Metode Penelitian

Adapun dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan Sosiologi melalui ilmu bantu Grandrich riset melakoni sebagai pelaku dalam suatu peristiwa yang sedang diteliti dengan cara ikut andil dalam kegiatan tersebut, dan Antropologi yaitu Mengungkapkan nilai-nilai yang mendasari pelaku tokoh sejarah, status dan gaya hidup, sistem yang mendasari pola hidup.Jadi dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan Antroplogi, dan Sosiologi. 35 Berdasarkan sistematika dalam metode penelitian sejarah ada 4 tahap yang harus dilalui, yakni Heuristik, Verifikasi, interpretasi, dan historiografi. 36 1. Pengumpulan data Pada bagian ini penulis mencari dan mengumpulkan data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan pembahasan penulisan skripsi ini, baik sumber Primer maupun sumber Sekunder. Sumber data primer merupakan buku-buku, naskah- 35 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992, h. 4-5, 144-156. 36 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, h. 91.