Ziarah Kubur sebagai unsur Tradisi dan Budaya

50 sekali, khususnya dalam masyarakat tertutup dimana hal-hal yang telah lazim benar dan lebih baik diambil begitu saja. Memang tidak ada kehidupan manusia tanpa sesuatu tradisi. Dalam upacara t radisi dikenal dengan “Tradisi Besar” Great Tradition dan “Tradisi Kecil” Little Tradition, yakni sepasang konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh pakar antropolog Amerika yaitu Robert Redfield. Konsep tersebut mengungkapkan bahwa dalam suatu peradaban terdapat dua macam tradisi yang dikategorikan sebagai great tradition dan little tradition. 117 Tradisi besar adalah tradisi dari mereka yang suka berpikir dengan sendirinya hanya mencangkup sejumlah orang yang sedikit. Sedangkan tradisi kecil adalah tradisi massa yang tidak pernah memikirkan secara mendalam tradisi yang mereka miliki. Tradisi dari para filosuf, ulama dan kaum terpelajar adalah termasuk tradisi besar. Pada tradisi ini ditanamkan dan diwariskan melalui wacana intelektual baik lisan maupun tertulis. Sedangkan tradisi orang kebanyakan adalah tradisi kecil yang diterima dari pendahulu secara apa adanya tidak pernah diteliti atau disaring isi maupun asal-usulnya, dalam perspektif ini kebiasaan ziarah kubur atau berkunjung ke kubur dalam berbagai bentuk dan keperluan dapat digolongkan sebagai tradisi kecil kebiasaan orang kebanyakan. 118 Adapun istilah kebudayaan merupakan tejemahan dari istilah culture dari bahasa Inggris. Kata culture berasa dari bahasa latin colore yang berarti mengolah, mengerjakan. Sementara itu, kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi. Kata buddhi berarti 117 Bambang Pranowo, Islam Faktual: Antara Tradisi dan Relasi Kuasa, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1998, h. 8-9 118 Ibid., h. 10 51 budi dan akal. 119 Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia menjelaskan budaya sebagai : Pikiran akal budi: hasil karya, Adat Istiadat: menyelidiki bahasa dan budaya, sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang beradab, maju. 120 Menurut E.B Taylor seorang ahli Antropologi dari Inggris mengemukakan bahwa kebudayaan adalah kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan dan lain-lain kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat penduduk kebudayaan tersebut. 121 Menurut W.A Haviland seorang ahli Antropologi dari Amerika Serikat menyatakan kebudayan sebagai seperangkat peraturan atau norma yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat, yang apabila dilaksankan oleh para anggotanya akan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima. 122 Sedangkan menurut Koentjaraningrat mengemukakkan bahwa kebudayaan adalah seluruh gagasan dan rasa tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan cara belajar 123 . Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan oleh para Antropologi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan sistem gagasan atau ide dalam bentuk kebiasaan, adat-istiadat, sistem nilai, dan norma serta aturan- aturan, dan kebudayaan merupakan keseluruhan dari sistem gagasan, dan prilaku. 119 Hassan Sadily, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999, h. 531 120 Poerwadarminta, W.J.S. Kamus umum Bahasa Indonesia, h. 129. 121 Budiono Kusumohamidjojo, Filsafat Kebudayaan: Proses Realisasi Masyarakat, Yogyakarta: Jala Sutra,2009, cet:I, h. 210. 122 Ibid., h. 209 123 Ibid., h. 205. 52 Jadi kebudayaan dapat diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal dan pikiran manusia, sehingga dapat menunjukan pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan, dengan kemampuan akalnya manusia dapat membentuk budaya, dan budaya dengan nilai- nilainya menjadi landasan moral bagi kehidpuan manusia itu sendiri. Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayaan, begitu pula sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat. Ini berarti begitu besarkaitan antara kebudayaan dengan masyarakat. Islam datang dan berkembang di Indonesia dalam suasana damai dan telah menjadi bagian dari tradisi dan kebudayaan dalam bidang peradaban masyarakat, dilingkungan sekitar mungkin banyak yang ditemukan, seperti berbagai macam corak tradisi masyarakat, pola beragama, dan pemahaman. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa budaya adalah gaya hidup khas dari suatu masyarakat yang berlangsung secara lama dan diturunkan dari generasi- kegenrasi. 124 Dan sejarah adalah suatu peristiwa masa lampau yang direkonstruksikan dalam sebuah tulisan atau media lainnya. 125 Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat yang majemuk memiliki keanekaragaman dalam berbagai aspek kehidupan, bukti nyata adanya kemajemukan di dalam masyarakat terlihat dalam beragamnya kebudayaan di Indonesia. 124 Ibid.,h. 201. 125 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2005, h. 17 53

D. Tujuan Ziarah Kubur

Ziarah kubur mempunyai beberapa tujuan, bagi peziarah dan yang diziarahi memeiliki tujuan utama antara yang satu dengan yang lain. Adapun bagi peziarah tujuannya sebagai berikut : a. Mengambil pelajaran I‟tibar dari mayit Perintah nabi untuk menziarahi kubur tidak lain adalah untuk peringatan dan pelajaran. Karena kita bisa melihat bahwa sesombong apapun manusia, kelak akan ditempatkan dalam sebuah lubang yang tidak ada air dan udara. Kita tidak akan mampu berbuat apa-apa dan tidak mempunyai kekuatan untuk menghindar. Bersiap-siap menjadi mangsa ulat dan hancur beserta tanah. Tidak ada yang bisa menolong kecuali ilmu dan amal shaleh b. Mengingat akan kehidupan akhirat Para ulama berpendapat bahwa menziarahi kubur adalah obat penawar yang paling ampuh untuk melunakan hati yang membatu. Karena dengan ziarah kubur, manusia ingat akan kematian yang pasti tiba dan hari akhirat. Yang mana kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya. Maka, dengan sendirinya akan membatasi keinginan-keinginan yang berlebihan. c. Mengambil manfaat doa dan salam serta bacaan-bacaan yang pahalanya disampaikan atau diberikan kepada mayit d. Orang yang sudah meninggal akan merasa senang dan bahagia kalau diziarahi oleh banyak orang. 126 126 Muhammmad Nashirudin, Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah, Jakarta: Gema Insani Press, 1999, h. 174. 54 Selain men gambil pelajaran I‟tibar dari mayyit dan mengingat terhadap kehidupan akhirat, ziarah kubur juga memiliki kaitan erat dengan masalah psikologis. Karena antara peziarah dan yang diziarahi biasanya memiliki hubungan emosional yang sangat dekat, seperti anak dan orang tuanya. Maka, hubungan itu akan menimbulkan pesan-pesan bermakna bagi psikologis seseorang.