Ziarah kubur menurut Pandangan Islam

46 Paska kedatangan Islam di tanah Jawa ziarah tetap dilestarikan dengan memasukan unsur-unsur ke Islaman dan merubah objek sandaran para peziarah yang hanya ditunjukan kepada Allah SWT, Islam mempunyai konsep-konsep mengenai ziarah kubur yang tidak menjurus kepada kemusyrikan. Konsep ziarah kubur dalam Islam yang berdasarkan Hadits nabi adalah: ح د ث ا ا ْب ا ْي ْب س عْي د اْل ْ ْي ح د ث ا ْ ح د ث ب ا ْس ط ا ْب ْس ق ا س ْع ت ا ب تل ا ي ا ق ا س ْع ت ا ْب اب ْي ْي ع ْ ع ئ ا س ا س ْ ها .ص خ ص ع ْ ي ا ْلا ق ْ ج ا با ا . Artinya : mengabarkan kepada kami Ibrahim bin Sa’id al Jauhary, mengabarkan kepada kami Bistam bin Muslim, dia berkata : saya mendengar Ibnu Abi Mulaikah dari Aisyah: bahwasanya Rasulullah SAW memberi Rukhsoh memperbolehkan dalam ziarah kubur. H.R Ibnu Majjah. 109 Jadi, kegiatan ziarah kubur dikatakan sebagai syiar Islam karena dapat mengingatkan seseorang tentang akhirat, yang selanjutnya dapat memacu untuk lebih giat beribadah dan meningkatkan ketaqwaan. Peziarah dapat berbuat baik kepada yang sudah meninggal dikuburanya dengan mengucapkan salam, mendoakan, memohon ampun dan mengambil pelajaran-pelajaran dari riwayat hidup orang yang sudah meninggal tersebut. Selain itu, tidak jarang bahwa peziarah juga sering melakukan. Dalam hal ini para ulama dan ilmuan Islam, dengan berdasarkan kepada al- Qur‟an dan Hadits-hadits nabi memperbolehkan orang untuk melakukan ziarah 109 Husein Bahreisi, Studi Hadits Nabi, Surabaya: CV Amin, 1999, h. 227. 47 kubur dan menganggapnya sebagai perbuatan yang memiliki keutamaan, khususnya ziarah ke makam para nabi dan orang-orang soleh. 110 Meski ajaran Islam tidak melarangnya dan punya aturan tersendiri dalam berziarah seperti membaca ayat suci al- Qur‟an dan mendoakan orang yang sudah meninggal agar mendapatkan tempat di sisi Allah, adapun peziarah yang datang ke kuburan orang-orang soleh atau terkenal dengan berbagai macam tujuan serta motivasi dari mereka. Menurut pandangan penulis mengenai berbagai macam tujuan serta motivasi peziarah di lapangan seperti halnya di Makam Syaikh Quro adalah kemudahan dalam mencari nafkah, pekerjaan, kemudahan dalam belajarmenuntut ilmu, mereka yang belum mendapatkan jodoh, agar disegerakan mendapatkan jodoh, yang sedang berada diluar negeri menjadi tenaga kerja agar selalu dalam lindungan Allah dan selalu diberikan kemudahan serta kelancaran, yang ingin menduduki suatu jabatan pemerintahan baik pusat maupun daerahhal ini banyak ketika pada musim Pemilu. Semua motivasi dan berbagai macam tujuan mereka sebutkan ketika berziarah ke makam. Beberapa ulama berpendapat bahwa pada dasarnya hukum ziarah kubur adalah sunnah sejauh diletakan tatacara aturan syara. Disini akan disebutkan beberapa pendapat para ulama tentang ziarah kubur, yang diantaranya adalah sebagai berikut : a. Syaikh Muhammad bin Abdul wahab mengatakan bahwa: ْا ْس ْح ا ه ب ج خ ص يج ا ح ف Artinya: “hukum sunnah berziarah kubur itu hanya untuk Laki-laki secara tertentu” 111 110 Syaikh Ja‟far Subhani, Tawasul Tabarruk Ziarah Kubur Karomah Wali, h. 501. 48 Menurut pendapat tersebut yang menjadi sasaran hukum sunnah berziarah kubur adalah laki-laki, sedangkan untuk wanita tidak di sunnahkan. b. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin mengatakan bahwa : ْ ْ ْ ا ا ق ْ ف ك ْ ا ْ Artinya : “Lakukanlah Ziarah kubur, Karena ia mengingatkan kepada kematian. 112 Menurut pendapat tersebut bahwa dengan ziarah kubur dapat mengingat tentang kematian, dan mengambil pelajaran dari yang sudah meninggal. c. Imam Abdurrahman berpendapat sebagai berikut: ي ْ ا ق ْ ا م ج ت ك ْ ا ْ ْ ا خ ف ْ ب ْؤ ي ْ ا ق ْ م ْ غ ْي م ْع ف ا ْص ح ب ا ْ ْ ع ء ف س م ْس م ي ش س ا يغب Artinya: “ziarah kubur itu hanyalah bertujuan agar ingat pada kematian dan akhirat, maka dapat dilakukan dengan melihat kuburan, meskipun tidak mengetahui siapa ahli kuburnya atau bertujuan untuk mendo’akanberdo’a, maka ziarah kubur yang demikian ini di sunnahkan bagi setiap Muslim.” 113 Pada dasarnya menurut pendapat ini bahwa ziarah kubur itu hukumnya sunnah bagi setiap muslim, asalkan dengan tujuan untuk mengingatkan pada kematian dan akhirat dan juga untuk berdoa baik untuk dirinya maupun si mayit meskipun tanpa mengetahui ahli kuburnya atau kuburannya. 111 Abdurrahmaman bin Hasan, Fathul Majid,Bandung: PT Al- Ma‟arif, 1987, h. 251. 112 As-Sulaiman Fahd bin Nashir bin Ibrahim, Fatwa-Fatwa Lengkap Seputar Jenazah,Jakarta: Darul Haq, 2006, h. 278. 113 Syekh Abdurrahman bin Muhammad bin Hasan, Bugyiyatul Mustarsyidin, Terj. Ahmad Bin Sayid, Surabaya: Menara Kudus, 1990,h. 97. 49

C. Ziarah Kubur sebagai unsur Tradisi dan Budaya

Tradisi bahasa Latin : traditio, artinya diteruskan menurut bahasa adalah suatu kebiasaan yang berkembang di masyarakat baik, yang menjadi adat kebiasaan, atau yang diasimilasikan dengan ritual adat atau agama. 114 Atau dalam pengertian yang lain, sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Tradisi dalam kamus Antropologi sama dengan adat istiadat yang bersifat magis religious dari suatu kehidupan penduduk asli yang meliputi nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan aturan-aturan yang saling berkaitan. Kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah menyatu dengan konsep sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosial. 115 Sedangkan dalam kamus Sosiologi, tradisi diartikan sebagai kepercayaan turun menurun yang dapat dipelihara. 116 Tradisi juga dikatakan sebagai sutau kebiasaan yang turun temurun dalam sebuah masyarakat, dengan sifatnya yang luas tradisi bisa meliputi segala kompleks kehidupan, sehingga tidak mudah disisihkan dengan perincian yang tepat dan pasti. Tradisi dipahami sebagai suatu kebiasaan masyarakat yang memiliki pijakan sejarah masa lampau dalam bidang adat, bahasa, tata kemasyarakatan keyakinan dan sebagainya, maupun proses penyerahan atau penerusnya pada generasi selanjutnya. Sering proses penerus terjadi tanpa dipertanyakan sama 114 Poerwadarminta, W.J.S. Kamus umum Bahasa Indonesia, Departemen pendidikan Nasional, Jakarta: Balai pustaka 2007,Edisi III, Cetakan ke-4 h. 1293. 115 Ariyono dan Aminuddin Siregar, Kamus Antropolgi, Jakarta: Akademika Presindo, 1985, h. 4. 116 Soekanto, Kamus Sosiologi, Jakarat: PT Raja Grapindo Persada, 1993, h. 459. 50 sekali, khususnya dalam masyarakat tertutup dimana hal-hal yang telah lazim benar dan lebih baik diambil begitu saja. Memang tidak ada kehidupan manusia tanpa sesuatu tradisi. Dalam upacara t radisi dikenal dengan “Tradisi Besar” Great Tradition dan “Tradisi Kecil” Little Tradition, yakni sepasang konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh pakar antropolog Amerika yaitu Robert Redfield. Konsep tersebut mengungkapkan bahwa dalam suatu peradaban terdapat dua macam tradisi yang dikategorikan sebagai great tradition dan little tradition. 117 Tradisi besar adalah tradisi dari mereka yang suka berpikir dengan sendirinya hanya mencangkup sejumlah orang yang sedikit. Sedangkan tradisi kecil adalah tradisi massa yang tidak pernah memikirkan secara mendalam tradisi yang mereka miliki. Tradisi dari para filosuf, ulama dan kaum terpelajar adalah termasuk tradisi besar. Pada tradisi ini ditanamkan dan diwariskan melalui wacana intelektual baik lisan maupun tertulis. Sedangkan tradisi orang kebanyakan adalah tradisi kecil yang diterima dari pendahulu secara apa adanya tidak pernah diteliti atau disaring isi maupun asal-usulnya, dalam perspektif ini kebiasaan ziarah kubur atau berkunjung ke kubur dalam berbagai bentuk dan keperluan dapat digolongkan sebagai tradisi kecil kebiasaan orang kebanyakan. 118 Adapun istilah kebudayaan merupakan tejemahan dari istilah culture dari bahasa Inggris. Kata culture berasa dari bahasa latin colore yang berarti mengolah, mengerjakan. Sementara itu, kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi. Kata buddhi berarti 117 Bambang Pranowo, Islam Faktual: Antara Tradisi dan Relasi Kuasa, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1998, h. 8-9 118 Ibid., h. 10