Representasi Representasi Masyarakat Pincalang Menghadapi Era Modernisasi Dalam Novel Pincalang Karya Idris Pasaribu

141 Kearifan lokal seperti yang dimiliki orang Picalang nyaris punah tergerus keberadaan teknologi yang semakin canggih. Jika kondisi tersebut dibiarkan saja, kearifan lokal itu sendiri mungkin tidak hanya akan menjadi kabur tetapi juga menghilang, seiring dengan hilangnya masyarakat Pincalang di pesisir pantai Barat Sumatera. Lewat novel Pincalang, pengarang mencoba mengembalikan tradisi lisan yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang hampir punah. Oleh karena itu pelenyapan atas sumber tradisi lisan yang diawali dengan krisis sosial sangat merugikan, karena tradisi lisan mengandung nilai budaya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat. Sibarani 2012: sampul belakang menyimpulkan bahwa kearifan lokal menjadi modal sosiokultural yang dapat dimanfaatkan untuk memberdayakan kehidupan masyarakat dalam penciptaan kedamaian dan peningkatan kesejahteraannya. Penelitian ini dipusatkan pada teks dan konteks novel dengan rumusan masalah berikut ini.  Bagaimanakah upaya masyarakat Pincalang menjaga kearifan lokal dalam menghadapi era modernisasi yang direperesentasikan pengarang dalam novel Pincalang? KAJIAN PUSTAKA 1. Kepustakaan Konseptual Kepustakaan konseptual merupakan penyajian konsep dasar atau pengertian dasar secara singkat mengenai permasalahan yang akan dibahas. Konsep dasar tersebut adalah rangkuman dari pendapat atau teori-teori para ahli yang akan memberikan gambaran mengenai permasalahan yang akan dibahas. Fungsi utama kerangka konseptual adalah untuk menyederhanakan pemikiran terhadap ide-ide maupun gejala-gejala yang dibicarakan. Sesuai dengan kerangka teori yang disajikan, maka penulis membuat konsep dasar tentang penelitian ini sebagai berikut.

a. Representasi

Representasi merupakan istilah yang berkembang dalam sastra, muncul sehubungan dengan adanya pandangan atau keyakinan bahwa karya sastra sebetulnya hanyalah merupakan cermin, gambaran, bayangan, atau tiruan kenyataan. Dalam konteks ini karya sastra dipandang sebagai penggambaran yang melambangkan kenyataan Teeuw, 1984: 220. Karya sastra sebagai bagian dari seni mengambil bahan dari masyarakat, bahan yang dimaksud adalah fakta-fakta sosial. Fakta-fakta sosial yang ada dengan sendirinya dipersiapkan dan dikondisikan oleh masyarakat, eksistensinya selalu dipertimbangkan dalam antarhubungannya dengan fakta sosial yang lain, yang juga telah dikondisikan secara sosial Ratna, 2003: 36. Representasi merekonstruksi serta menampilkan berbagai fakta sebuah objek sehingga eksplorasi makna dapat dilakukan dengan maksimal Ratna, 2007: 61. Jika dikaitkan dengan bidang sastra, maka representasi dalam karya sastra merupakan penggambaran karya sastra terhadap suatu fenomena sosial. Penggambaran ini tentu saja melalui pengarang sebagai kreator. Sumardjo 2006: 128, mengungkapkan bahwa representasi adalah: 1 penggambaran yang melambangkan atau mengacu kepada kenyataan eksternal, 2 pengungkapan ciri-ciri umum yang universal dari alam manusia, Rini Efri Leni 142 Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 3 penggambaran karakteristik general dari alam manusia yang dilihat secara subyektif oleh senimannya, 4 penghadiran bentuk-bentuk ideal yang berada di balik kenyataan alam semesta yang dikemukakan lewat pandangan mistis-filosofis seniman. Keempat klasifikasi tersebut menunjukkan bahwa selain bersifat objektif, representasi juga bersifat subyektif. Klasifikasi 1 dan 2 menunjukkan bahwa representasi memiliki sifat yang objektif karena realitas digambarkan berdasarkan apa yang dilihat, dirasakan, dialami langsung oleh seniman sastrawan. Sebaliknya, klasifikasi 3 dan 4 menunjukkan bahwa representasi bersifat subjektif karena realitas digambarkan secara subjektif melalui struktur mental, dan struktur nalar senimannya. Istilah representasi itu sendiri merujuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. Representasi ini penting dalam dua hal, pertama apakah seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya, apa adanya atau ada penambahan citra buruk atau baik. Kedua, bagaimana representasi tersebut ditampilkan dengan kata, kalimat, aksentuasi, dan bantuan foto seperti apa seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan dalam pemberitaan kepada khalayak. Representasi dalam dunia sastra tidak hanya sekadar penggambaran fenomena sosial sebuah masyarakat dalam kurun waktu tertentu, akan tetapi lebih mengarah kepada penggambaran yang bermakna atas masyarakat dan situasi sosial melalui proses kreatif pengarang. Posisi pengarang dalam proses representasi fenomena sosial dalam karyanya sangat dipengaruhi oleh ras, saat, serta lingkungan yang melatarbelakanginya. Konsep inilah yang akan mengupas gambaran sosial budaya, pengaruh modernisasi terhadap sosial budaya, serta upaya masyarakat Pincalang menjaga kearifan lokal dalam menghadapi era modernisasi.