Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak
(Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
Rondi Pramuda Padang NIM: 030200173
Departemen Hukum Administrasi Negara Program Kekhususan Hukum Perburuhan
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak
(Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
Rondi Pramuda Padang NIM: 030200173
Departemen Hukum Administrasi Negara Program Kekhususan Hukum Perburuhan
Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara
Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS. NIP: 131410462
Pembimbing I Pembimbing II
Kelelung Bukit, SH. Dr. Agusmidah SH, MH.
NIP: 13065211 NIP: 13
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen
Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi PT. Arwana Mas Indonesia)
ABSTRAKSI
Oleh : Rondi Pramuda Padang)*
Pekerja/buruh merupakan salah satu dan menjadi tonggak yang terpenting dalam pembangunan ketenagakerjaan, dimana pekerja/buruh sebagai pelaksana konsep dari pengusaha dalam membangun suatu perusahaan yang diharapkan akan maju dan bersaing kelak, baik secara Nasional maupun Internasional oleh karena itu peranan pekerja/buruh jauh lebih kuat dari peranan ”modal”(uang) yang sering menjadi klaim pengusaha sebagai temaga lokomotif utama penggerak perusahaan/industri.
Sesepuh Ekonomi Sosialisme, Kakek Karl Marx mengatakan ber-Revolusinya Budak menjadi Tenaga Kerja/Pekerja/Buruh adalah langkah awal menuju per-Adab-an semanusia-manusianya. Yang menurut saya adalah bahwa dengan bergesernya nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai budak menjadi nilai-nilai tenaga kerja/pekerja/buruh yang merupakan langkah awal terbukanya mata dunia bahwa begitu berharganya budak yang telah menjadi tenaga kerja/pekerja/buruh yang kelak mungkin akan dihargai dengan nilai yang lain tergantung pada cara kita memandang dan dengan cara pengusaha memberikan penghasilan yang layak--selayaknya budak/tenaga kerja/pekerja/buruh atau apapun istilahnya untuk orang yang bekerja pada orang lain sebagai manusia yang punya hak untuk hidup selayaknya manusia yang memiliki hak untuk menjadi manusia.
Jadi dengan adanya masalah di bidang perburuhan/ketenagakerjaan kelak akan membuka mata kita bahwa permasalahan pengupahan pekerja/buruh adalah sesuatu yang menarik untuk ditelusuri sembari mencari ”benang merah” (solusi dari inti permasalahan) yang entah kapan terjawabnya bila kita hanya menunggu dan menunggu.
NB: )* Penulis adalah seorang Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, 2003, Departemen Hukum Administrasi Negara, Program Kekhususan Hukum Perburuhan, duduk di Semester XI (sebelas) dan juga calon Pekerja/Buruh.
(4)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan dari relung hati yang paling dalam kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai Sang Pencipta Alam Semesta, sumber segala kehidupan makhluk hidup, khususnya manusia yang akan terus berlangsung tiada batas termasuk kehidupan penulis, pengatur kehidupanku yang Dia geser ke mana Ia suka sampai kepada berkat yang ia limpahkan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir penulis di masa perkuliahan penulis.
Adapun tujuan awal dari Skripsi ini hanyalah diajukan sebagai pelengkap untuk melengkapi tugas-tugas dalam memenuhi syarat-syarat guna mendapat gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa. Namun dalam perjalanan pembuatan skripsi, skripsi ini menjadi salah satu curahan perasaan dan ilmiah dari penglihatan, pendengaran, perasaan yang di analisis sedalam mungkin sesuai kemampuan penulis, skripsi ini diberi judu l “Sistem
Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi PT. Arwana Mas Indonesia)”. Penulis sangat begitu sadar bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dan memajukan dari semua pihak untuk menjadikan skripsi ini atau karya ilmiah penulis lain yang akan dibuat mendatang lebih baik lagi. Dengan segenap kerendahan hati dan keterbatasan pemikiran, penulis berharap skripsi ini dapat menjadi “perbincangan ilmiah” dan bermanfaat bagi semua pihak.
(5)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
Selama masa perkuliahan hingga akhir penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, nasihat, dan dorongan dari berbagai pihak, dimana dalam kesempatan ini penulis sangat ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas segala perhatiannya, khususnya dalam bidang akademik selama penulis menjadi mahasiswa.
2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH. Mhum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Penasihat Akademik penulis atas segala nasihat yang beliau berikan.
3. Bapak Muhammad Husni, SH., MH., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH., MS, selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Kalelung Bukit, SH, selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing penulis hingga penulis menyelesaikan sripsi ini.
6. Ibu Dr. Agusmida, SH. MH., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan banyak pandangan-pandangan terstruktur mengenai ketenagakerjaan sebagai bimbingan yang tak ternilai hingga sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.
7. Orang tuaku yang terkasih, terindah, tersayang dan tercinta Ayahanda K.Padang yang selalu membimbing penulis secara ideologi hingga moral dari kecil hingga sekarang dan telah banyak memberikan pelajaran kebijaksanaan, Ibunda R. br. Siahaan yang selalu memotivasi saya untuk
(6)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
menggapai segala hal yang ingin saya gapai dari kecil hingga sekarang, makasi atas kasih sayangnya dan kakanda-kakandaku, kak Helmida br. Padang, kakakku yang paling teguh pendirian dan mentalnya yang selalu menjadi inspirasi (you’re the taft women), kak Sri Mega Padang, yang selalu periang dan mengasihi, aku harap kelak keriangan dan kasih sayang itu akan menular ke adikku ini, bang Maju Girsang, semoga selalu menyayangi keluarganya melebihi diri sendiri, dan yang terakhir bang Juliat Roiman Padang, agar dikaruniakan segera pendamping yang cocok untukmu yang akan menjaga kesehatanmu kelak. Terima kasih kepada kakanda-kakandaku yang selalu memberi dukungan baik berbentuk peringatan, nasihat dan arahan kepada penulis.
8. Keluarga besarku, khususnya Inang Tuaku, T. Br Siahaan yang telah berbesar hati menampungku didalam rumahnya selama kurang lebih dua tahun ini serta dukungan yang besar bagi penulis dalam mengerjakan skripsi penulis.
9. Ribka Angelia Marulianugrah Sianipar, malaikat cantikku (I love you) yang selalu mengingatkanku untuk selalu belajar-dan belajar mengenai segala sesuatu yang bisa bisa di pelajari, untuk menjaga, membimbing penulis serta kontribusi yang sangat banyak bagi penyelesaian skripsi penulis.
10.Teman-teman stambuk 2003, Philip, Juliman, Janroy, Sihol, Cosmes, Tere, dan yang lain-lain yang belum sempat disebutkan namanya yang selalu mendukung penulis dengan selalu memberi semangat dan informasi dalam menyelesaikan skripsi penulis, juga serta canda guraunya sehingga mengingatkan penulius untuk selalu berbagi dengan kawan-kawan semua.
(7)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
11.Kakanda Frien Jones Tambun, SH. (Guru Ideologi dan Ilmu Hukumku) atas dukungannya terhadap penyelesaian skripsi ini baik berbentuk nasehat, dorongan dan data-data pekerja/buruh di perusahaan di tempat beliau bekerja.
12.Perhimpunan Warung Marhaen sumber (Wamar) dengan ketuanya nande mami yang cantik yang telah membiarkan penulis mencurahkan dan melampiaskan segala gundah yang ada di hati dan pikiran, segala ekspresi luapan telah diatraksikan penulis disini.
13.Buat kawan-kawan segerakan yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, atas dukungan bung dan sarinah sekalian kepada penulis berbentuk dorongan dan informasi tentang ketenagakerjaan penulis ucapkan terima kasih.
14.Kakanda dan Adinda Stambuk tersayang karena kepeduliannya memotivasi penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini, penulis wajib akan merindukan canda tawa dan bagi informasi antara seorang kakanda dan adinda yang selama ini terjadi di antara kita semua.
15.Personalia dan Direktur PT. Arwana Indonesia Mas Indonesia karena telah membiarkan penulis menobrak-abrik rahasia yang sebenarnya tidak boleh diketahui umum, namun demi kepentingan dan kemajuan perusahaan, Penulis sarankan agar lebih mematuhi Undang-Undang Ketenagakerjaan. 16.Pegawai Stambuk sampai Cleaning Service Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, karena tanpa mereka urusan dari administrasi kampus sampai kebersihan kampus tidak akan berjalan dengan lancar, tertib dan nyaman.
(8)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
17.dan yang terakhir buat pihak-pihak yang telah membantu namun tidak disebutkan di dalam skripsi ini, penulis sangat menghargai bantuan-bantuannya sehingga penulis dapt mengerjakan dan menyelesaikan skripsi dengan baik.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada Sang Pencipta, Tuhan yang Esa yang Penulis sembah telah memberikan berkatnya kepada pihak-pihak yang telah berjasa membantu hambanya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kiranya Damai Sejahtera menyertai kita semua sampai selama-lamanya.
Medan, September 2007 Hormat Saya,
(9)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRAK………i
KATA PENGANTAR………ii
DAFTAR ISI……….vii
DAFTAR TABEL………xiv
BAB I PENDAHULUAN………...1
A. Latar Belakang Masalah………..1
B. Perumusan Masalah……….8
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan………9
D. Keaslian Penulisan……….11
E. Metode Penelitian Data………..12
F. Sistematika Penulisan……….14
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM PENGUPAHAN Di INDONESIA………..17
A. Pengertian Upah dan Jenis-Jenis Pengupahan………...17
B. Sejarah dan Perkembangan Sistem Penentuan Besaran Upah di Indonesia………..………...26
- KFM (Kebutuhan Fisik Minimum)……..………..26
- KHM (Kebutuhan Hidup Minimum)……..………...28
- KHL (Kebutuhan Hidup Layak)………..……….30
C. Hak dan Kewajiban………34
- Pekerja/Buruh Tetap……...……….35
- Pekerja/Buruh Harian Lepas………...…………43
D. Upah Sebagai Hak asasi Pekerja/Buruh………45
- Hak Asasi Pekerja/Buruh Tetap atas Upah………..48
- Hak Asasi Pekerja/Buruh Harian Lepas atas Upah………..49
BAB III PIHAK-PIHAK TERKAIT DALAM PENERAPAN STANDART PENGUPAHAN………51
(10)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
A. Peran Dewan Pengupahan Daerah Dalam Menentukan Standarisasi
Pengupahan Pekerja/Buruh………..51
B. Peran APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Dalam Penerapan Standarisasi Pengupahan Tenaga Kerja………...52
C. Peran Serikat Buruh/Serikat Pekerja Dalam Mengawasi Penerapan Standarisasi Pengupahan di Perusahaan Menurut UU No. 21 Tahun 2000……….55
BAB IV SISTEM PENGUPAHAN TENAGA KERJA/BURUH TETAP DAN TENAGA KERJA/BURUH HARIAN LEPAS DI PT. ARWANA MAS INDONESIA………..….60
A. Deskripsi Singkat PT. ARWANA MI..……….60
1. Sejarah Berdirinya PT. ARWANA MI..………...60
2. Struktur Organisasi PT. ARWANA MI..………..63
3. Pola Hubungan Kerja di PT. ARWANA MI..………...64
B. Sistem Pengupahan Pada PT. ARWANA MI..………..65
1. Upah Tenaga Kerja/Buruh Tetap………65
2. Upah Tenaga Kerja/Buruh Harian Lepas di PT. Arwana MI..…...69
C. Perbandingan Sisitem Pengupahan Pekerja/Buruh Tetap dan Pekerja/Buruh Harian Lepas di PT. Arwana MI..………71
D. Hambatan dan Kendala Dalam Penerapan PERMENAKERTRANS No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelakasanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak Terhadap………....72
- Tenaga Kerja/Buruh Tetap di PT. Arwana MI………...72
- Tenaga Kerja/Buruh Harian Lepas di PT. Arwana MI..…………73
BAB V PENUTUP……….75
A. KESIMPULAN………75
B. SARAN……….77
(11)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Lampiran Peraturan Menteri No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Kebutuhan Hidup Layak Untuk Pekerja Lajang Dalam Sebulan Dengan 3.000 K Kalori Per Hari………...31 Tabel 2 Perbandingan Sisitem Pengupahan Pekerja/Buruh Tetap dan Pekerja/Buruh Harian Lepas di PT. Arwana………...71
(12)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan bangsa yang besar, dan tentu saja memiliki pandangan hidup serta ideologi (landasan berpikir dan bertindak) yang besar, yaitu Pancasila yang merupakan cerminan Sosialisme Indonesia yang juga adalah hasil dari seluruh cerminan tingkah laku bangsa Indonesia dari dulu hingga sekarang. Beranjak dari ideologi Pancasila tersebutlah maka rakyat Indonesia memiliki persamaan kesadaran cita-cita dan persamaan nasib untuk mewujudkan tujuan bangsa Indonesia yang tercermin pada Pancasila, yaitu : ”Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” dan UUD RI Tahun 1945, yaitu : ”Memajukan Kesejahteraan Umum.”1
1
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Sila Kelima Pancasila serta Pembukaan UUD RI Tahun 1945 tersebut memberi suatu kewajiban bagi Negara untuk melaksanakan suatu penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara yang memiliki rasa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia demi tujuan memajukan kesejahteraan umum. Pemenuhan keadilan serta perwujudan memajukan kesejahteraan umum itu sendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini ditentukan dari berjalan atau tidaknya hukum di Negara ini. Hukumlah yang mengatur kehidupan masyarakat, yang memandang bahwa manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama didepan hukum, oleh karena itu perlunya pelaksanaan agenda reformasi yaitu penegakan supremasi hukum sehingga setahap demi setahap dapat melangkah menuju cita-cita bangsa.
(13)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
Sejalan dengan semakin terpuruknya ekonomi secara nasional, regional dan lokal, kondisi pekerja/buruh dalam hal persoalan upah juga mendapat pengaruh yang cukup besar. Hal itu tidak terlalu jauh dengan kondisi sistem pengupahan di negara-negara lain, terutama di negara-negara berkembang, seperti negara-negara-negara-negara di Asia Tenggara yang mendapat guncangan yang cukup besar akibat pukulan krisis ekonomi global
Sektor yang mendapat pengaruh cukup besar akibat krisis ekonomi adalah sektor ketenagakerjaan, salah satunya adalah sistem upah/pengupahan. Sistem upah/pengupahan di Indonesia perlu penataan yang lebih baik yang mana penataan tersebut harus lebih berpihak lagi terhadap kepentingan tenaga kerja/buruh. Perlunya keberpihakan hukum terhadap tenaga kerja/buruh adalah hal yang tidak perlu ditawar lagi karena tenaga kerja/buruh selama ini telah menjadi komoditi eksploitasi para pengusaha yang lebih mengenyampingkan aturan-aturan mengenai sistem pengupahan yang layak dari pada melaksanakannya demi mensejahterakan tenaga kerja/buruh. Sistem pengupahan tenaga kerja/buruh harus lebih mendapat perhatian yang lebih, baik terhadap tenaga kerja/buruh tetap maupun tenaga kerja/buruh harian lepas karena menyangkut keberlangsungan dan kualitas hidup tenaga kerja/buruh tersebut.
Di bidang hukum ketenagakerjaan/perburuhan juga sangat mendapat perhatian untuk mewujudkan terciptanya perlindungan hukum bagi upah/pengupahan tenaga kerja yang juga menyangkut sistem upah/pengupahan terhadap tenaga kerja/buruh.
Beberapa pasal dalam Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang mengatur mengenai perlindungan hukum bagi upah/pengupahan tenaga kerja/buruh yang juga menyangkut sistem upah/pengupahan terhadap berbagai jenis tenaga kerja/buruh, yaitu2
2
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan :
(14)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
1. Salah satu tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah memberikan
perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan (Pasal 4 huruf c);
2. Dalam upaya memajukan kesejahteraan umum haruslah melalui upaya peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya (Pasal 4 huruf d);
3. Setiap pekerja/buruh memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 88 ayat (1));
4. Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah menerapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh (Pasal 88 ayat (2)).
5. Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud ayat (2) meliputi : Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah menerapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh (Pasal 88 ayat (3)).
6. Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud ayat (2) meliputi : upah minimum, upah kerja lembur, upah tidak masuk kerja karena berhalangan, upah masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya, upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya, bentuk dan cara pembayaran upah denda dan potongan upah, hal-hal lain yang diperhitungkan dalam upah, struktur dan skala pengupahan yang proporsional, upah untuk pembayaran pesangon, dan upah untuk perhitungan pajak dan penghasilan (Pasal 88 ayat (3));
(15)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
7. Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (3) huruf a terdiri atas : upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota, dan upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota (Pasal 89 ayat (1));
8. Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak (Pasal 89 ayat (2));
9. Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota (Pasal 89 ayat (3));
10.Komponen serta pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri (Pasal 89 ayat (4));
11.Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 91 ayat (1));
12.Pengusaha menyususun struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi (Pasal 92 ayat (1));
13.Untuk memberikan saran, pertimbangan, dan merumuskan kebijakan
pengupahan yang akan ditetapkan oleh pemerintah, serta untuk pengembangan sistem pengupahan nasional dibentuk Dewan Pengupahan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/kota (Pasal 98 ayat (1)).
14.Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja (Pasal ayat 99 (1)).
(16)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
15.Setiap pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi pengusaha (Pasal 105 ayat (1)).
16.Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh (Pasal 104 ayat (1)).
Mengenai azas pemberlakuan ketentuan pengupahan terhadap semua pekerja, dimana disebutkan semua ketentuan ketenagakerjaan berlaku terhadap semua pekerja tanpa membedakan statusnya.3
1. Hak menerima upah timbul pada saat adanya hubungan kerja dan berakhir pada saat hubungan kerja putus (Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah).
Azas pengupahan terdiri atas :
2. Pengusaha tidak boleh mengadakan diskriminasi upah bagi pekerja/buruh laki-laki dan wanita untuk jenis pekerjaan yang sama. (Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah).
3. Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan no work
no pay (Pasal 93 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).
4. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari ketentuan upah minimum (Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).
5. Komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap dengan formulasi upah pokok minimal 75 % dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap ((Pasal 94 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).
6. Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaannya atau kelalaiannya dapat dikenakan denda (Pasal 95 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).
3
(17)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
7. Pengusaha yang karena kesengajaannya atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu dari upah pekerja/buruh (Pasal 95 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).
8. Dalam pengusaha dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan hutang yang didahulukan pembayarannya (Pasal 95 ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).
9. Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 2 tahun sejak timbulnya hak (Pasal 96 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003). Pengupahan termasuk sebagai salah satu aspek penting dalam perlindungan pekerja/buruh. Hal ini secara tegas diamanatkan pada Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, bahwa setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Maksud dari penghidupan yang layak, dimana jumlah pendapatan pekerja/buruh dari hasil pekerjaannya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup pekerja/buruh dan keluarganya secara wajar, yang meliputi makanan, minuman, sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan jaminan hari tua.
Motivasi utama dari seorang pekerja/buruh bekerja di perusahaan adalah mendapatkan nafkah (= upah), dan upah merupakan hak bagi pekerja/buruh yang bersifat sensitif. Karenanya tidak jarang pengupahan menimbulkan perselisihan.4
4
Khakim, Abdul, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2007, hal. 126
(18)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
kehidupan pekerja/buruh yang mana dalam sistem pengupahannya haruslah dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku sehingga dapat tercapainya pemenuhan kebutuhan hidup yang layak.
Walaupun terdapat prinsip no work no pay dalam sistem pengupahan namun karena alasan tertentu pekerja/buruh tetap berhak menerima upah dari pengusaha.5
Perlunya sorotan yang lebih tajam dan tinggi terhadap masalah pengupahan sangatlah dibutuhkan oleh para pekerja/buruh. Hal-hal mengenai pengakomodiran aspirasi, penerapan standart upah minimum, serta pengawasan terhadap pelaksanaan upah/pengupahan minimum merupakan objek-objek yang penting demi terlaksananya pembangunan kualitas kehidupan pekerja/buruh yang kelak pasti dapat mendongkrak kinerja pekerja/buruh dalam meningkatkan mutu kerja
Pengecualian prinsip no work no pay diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah yang juga mendasari sistem pengupahan tenaga kerja.
6
Berangkat dari pemaparan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dan mengadakan studi penelitian dengan mengangkat judul : “Sistem Pengupahan Pekerja/Buruh Tetap dan Pekerja/Buruh Harian
Lepas Ditinjau dari PERMENAKERTRANS NO. 17 TAHUN 2005 Tentang
. Peran pihak-pihak terkait dalam melaksanakan sistem pengupahan yang berpihak terhadap pekerja/buruh diatas adalah merupakan solusi yang tepat demi menjawab kegelisahan pekerja/buruh terhadap masalah-masalah pengupahan yang semakin lama tiada habisnya.
5
Muharram, Hidayat, Panduan Memahami Hukum Ketenagakerjaan Serta pelaksanaanya di
Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2006, hal. 50
6
(19)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Penelitian Pengupahan Tenaga Kerja/Buruh Pada PT. Arwana Mas Indonesia)”.
B. Perumusan Masalah
Penerapan sistem upah/pengupahan yang belum sesuai/dibawah standar kebutuhan hidup minimum/kebutuhan hidup layak yang dilakukan perusahaan terhadap pekerja/buruh tetap dan pekerja/buruh harian lepas merupakan sebuah peristiwa yang telah dan sedang berlangsung di Indonesia. Masyarakat tentunya memiliki pandangan yang sama mengenai fenomena ini, yaitu perlunya pelaksanaan sistem upah/pengupahan yang sesuai dengan kebutuhan hidup minimum/kebutuhan hidup layak. Pemerintah sendiri tidak menutup mata terhadap masalah ini, segala upaya telah dilakukan mulai dari penetapan standart kebutuhan hidup minimum/kebutuhan hidup layak hingga membentuk Dewan Pengupahan baik secara nasional maupun daerah. Namun meskipun demikian seperti yang selalu terjadi di Indonesia (Pembudayaan Sistem), sebuah peraturan hanyalah peraturan yang hanya sempurna secara isi, namun dalam penerapannya masih jauh dari harapan.
Adapun masalah yang diangkat dalam tulisan ini adalah : 1. Sejauh mana peranan :
- Pemerintah melalui Dewan Pengupahan Daerah dalam sistem pengupahan tenaga kerja/buruh tetap dan tenaga kerja/buruh harian lepas.
- APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) dalam sistem pengupahan tenaga kerja/buruh tetap dan tenaga kerja/buruh harian lepas.
(20)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
- Serikat Pekerja/Serikat Buruh dalam sistem pengupahan di perusahaan menurut UU No. 21 Tahun 2003 Tentang Serikat Buruh.
2. Bagaimana sistem pengupahan terhadap Tenaga Kerja/Buruh Tetap dan Tenaga Kerja/Buruh Harian Lepas menurut berbagai peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
3. Bagaimana sistem pengupahan terhadap Tenaga Kerja/Buruh Tetap dan Tenaga Kerja/Buruh Harian Lepas yang bekerja pada PT. Arwana Mas Indonesia.
4. Hal-hal apa saja yang menjadi Hambatan dan Kendala dalam penerapan PERMENAKERTRANS No. 17 Tahun 2005 Tentang Pelaksanaan tahapan Kebutuhan Hidup Layak Terhadap :
a. Tenaga Kerja/Buruh Tetap di PT. Arwana Masd Indonesia. b. Tenaga Kerja/Buruh Harian Lepas di PT. Arwana Mas Indonesia.
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui berbagai jenis hak-hak pekerja/buruh tetap dan pekerja/buruh harian lepas selain upah yang harus diterima.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pengupahan yang dilakukan perusahaan terhadap pekerja/buruh tetap dan pekerja/buruh harian lepas berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(21)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
3. Untuk mengetahui peran Pemerintah melalui Dewan Pengupahan dalam upaya menentukan standarisasi pengupahan daerah.
4. Untuk mengetahui peran APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) dalam upaya penerapan standarisasi pengupahan di perusahaan.
5. Untuk mengetahui peran dari Serikat Pekerja/Serikat Buruh dalam mengawasi penerapan standarisasi pengupahan terhadap tenaga kerja/buruh.
6. Untuk mengetahui hambatan dan kendala dalam penerapan
PERMENAKERTRANS No. 17 Tahun 2005 Tentang Pelaksanaan Kebutuhan Hidup Layak terhadap tenaga kerja/buruh tetap dan tenaga kerja/buruh harian lepas di PT. Arwana Mas Indonesia.
2. Manfaat Penulisan a. Secara Teoritis
Pembahasan terhadap permasalahan yang telah dirumuskan akan memberikan memberikan informasi dan gambaran tentang perkembangan Hukum Ketenagakerjaan/Perburuhan/hubungan industial di Indonesia yaitu mengenai penerapan sistem pengupahan terhadap pekerja/buruh tetap dan pekerja/buruh harian lepas yang harus memenuhi kebutuhan hidup minimum/kebutuhan hidup layak yang pasti berubah seiring berkembangnya aktifitas ekonomi dari waktu ke waktu, jenis-jenis/bentuk-bentuk upah yang juga mengalami pertambahan sesuai kebutuhan pekerja/buruh, serta juga latar belakang dewan pengupahan daerah dalam menentukan standarisai pengupahan daerah sampai kepada pemberlakuan stadarisasi pengupahan minimum tersebut oleh perusahaan /pengusaha.
(22)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
Selain itu, penulisan ini bermanfaat sebagai kontribusi pemikiran dan pandangan yang baru baik dari para sarjana, maupun penulis sendiri mengenai Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia. Terutama bagi kalangan akademisi di Perguruan Tinggi dan juga pemerintah/pembuat kebijakan atau perusahaan/pengusaha berkaitan dengan tenaga kerja/buruh dan pengupahan sehingga upaya-upaya yang dilakukan untuk menggunakan/memanfaatkan tenaga kerja/buruh tetap dan tenaga kerja/buruh harian lepas tidak menjadi suatu tindakan eksploitasi/penindasan melainkan diharapkan dapat mempertimbangkan kesejahteraan tenaga kerja/buruh melalui upah/pengupahan.
b. Secara Praktis
Pembahasan terhadap permasalahan yang diangkat diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca, khususnya bagi para pekerja/buruh tetap dan pekerja/buruh harian lepas mengenai jenis-jenis hak yang diperolehnya dan juga mengenai ketentuan-ketentuan/proses penerapan sistem upah/pengupahan serta bagaimana cara menuntut hak yang harus diterima, dan melalui wadah apa. Diharapkan penulisan skripsi ini memiliki manfaat bagi pemerintah untuk meningkatkan kepeduliannya terhadap pekerja/buruh yang mana penerapan sistem pengupahan yang diberlakukan masih jauh dari ketentuan/standarisasi upah/pengupahan minimum daerah yang diberikan oleh perusahaan/pengusaha.
Bagi masyarakat luas, selain daripada pekerja/buruh dan pengusaha, seperti serikat pekerja/serikat buruh, dan aktivis buruh, dan lainnya yang berjuang untuk kepentingan pekerja/buruh kiranya penulisan skripsi ini dapat menjadi metode upaya penegakan sistem pengupahan sesuai dengan kebutuhan hidup minimum/kebutuhan hidup layak serta juga dapat menjadi bahan bacaan yang bisa berguna dalam mengadvokasi pekerja/buruh yang tereksploitasi oleh sistem perusahaan/pengusaha
(23)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
untuk mencapai tatanan (abstrak) dan kondisi (riil) ketenagakerjaan yang lebih baik sesuai dengan prinsip Pancasila dalam Hubungan Industrial.
D. Keaslian Penulisan
Sistem Pengupahan Terhadap Pekerja/Buruh Tetap dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau dari PERMENAKERTRANS NO. 17 TAHUN 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Penelitian Pengupahan Tenaga Kerja Pada PT. Arwana Mas Indonesia) yang diangkat menjadi judul skripsi ini merupakan hasil karya yang ditulis secara objektif, ilmiah melalui data-data referensi dari buku-buku, bantuan dari para narasumber dan pihak-pihak lain. Skripsi ini juga bukan merupakan jiplakan atau merupakan judul skripsi yang sudah pernah diangkat sebelumnya oleh orang lain.
E. Metode Pengumpulan Data
Suatu karya tulis ilmiah haruslah disusun berdasarkan data-data yang benar dan bersifat objektif sehingga dapat diuji kebenarannya. Data adalah kumpulan keterangan-keterangan baik tulisan maupun lisan untuk membantu dan menunjang penelitian. Dalam hal menganalisis data perlunya penggolongan data sehingga mudah dibedakan7
Dalam penelitian hukum umumnya sumber data dibedakan antara data primer dan data skunder yang dari sudut kekuatan mengikatnya digolongkan dalam :
. 1. Spesifikasi Penelitian
8
a. Data Primer, yaitu data-data hukum yang diperoleh secara langsung dari masyarakat. Dalam skripsi ini peneliti memperoleh data mengenai pengupahan
7
Prof. Dr. lexy j. Moleong, Metodologi Analisis Data, Rosda, Jakarta, 2005, Hal. 64.
8
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia UI Press, Jakarta, 1986, hal. 51
(24)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
terhadap pekerja/buruh dengan cara wawancara di lapangan sebagai partisipan dari seluruh rangkaian kegiatan objek penelitian yang sedang berlanjut.
b. Data Skunder, yaitu data yang diperoleh dara bahan-bahan pustaka. Penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka saja atau data skunder belaka dapat dinamakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan yang mana data-datanya dapat diperoleh dari :
a. Bahan Hukum Primer yang meliputi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, UU No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah, UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat buruh, dll;
b. Bahan Hukum Skunder yang meliputi Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transportasi.
c. Bahan Hukum Tersier yang dapat memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan skunder seperti misalnya kamus, enslikopedia, peta, dll.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk melakukan penelitian terhadap data primer yakni data yang diperoleh dari lapangan adalah dengan melakukan penelitian secara langsung terhadap PT. Arwana Mas Indonesia, dalam hal ini peneliti menjadi partisipan dalam kegiatan yang sedang belangsung. Seiring dengan berlangsungnya kegiatan partisipan tersebut peneliti melakukan berbagai kegiatan wawancara. Sedangkan untuk data skunder dilakukan dengan menelusuri bahan kepustakaan dari berbagai sumber bacaan yakni buku-buku, koran/majalah, pendapat para sarjana, dan artikel dalam internet.9
9
Mohammad Nazir, Phd., Metodologi Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006, hal.14.
(25)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
Dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan bagi penulisan skripsi ini, penulis melakukan :
a. Studi Dokumen
Dalam hal ini penulis mempelajari dokumen seperti Pekerja/Buruh dan Upah/Pengupahan untuk mengetahui latar belakang landasan pengupahan pada PT. Arwana Mas Indonesia.
b. Pedoman Wawancara
Penulis membuat pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan yang memudahkan penulis dalam melakukan wawancara dengan pihak perusahaan maupun pekerja/buruh itu sendiri. Sehingga saat wawancara lebih terfokus pada apa yang penulis permasalahkan dalam skripsi ini.
4. Tahap Penelitian
Dalam melakukan penelitian terdapat empat (4) tahap yang harus ditempuh, yaitu :
a) Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, penulis memulainya dengan membuat proposal penelitian dan pengumpulan literatur yang berkaitan dengan skripsi sebelum meneliti ke lapangan.
b) Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini, penulis berusaha mendapatkan sebanyak mungkin data yang berguna bagi penulisan skripsi ini yaitu dengan mengadakan penelitian ke lapangan dan juga kepustakaan.
(26)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
Dalam tahap ini, data yang dikumpulkan disusun secara sistematis kemudian diolah menjadi pembuatan skripsi.
d) Analisis Data
Data yang terkumpul tidak memberikan arti apa-apa bagi penelitian tanpa dianalisis terlebih dahulu, hal itu untuk menjamin data tersebut sudah akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam 5 (lima) bab, Dimana masing-masing bab dibagi atas beberapa sub bab. Urutan bab-bab tersebut secara sistematik dan saling berkaitan satu dengan yang lain. Uraian singkat bab-bab dan sub bab-sub bab tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB II : Merupakan bab yang berisi tentang gambaran umum mengenai pekerja/buruh dan upah/pengupahan di Indonesia, bab ini terdiri dari berbagai pengertian tenaga kerja dan jenis-jenisnya, berbagai pengertian upah dan jenis-jenisnya, jaminan-jaminan terhadap pekerja/buruh tetap dan pekerja/buruh harian lepas, serta pengertian KHM (Kebutuhan Hidup Minimum), KFM (Kebutuhan Fisik Minimum), dan KHL (Kebutuhan Hidup Layak).
BAB III : Merupakan bab yang berisi tentang peranan dari pihak-pihak terkait dalam penerapan standarisasi pengupahan, mulai dari peran Dewan Pengupahan Daerah dalam menentukan standarisasi pengupahan pekerja/buruh, peran APINDO (Asosiasi
(27)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
Pengusaha Indonesia) dalam menerapkan standarisasi pengupahan yang telah ditetapkan oleh Dewan Pengupahan Daerah, sampai pada peran Serikat Pekerja/Serikat Buruh dalam mengawasi penerapan standarisasi pengupahan di perusahaan menurut UU No. 21 Tahun 2003 Tentang Serikat Buruh.
BAB IV : Merupakan bab yang menguraikan tentang Perbandingan Sistem pengupahan antara pekerja tetap/buruh dan pekerja harian lepas, berisikan sub-sub yang menguraikan tentang sistem pengupahan terhadap tenaga kerja/buruh tetap dan tenaga kerja/buruh harian lepas menurut berbagai peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan, sistem pengupahan tenaga kerja/buruh tetap dan tenaga kerja/buruh harian lepas yang bekerja pada PT. Arwana Mas Indonesia, serta hal-hal apa saja yang menjadi hambatan dan kendala dalam penerapan PERMENAKERTRANS No. 17 Tahun 2005 Tentang Pelaksanaan tahapan Kebutuhan Hidup Layak Terhadap pekerja/buruh tetap dan pekerja/buruh harian lepas di PT. Arwana Mas Indonesia.
BAB V : Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan terhadap penulisan skripsi dan saran-saran terhadap sistem pengupahan terhadap pekerja/buruh tetap dan pekerja./buruh harian lepas.
(28)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA
A. Pengertian Upah dan Jenis-Jenis Pengupahan
Tujuan buruh melakukan pekerjaan adalah untuk mendapatkan penghasilan/upah yang cukup membiayai kehidupannya bersama dengan keluarganya yaitu perhitungan yang layak bagi kemanusiaan, oleh karena itu berbicara upah haruslah menyangkut juga bagaimana pemahaman si pekerja/buruh mengenai upah yang hendak diterimanya.
Selama buruh melakukan pekerjaan memang ia berhak atas upah yang menjamin kehidupannya bersama dengan keluarganya, oleh karena itu selama ia bekerja pengusaha/majikan memang wajib membayar upah.
(29)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
Dipandang dari sudut nilainya, upah itu dibeda-bedakan antara upah nominal yaitu jumlah yang berupa uang, dan upah riil yaitu banyaknya barang yang dapat dibeli dengan jumlah uang itu.10
1. Menurut UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, yang dimaksud dengan Upah adalah ”hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan kerja, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.”
Bagi buruh yang penting adalah upah riil, karena dengan upahnya itu harus mendapatkan cukup barang yang diperlukan untuk kehidupannya bersama keluarganya. Kenaikan upah nominal tidak mempunyai arti baginya, jika kenaikan upah itu disertai dengan atau disusul oleh kenaikan harga kebutuhan hidup dalam arti kata seluas-luasnya. Turunnya harga barang keperluan hidup karena misalnya bertambahnya produksi barang itu, akan merupakan kenaikan upah bagi buruh walaupun jumlah uang yang ia terima dari majikan adalah sama seperti sedia kala. Sebaliknya, naiknya harga barang keperluan hidup, selalu berarti turunnya upah bagi buruh.
Beberapa pengertian upah dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan menurut para sarjana :
2. Menurut Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah yang dimaksud dengan Upah adalah ”penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan melalui persetujuan atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan, baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya.”
3. Menurut Dewan Penelitian Pengupahan Nasional tahun 1970, yang
menyebutkan bahwa: “Upah adalah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dari pemberi kerja untuk pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan, berfungsi sebagai kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan
10
(30)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk yang ditetapkan dalam bentuk suatu persetujuan, UU, peraturan-peraturan dan dibayar atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja”.
4. Menurut Prof. Imam Supomo yang dimaksud dengan upah adalah pembayaran yang diterima oleh buruh selama ia melakukan pekerjaan atau dipandang melakukan pekerjaan.
Dari uraian diatas jelas upah diberikan dalam bentuk uang, namun secara normatif masih ada kelonggaran bahwa upah dapat diberikan dalam bentuk lain berdasarkan perjanjian atau peraturan perundangan, dengan batasan nilainya tidak boleh melebihi 25% (dua puluh lima persen) dari nilai upah yang seharusnya diterima.11
1. Upah Minimum
Pada hakekatnya upah haruslah mampu menjadi tulang punggung kehidupan pekerja/buruh karena upah merupakan pendapatan yang diperoleh dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu penetapan upah haruslah berdasarkan kebutuhan hidup minimum serta kebutuhan hidup layak seorang manusia, dalam hal ini buruh. Dalam hal pelaksanaan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja, pemerintah menetapkan jenis-jenis pengupahan, meliputi:
Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1999 Tentang Upah Minimum, upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.
Berdasarkan memori penjelasan pasal 89, upah minimum sektoral dapat ditetapkan untuk kelompok lapangan usaha beserta pembagiannya menurut klasifikasi lapangan usaha Indonesia untuk kabupaten/kota, provinsi, beberapa
11
(31)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
provinsi atau nasional dan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum regional daerah yang bersangkutan.
Upah minimum tersebut kemudian ditetapkan oleh gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/ Bupati/Walikota.
2. Upah yang Dibayar Dalam Hal Pekerja/Buruh Tidak Melakukan Pekerjaan Upah tidak dibayar apabila pekerja tidak melakukan pekerjaan kecuali jika : a) Pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan.
b) Pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan.
c) Pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena menikah, menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, istri melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau istri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia.
d) Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaan karena menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya.
e) Pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha.
f) Pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat.
g) Pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas persetujuan pengusaha.
(32)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
Apabila terjadi hal-hal seperti tersebut diatas, pengusaha tetap wajib membayar upah kepada pekerja dengan ketentuan:
a) Jika pekerja/buruh sakit (maksudnya sakit biasa, bukan sakit akibat kecelakaan kerja) terus-menerus sampai 12 bulan, maka upah yang dibayarkan pengusaha diatur :
- 100% dari upah untuk tiga bulan pertama, - 75% dari upah untuk tiga bulan kedua, - 50% untuk tiga bulan ketiga,
- 25% untuk tiga bulan keempat sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha.
b) Pekerja/buruh menikah, dibayar untuk tiga hari. c) Menikahkan anaknya dibayar untuk dua hari.
d) Mengkhitankan/membaptiskan anaknya dibayar untuk dua hari. e) Istri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk dua hari f) Suami/istri, orang tua/mertua atau anak atau menantu meninggal dunia,
dibayar untuk dua hari.
g) Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk satu hari.
h) Mengenai ketentuan upah pekerja/buruh tetap dibayar bilamana pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaan karena menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya, dalam memori penjelasan Pasal 93 ayat (2) huruf e Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan menjalankan kewajiban ibadah menurut agamanya adalah melaksanakan kewajiban ibadah menurut agamanya
(33)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
yang telah diatur dengan peraturan perundang-undangan, seperti ibadah haji untuk pemeluk agama islam. Dalam Pasal 6 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah ditentukan bahwa pengusaha wajib untuk tetap membayar kepada buruh yang tidak dapat menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban ibadah menurut agamanya selama waktu yang diperlukan, tetapi tidak lebih dari tiga bulan.
3. Upah Kerja Lembur
Pengertian upah kerja lembur upah yang diberikan pengusaha sebagai imbalan kepada pekerja karena telah melakukan pekerjaan atas permintaan pengusaha yang melebihi dari jam dan hari kerja (tujuh jam sehari dan empat puluh jam seminggu) atau pada hari istirahat mingguan, hari-hari besar yang telah ditetapkan pemerintah. Hal ini berarti seorang oekerja/buruh telah bekerja melebihi empat puluh jam seminggu, maka pekerja buruh yang bersangkutan behak menerima upah lembur. Dengan membayar upah lembur merupakan kewajiban pengusaha, apabila pekerja/buruh telah melaksanakan pekerjaan melebihi ketentuan jam kerja (empat puluh hari seminggu).12
Walaupun demikian menurut ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep-02/Men/VI/2004 mengatur pembatasan terjadap pekerja/buruh yang termasuk golongan jabatan tertentu tidak behak atas upah lembur dengan ketentuan mendapat upah yang lebih tinggi. Mereka itu adalah yang memiliki tanggung jawab sebagai pemikir, perencana, pelaksana dan pengendali jalannya
12
(34)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
perusahaan yang waktu kerjanya tidak dapat dibatasi menurut waktu kerja yang ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Adapun kritera pekerja staf yang tidak berhak menerima upah lembur ialah mereka:
a) Yang memiliki jabatan struktural dalam organisasi perusahaan;
b) Yang memiliki kewajiban; tanggung jawab dan wewenang terhadap kebijakan perusahaan;
c) Yang mendapat upah lebih besar daripada pekerja lainnya; dan d) Yang mendapat fasilitas yang lebih baik daripada pekerja lainnya. Pedoman perhitungan upah lembur sebagai berikut:
a) Perhitungan upah lembur didasarkan pada upah bulanan. b) Upah seja adalah 1/173 kali upah sebulan.
c) Dalam hal upah pekerja/buruh dibayar :
Secara harian, maka perhitungan upah sebulan adalah upah sehari dikalikan 25 bagi yang bekerja 6 hari seminggu, atau dikalikan 21 bagi yang bekerja 5 hari seminggu;
Berdasarkan satuan hasil, maka upah sebulan adalah upah rata-rata dua belas bulan terakhir;
Dalam hal pekerja/buruh bekerja kurang dari dua belas bulan, maka upah sebulan dihitung rata selama bekerja, dengan ktentuan tidak boleh rendah dari upah minimum setempat.
d) Upah dan tunjangan tetap untuk dasar perhitungan upah lembur adalah 100%, jadi jumlah upah keseluruhan bukan upah pokok.
(35)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
e) Apabila upah keseluruhan terdiri atas upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap, sedangkan jumlah upah pokok dan tunjangan tetap kurang dari 75%, maka untuk dasar perhitungan upah lembur adalah 75% dari jumlah upah keseluruhan.
Sedangkan cara perhitungan upah lembur:
a. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja:
1. untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar 150% kali upah sejam;
2. untuk setiap jam kerja lembur berikut haus dibayar upah sebesar 200% kali upah sejam.
b. Apabila lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi untuk waktu kerja enam hari kerja empat puluh jam dalam seminggu, maka perhitungaanya:
1. untuk tujuh jam pertama dibayar 200% kali upah sejam, dan jam ke-8 dibayar 300% kali upah sejam, dan jam ke-9 dan ke-10 dibayar 400% kali upah sejam.
2. apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek perhitungan upah lembur lima jam pertama dibayar 200% kali upah sejam, jam ke-6 dibayar 300% kali upah sejam, jam ke-7 dan ke-8 dibayar 400% kali upah sejam.
c. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi untuk waktu kerja lima hari kerja empat puluh jam dalam seminggu, maka perhitungaan upah kerja lembur untuk delapan
(36)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
jam pertama dibayar 200% kali upah sejam, jam ke-9 dibayar 300% kali upah sejam, dan jam ke-10 dibayar 400% kali upah sejam.
4. Tunjangan Hari Raya Keagamaan
Berdasarkan Pasal 1 butir (d) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor Per.04/Men/1994 Tahun 1994 Tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan (THR), adalah pendapatan pekerja/buruh yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja atau keluarga menjelang hari raya keagamaan yang berupa uang atau bentuk lain.
1. Pembayaran THR
Pemberian THR sebagaimana dimaksud diatas disesuaikan dengan hari raya besar keagamaan setiap pekerja/buruh kecuali kesepakatan pengusaha dan pekerja/buruh menentukan lain.
Pembayaran tunjangan hari raya wajib dibayarkan oleh pengusaha selambat-lambatnya tujuh hari sebelum hari raya keagamaan.
2. Hak dan Perhitungan THR
Pengusaha wajib memberikan THR kepada pekerja yang telah mempunyai masa kerja tiga bulan secara terus-menerus atau lebih dan diberikan satu kali dalam satu tahun.
Besarnya THR ditetapkan sebagai berikut:
I. Pekerja yang telah mempunyai masa kerja dua belas bulan secara terus-menerus atau lebih sebesar satu bulan upah.
II. Pekerja yang telah mempunyai masa kerja tiga bulan secara terus menerus tetapi kurang dari 12 bulan diberikan secara proporsional dengan masa kerja, yakni dengan perhitungan : masa kerja x satu
(37)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
bulan upah, contoh : pekerja/buruh yang memiliki masa kerja empat bulan terus-menerus, sekurang-kurangnya mendapatkan THR sebesar 4/12 x 1 bulan. (upah satu bulan adalah upah pokok ditambah tunjangan-tunjangan tetap).
5. Keterlambatan Pembayaran Upah
Berdasarkan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 menyatakan bahwa upah harus dibayar oleh pengusaha kepada pekerja/buruh secara tepat waktu sesuai kesepakatan. Bila pengusaha terlambat membayar upah, maka pengusaha wajib membayar denda sesuai dengan persentase tertentu dari upah pekerja/buruh atau tambahan upah kepada pekerja/buruh sebesar:
a) 5% per hari keterlambatan untuk hari keempat sampai hari kedelapan. b) 1% hari keterlambatan, untuk hari kesembilan dan seterusnya. Dengan
catatannya tidak boleh melebihi 50% dari upah keseluruhan yang seharusnya diterima oleh pekerja/buruh.
c) Apabila melebihi sebulan masih belum dibayar, disamping denda pengusaha juga wajib membayar bunga (sesuai dengan bunga bank untuk kredit perusahaan yang bersangkutan).
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka pengusaha wajib membayar upah dan dendanya sebesar 150% ditambah bunga apabila melebihi tiga puluh hari sejak hari ke-4 keterlambatan.
6. Daluwarsa Upah dan Upah Sebagai Utang yang Didahulukan
Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu dua tahun sejak timbulnya hak.
(38)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
Dalam perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peratuan perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang harus didahulukan pembayarannya (pekerja/buruh sebagai kreditur preference).
B. Latar Belakang dan Perkembangan Sistem Penentuan Besaran Upah di Indonesia : KFM (Kebutuhan Fisik Minimum), KHM (Kebutuhan Hidup Minimum), dan KHL (Kebutuhan Hidup Layak)
Sistem penetuan besaran upah di Indonesia idealnya didasarkan kepada standart kehidupan hidup manusia, bagaimana kebutuhan seseorang akan sandang, pangan dan papan serta kesejahteraan lainnya. Sejak dahulu penentuan besaran upah telah mengalami pergantian standart kebutuhan hidup dari kebutuhan fisik minimum (KFM), kebutuhan hidup minimum (KHM) hingga pada kebutuhan hidup layak (KHL), pada sub bab ini akan dijelaskan satu persatu mengenai rincian masing-masing sistem penentuan besaran upah tersebut.
Latar Belakang dan Perkembangan Kebutuhan Fisik Minimum (KFM)
Kebutuhan Fisik, dapat dijabarkan sebagai kebutuhan untuk menjaga kesehatan ragawi buruh, agar ia dapat bekerja dengan segenap tenaga dan sanggup berkonsentrasi penuh selama bekerja. Dengan demikian, komponen pokok dari Kebutuhan Fisik adalah kecukupan gizi, baik untuk tubuh maupun otak. Tapi, untuk dapat menghadirkan seorang yang sehat ke dalam proses kerja, dibutuhkan pula biaya untuk menciptakan kesempatan beristirahat dan memulihkan (restorasi) tenaga yang telah dihabiskan dalam proses produksi.
(39)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
Komponen biaya tempat tinggal (termasuk listrik dan air) dan rekreasi masuk dalam kategori ini. Di samping itu, seorang buruh harus juga menjaga kesehatan fisik dan lingkungannya – antara lain dengan mandi, berpakaian yang layak dan sehat, dan berolahraga. Komponen pokok terakhir adalah biaya yang dibutuhkan untuk menghadirkan buruh tersebut secara fisik di pabrik – dengan kata lain, biaya transportasi.13
13
Ken Buddha Kusumandharu, Upah : sebuah catatan Ekonomi-Politik,
Perkembangan kebutuhan fisik minimum tidak hanya mengacu kepada fisik si pekerja/buruh saja tetapi juga keluarganya yang merupakan tanggungan mutlak si pekerja/buruh. Penetapan tingkat upah bagi pekerja/buruh merupakan kebijaksanaan yang sangat penting, karena hal ini berkaitan langsung dengan kebijaksanaan peningkatan taraf hidup pekerja/buruh dan keluarga. Salah satu indikator dalam mempertimbangkan penetapan upah minimum pekerja/buruh adalah Nilai Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) yang disajikan dalam sub-bab menurut 3 jenis penggolongan pekerja/buruh yaitu :
- Seorang Pekerja Lajang (PL);
- Seorang Pekerja + 1 Istri + 1 Anak (K1); - Seorang Pekerja + 1 Istri + 2 Anak (K2);
Dengan adanya ketiga jenis penggolongan pekerja/buruh sebagai komponen nilai kebutuhan fisik minimum maka perlunya perhitungan setiap kebutuhan fisik dari objek komponen tersebut yang hendak dicantumkan dalam penetapan upah minimum agar pekerja/buruh dapat menerima upah minimum sesuai dengan kebutuhan fisik minimum dirinya serta keluarganya.
(40)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
Dalam perkembangan industri serta pola hidup masyarakat, penentuan besaran upah yang berdasarkan kebutuhan fisik minimum sudah tidak dapat lagi menjadi ajuan. Karena kebutuhan masyarakat, dalam hal ini pekerja/buruh bukan hanya kepada fisik semata, mental juga merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Misalnya membaca buku dalam hal memperoleh pengetahuan, mengadakan perwiritan dalam hal pergaulan rohani, dll. juga merupakan kebutuhan hidup yang patut dijadikan ukuran dalam menentukan besaran upah yang harus diterima oleh pekerja/buruh sehingga penentuan besaran upah berdasarkan standart kebutuhan fisik minimum sudah tidak patut lagi menjadi acuan dalam menetapkan upah minimum yang diterima oleh pekerja/buruh.
Latar Belakang dan Perkembangan Kebutuhan Hidup Minimum (KHM)
Timbulnya kebutuhan hidup minimum dilatarbelakangi oleh tujuan meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh sehingga mampu mendorong perkembangan dunia usaha. Salah satunya adalah penetapan upah minimum yang dilakukan dengan mempertimbangkan peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh tanpa mengabaikan peningkatan produktivitas dan kemajuan perusahaan serta perkembangan perekonomian serta pada umumnya.
Perlunya standarisasi kebutuhan hidup minimum sebagai sistem dalam menentukan besaran upah yang diterima pekerja/buruh yang unsur-unsurnya mencakup semua kebutuhan hidup yang minimum dari pekerja/buruh, baik itu sandang, pangan dan papan harus diatur sesuai dengan kebutuhan hidup minimum seorang manusia yang
(41)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
bekerja yang dapat dinilai dengan uang yang dapat di belanjakan sesuai dengan harga pasar nasional/daerah.14
Dalam penetapan upah minimum yang dilakukan oleh Dewan Pengupahan Nasional/Daerah berbagai faktor dipertimbangkan, dengan mengadakan penajaman dan penyesuaian dengan tujuan penetapan upah minimum yaitu : sebagai jaring pengaman agar upah tidak merosot, mengurangi kesenjangan upah terendah dan upah tertinggi dan meningkatkan penghasilan pekerja/buruh pada tingkat paling bawah.
Perkembangan kebutuhan hidup minimum pasti mengikuti pola-pola konsumerisme masyarakat, dimana pekerja/buruh juga bagian dari masyarakat yang juga terikut pola-pola konsumerisme pasar tersebut sehingga kebutuhan hidup minimum dapat berubah, namun tidak secara signifikan melainkan perlahan.
Dalam melindungi pekerja/buruh agar tercukupinya kebutuhan hidup minimum pekerja/buruh pemerintah mengeluarkan kebijakan upah minimum. Kebijaksanaan upah minimum ini (UMR), bersifat dan berlaku umum disuatu daerah, tanpa membedakan kemampuan perusahaan secara sektoral. Dalam pelaksanaannya ketetapan UMR belum dapat mengakomodasi perusahaan-perusahaan pada sektor-sektor yang membayar upah yang lebih tinggi, sehingga dapat memperlambat peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh.
15
Oleh karena itu untuk mewujudkan penetapan upah minimum yang berdasarkan kebutuhan hidup minimum yang lebih realistis sesuai dengan kemampuan perusahaan, melalui Permenaker NO. 01/MEN/1999 tentang Upah Minimum diatur penetapan upah
14
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 81/MEN/1995 Tentang Penetapan Komponen Kebutuhan Hidup Minimum.
15
Departemen Tenaga Kerja RI., Direktorat Jendral Binawas, Direktorat Pengupahan dan Jaminan Sosial, Pedoman Penyusunan dan Pelaksanaan Upah Minimum, Jakarta, PT. Jamsostek, 1999.
(42)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
minimum regional (UMR) dan upah minimum sektoral regional (UMSR) yang disesuaikan dengan kondisi perkembangan saat ini.
Latar Belakang dan Perkembangan Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
Hasil pertemuan Lembaga Kerjasama Tripartit Nasional tanggal 24 Agustus 2005 mengenai ditetapkannya Komponen dan Pelaksanaan Tahap Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak yang selanjutnya dibukukan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 17 Tahun 2005 yang otomatis menghapus Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP. 81/MEN/1995 tentang Penetapan Komponen Kebutuhan Hidup Minimum sehingga peraturan tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi.
Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) yang kemudian ditingkatkan menjadi Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dilatarbelakangi oleh peningkatan standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik dan sosial, untuk kebutuhan 1 (satu) bulan.16
Kebutuhan para pekerja/buruh saat ini mengalami perkembangan secara teori/ketentuan standarisasi, kebutuhan Pekerja/buruh diawali dengan kebutuhan fisik
Dalam penetapan KHL yang kelak menjadi standart penetapan upah minimum juga harus dilakukan survey terhadap harga pasar yang kemudian dibakukan oleh Dewan Pengupahan Nasional/Daerah yang akan diterapkan pada masing-masing daerah, sehingga naik turunnya harga pasar di daerah mempengaruhi penetapan jumlah upah minimum yang akan dikeluarkan oleh Dewan Pengupahan Daerah.
16
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 17/MEN/III/2005 Tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak.
(43)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
minimum yang hanya mengatur kriteria pemenuhan kebutuhan fisik dengan mengenyampingkan mental lalu kepada kebutuhan hidup minimum yang juga hanya mengatur kriteria pemenuhan kebutuhan hidup yang tetap saja pada standar minimum.
Kita harus melihat perlunya masa depan untuk pekerja/buruh, karena pekerja/buruh juga manusia yang pasti memiliki generasi kedepan dengan segudang cita-cita kehidupannya. Perlunya penetapan upah minimum yang sesuai dengan kebutuhan hidup layak merupakan harapan yang sudah dicita-citakan oleh kaum pekerja/buruh sejak lama. Sekarang tinggal pelaksanaan/penerapannya oleh pihak yang bertanggung jawab yaitu perusahaan/pengusaha/majikan dalam melaksanakan penetapan upah minimum yang berdasarkan kebutuhan hidup layak yang harus mematuhi setiap peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah.
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NO. 17 TH 2005
I
Harga
1. Beras Sedang 10.00 Kg 2. Sumber Protein :
a. Daging Sedang 0,75 Kg b. Ikan Segar baik
c. Telur Ayam Telur ayam ras 1,20 Kg 3. Kacang-kacangan :
tempe/tahu Baik 4.50 Kg
4. Susu bubuk Sedang 0.90 Kg
5. Gula pasir Sedang 3.00 Kg
6. Minyak goreng Curah 2.00 Kg
7. Sayuran Baik 7.20 Kg
8. Buah-buahan
setara pisang/pepaya Baik 7.50 Kg
9. Karbohidrat lain
setara tepung/terigu Sedang 3.00 Kg
(44)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
11. Bumbu-bumbuan (Nilai 1 s/d 10) 15.00 % :
Harga
12. Celana panjang/rok Katun sedang6/12 Potong 13. Kemeja lengan
pendek/blouse Setara Katun 6/12 Potong 14. Kaos oblong/BH Sedang 6/12 Potong 15. Celana dalam Sedang 6/12 Potong 16. Sarung/kain panjang Sedang 1/12 Helai 17. Sepatu Kulit sintetis 2/12 Pasang 18. Sandal jepit Karet 2/12 Pasang 19. Handuk mandi 100 cm x 60 cm 1/12 Potong 20. Perlengkapan ibadah
Sajadah, Mukena 1/12 Paket :
Harga N
21. Sewa kamar Sederhana 1.00 1 bulan 22. Dipan/tempat tidur No.3 polos 1/48 Buah 23. Kasur dan bantal Busa 1/48 Buah 24. Seprei dan sarung
bantal Katun 2/12 Set 25. Meja dan kursi 1 meja/4 kursi 1/48 Set 26. Lemari pakaian Kayu sedang 1/48 Buah 27. Sapu Ijuk sedang 2/12 Buah 28. Perlengkapan makan
1. Piring makan polos 3/12 Buah 2. Gelas minum polos 3/12 Buah 3. Sendok dan garpu sedang 3/12 Pasang 29. Ceret alumunium Ukuran 25 cm 1/24 Buah 30. Wajan alumunium Ukuran 32 cm 1/24 Buah 31. Panci alumunium Ukuran 32 cm 2/12 Buah 32. Sendok masak Alumunium 1/12 Buah 33. Kompor minyak
tanah 16 sumbu 1/24 Buah 34. Minyak tanah Eceran 10.00 Liter 35. Ember plastik Isi 20 liter 2/12 Buah 36. Listrik 450 watt 1.00 Bulan 37. Bola lampu
(45)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
pijar/neon 25 watt/15 watt 6/12 atau 3/12 Buah 38. Air Bersih Standar PAM 2.00 Meter kubik
39. Sabun cuci Cream/deterjen 1.50 Kg
:
Harga
40. Bacaan/radio Tabloid/band 4 atau1/4 Eks atau Buah :
41. Sarana Kesehatan :
a. Pasta gigi 80 gram 1.00 Tube
b. Sabun mandi 80 gram 1.00 3/12 Buah
c. Sikat gigi Produk lokal 1.00 Buah d. Shampo Produk lokal 1.00 Botol 100 ml e. Pembalut atau
alat cukur isi 10 1.00 dus/se
42. Obat anti nyamuk Bakar 3.00 Dus
43. Potong rambut
di tukang cukur/salon 6/12 kali
Harga
44. Transport kerja
dan lainnya Angkutan umum 30.00 Hari (PP)
Harga
45. Rekreasi Daerah sekitar 2/12 Kali 46. Tabungan (2% dari nilai 1 s/d 45)
(46)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
C. Hak dan Kewajiban Pekerja/Buruh Tetap dan Pekerja/Buruh Harian Lepas
Hak dan kewajiban pekerja/buruh merupakan hal yang prinsipil dan pasti timbul dalam hubungan ketenagakerjaan karena kedua hal tersebut merupakan sesuatu yang lahir dari aktivitas produksi yang melibatkan pekerja/buruh dan pengusaha/majikan. Hak dan kewajiban merupakan hal yang sangat erat hubungannya, dimana seorang pekerja/buruh bila melakukan kewajiban maka akan timbul hak yang kemudian diatur secara seadilnya-adilnya agar tidak menimbulkan ketidakseimbangan yang kelak berpotensi menyebabkan salah satu pihak (pekerja/buruh dan pengusaha/majikan) merasa dirugikan.
Perlunya aturan hak dan kewajiban secara seadil-adilnya sangatlah penting bagi pekerja/buruh karena pekerja/buruh merupakan pihak yang paling berpotensi dirugikan dalam penetapan hak dan kewajiban tersebut, dalam sub bab ini membahas apa saja yang menjadi hak dan kewajiban bagi pekerja/buruh tetap dan hak dan kewajiban pekerja/buruh harian lepas agar mendapat kesimpulan atau gambaran perbedaan antara hak dan kewajiban berdasarkan dua jenis status pekerja/buruh tersebut.
Hak dan kewajiban pekerja/buruh tetap
Dengan adanya hak dan kewajiban pekerja/buruh tetap maka terciptalah hubungan industrial yang seimbang yang mana bila semua aturan-aturan yang sudah ditetapkan dilaksanakan oleh para pihak, baik itu pengusaha maupun pekerja/buruh. Adapun yang menjadi hak dan kewajiban pekerja/buruh tetap adalah sebagai berikut:
Hak pekerja/buruh tetap:
(47)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
Yaitu: hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan kerja, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Pada pekerja/buruh tetap upah yang diterima sifatnya adalah upah tetap, yaitu upah yang diterima pekerja/buruh secara tetap atas suatu pekerjaan yang dilakukan secara tetap. Upah tetap ini diterima secara tetap dan tidak dikaitkan dengan tunjangan tidak tetap, upah lembur dan lainnya.17
2) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)
Yaitu: Jaminan sosial yang diberikan perusahaan kepada pekerja/buruh yang menurut UU nomor 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja. UU ini kemudian dikkonkritkan lagi dengan dikeluarkannya UU No. 14 tahun 1993 tentang program jamsostek yang meliputi 4 program yaitu:
• Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Yaitu: jaminan yang diberikan kepada pekerja/buruh yang mengalami kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja.18
17
Edytus Adisu, Hak Karyawan Atas Gaji dan Pedoman Menghitung Gaji, Forum Sahabat, Jakarta, 2008, hal. 4.
18
Ibid, hal. 10
Demikian pula kecelakaan kerja yang terjadi dalamperjalanan yang berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Yang termasuk dalam jaminan kecelakaan kerja adalah:
(1)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
perannya menjaga eksistensi pengusaha/perusahaan belum mencoba dengan serius untuk menjaga hubungan yang baik antara pengusaha dan pekerja/buruh dari segi pengupahan, walaupun demikian tidak tertutup kemungkinan akan terbina hubungan yang harmonis antara pengusaha dan pekerja/buruh. Serikat pekerja/buruh belum menunjukkan peran seriusnya namun terus mencoba mengadvokasi buruh demi mendapatkan upah yang sesuai dengan pemenuhan kebutuhan hidup layak sesuai dengan aturan yang ada.
4. PT. Arwana Mas Indonesia sebagai salah satu perusahaan yang berkembang dan menurut prediksi penulis akan maju kelak sudah mencoba semampunya dalam mensejahterakan pekerja/buruhnya melalui pengupahan yang sesuai dengan kebutuhan hidup layak, namun fondasi sistem pengupahannya belum dibangun dan dilaksanakan secara sempurna, karena mensejahterakan pekerja/buruh bukan hanya bicara upah yang diterima selama satu bulan namun juga jaminan-jaminan sosialnya sebagai manusia yang layak serta pembangunan/penciptaan rasa saling memiliki (sense of belonging) dengan perusahaan yang harus menjadi tanggung jawab perusahaan.
B. SARAN
Dari hasil penelitian, analisis dan pemaparan diatas, maka ada beberapa hal yang dapat dan perlu penulis sarankan yang kiranya dapat menjadi solusi kelak, yaitu:
1. Belum optimalnya seluruh pelaku hubungan industrial/ketenagakerjaan baik itu dari pemerintah, pengusaha, peradilan hubungan industrial maupun
(2)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
pekerja/buruh itu sendiri membuat aturan pengupahan tidak dilaksanakan sebagaimana yang tercantun dalam aturan tersebut. Perlu lebih ketatnya peran pemerintah untuk mengawasi perusahaan dalam memberlakukan upah minimum provinsi/daerah dan memberikan sanksi yang tegas kepada perusahaan yang tidak melaksanakan ketentuan pengupahan yang berlaku. Hal yang menjadi sangat penting adalah kemauan perusahaan untuk mensejahterakan buruhnya, hal ini dapat diwujudkan dengan cara menerapkan standar kebutuhan hidup yang layak yang tercantum dalam upah minimum provinsi/daerah sehingga kelak akan terdapat titik temu antara pengusaha dan pekerja/buruh. Peradilan hubungan industrial harus diberikan wewenang dalam melaksanakan putusannya terhadap suatu sengketa ketenagakerjaan, sifat memaksa inilah yang tidak diperoleh oleh peradilan tersebut karena kelak dalam permasalahan pengupahan yang menjadi eksekutor adalah pengusaha itu sendiri karena pengusahalah yang membayar tuntutan upah pekerja/buruh jika pekerja/buruh menang dalam peradilan hubungan industrial.
2. Dewan pengupahan daerah sebagai wadah pemberi masukan/pertimbangan terhadap standarisasi pengupahan provinsi/daerah harus lebih mengakomodiir aspirasi semua pihak, khususnya pekerja/buruh karena banyak kasus ketenagakerjaan mengenai upah yang menyudutkan pekerja/buruh. Asosiasi Pengusaha Indonesia juga sebagai organisasi perkumpulan pengusaha yang juga berhubungan dengan pekerja/buruh haruslah dapat mengerti kemauan pekerja/buruh dan diharapkan dapat mengambil langkah positif dalam hal pengupahan yang kelak dapat
(3)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
mensejahterakan pekerja/buruh sehingga dapat tercipta hubungan yang harmonis antara pengusaha dan pekerja/buruh. Serikat pekerja dalam hal ini jangan terhanyut dalam hegemoni pengusaha seperti yang selama ini, serikat buruh merupakan perpanjangan tangan dari pengusaha. Serikat pekerja/buruh harus mampu melaksanakan kewajibannya, yaitu memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan keluarganya sehingga dapat memberi rasa yang nyaman bagi pekerja/buruh dalam bekerja.
3. Setelah menelusuri karakteristik dari PT. Arwana Mas Indonesia, harapan penulis sudah tidak ada lagi pekerja harian lepas lagi di perusahaan tersebut. Karena denga statusnya sebaga pekerja/buruh harian lepas maka hak-haknya seperti jaminan sosial tenaga kerja dapt terpenuhi dan dapt menjdi tanbungan jaga-jaga untuk masa yang akan datang. Satu lagi mengenai menajemen pengupahan harus lebih tersusun dengan rapi, karena rincian-rincian pengupahan yang tersusun dengan rapi sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara para pihak yang berada didalam perusahaan yang merupakan salah satu ciri perusahaan yang kelak akan menjadi perusahaan besar baik dari sistem kerja, pekerja/buruh maupun kuantitas dan kualitas produksi perusahaan tersebut.
(4)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Khakim, Abdul, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007.
Muharram, Hidayat, Panduan Memahami Hukum Ketenagakerjaan Serta
Pelaksanaannya di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006.
Moeloeng, J., Prof Lexy, Metodologi Analisis Data, Rosda, Jakarta, 2005.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia UI Press, Jakarta, 1986.
Nazir, Mohammad, Phd., Metodologi Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006. Supomo, Prof Iman, Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, 2003.
RI, Tenaga Kerja, Departemen, Pedoman Penyusunan dan Pelaksanaan Upah
Minimum, Jakarta, PT. Jamsostek, 1999.
Adytus, Edytus, Hak Karyawan Atas Gaji dan Pedoman Menghitung, Forum Sahabat, Jakarta, 2008.
Djumialdji, F.X., SH., Perjanjian Kerja, Bumi Aksara, Jakarta, 1997.
Muchsan, Ali, Upah Sebagai Hak Asasi Buruh, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995. Hutabarat, Hasiholan, Tua, Msi., Realitas Upah Buruh Industri, Kelompok Pelita Sejahtera dan N(o)vib, Medan, 2006.
Situmorang, Manginar, Msi. dkk., Buruh Harian Lepas, Kelompok Pelita Sejahtera, Medan, 2008.
(5)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.
USU Repository © 2009
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER-06/MEN/1985 Tentang Perlindungan Pekerja Harian Lepas
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-81/MEN/1995 Tentang Penetapan Komponen Kebutuhan Hidup Minimum
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transportasi No. PER-17/MEN/III/2005 Tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-02/MEN/1976 jo. PER-02/MEN/1978 Tentang Peraturan Perusahaan dan Perundingan Pembuatan Perjanjian Perburuhan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 107 Tahun 2004 Tentang Dewan Pengupahan
Undang-Undang No. 21 Tahun 2003 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh
C. SITUS INTERNET
Ken Buddha Kusumandharu, Upah : Sebuah Catatan Ekonomi-Poltik,
Tanggal 28 Juli 2008.
27 Agustus 2008.
D. DOKTRIN
Hasil Wawancara Dengan Kepala Personalia PT. Arwana Mas Indonesia, Frien Jones Tambun, SH.
(6)
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada Pekerja/Buruh Tetap Dan Pekerja/Buruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia), 2007.