Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada PekerjaBuruh Tetap Dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup
Layak Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia, 2007. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan bangsa yang besar, dan tentu saja memiliki pandangan hidup serta ideologi landasan berpikir dan bertindak yang besar, yaitu Pancasila yang
merupakan cerminan Sosialisme Indonesia yang juga adalah hasil dari seluruh cerminan tingkah laku bangsa Indonesia dari dulu hingga sekarang. Beranjak dari
ideologi Pancasila tersebutlah maka rakyat Indonesia memiliki persamaan kesadaran cita-cita dan persamaan nasib untuk mewujudkan tujuan bangsa Indonesia yang
tercermin pada Pancasila, yaitu : ”Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” dan UUD RI Tahun 1945, yaitu : ”Memajukan Kesejahteraan Umum.”
1
1
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Sila Kelima Pancasila serta Pembukaan UUD RI Tahun 1945 tersebut memberi suatu kewajiban
bagi Negara untuk melaksanakan suatu penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara yang memiliki rasa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia demi tujuan
memajukan kesejahteraan umum. Pemenuhan keadilan serta perwujudan memajukan
kesejahteraan umum itu sendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini ditentukan dari berjalan atau tidaknya hukum di Negara ini. Hukumlah yang mengatur
kehidupan masyarakat, yang memandang bahwa manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama didepan hukum, oleh karena itu perlunya pelaksanaan agenda reformasi
yaitu penegakan supremasi hukum sehingga setahap demi setahap dapat melangkah
menuju cita-cita bangsa.
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada PekerjaBuruh Tetap Dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup
Layak Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia, 2007. USU Repository © 2009
Sejalan dengan semakin terpuruknya ekonomi secara nasional, regional dan lokal, kondisi pekerjaburuh dalam hal persoalan upah juga mendapat pengaruh yang
cukup besar. Hal itu tidak terlalu jauh dengan kondisi sistem pengupahan di negara- negara lain, terutama di negara berkembang, seperti negara-negara di Asia Tenggara
yang mendapat guncangan yang cukup besar akibat pukulan krisis ekonomi global Sektor yang mendapat pengaruh cukup besar akibat krisis ekonomi adalah
sektor ketenagakerjaan, salah satunya adalah sistem upahpengupahan. Sistem upahpengupahan di Indonesia perlu penataan yang lebih baik yang mana penataan
tersebut harus lebih berpihak lagi terhadap kepentingan tenaga kerjaburuh. Perlunya keberpihakan hukum terhadap tenaga kerjaburuh adalah hal yang tidak perlu ditawar
lagi karena tenaga kerjaburuh selama ini telah menjadi komoditi eksploitasi para pengusaha yang lebih mengenyampingkan aturan-aturan mengenai sistem pengupahan
yang layak dari pada melaksanakannya demi mensejahterakan tenaga kerjaburuh. Sistem pengupahan tenaga kerjaburuh harus lebih mendapat perhatian yang lebih, baik
terhadap tenaga kerjaburuh tetap maupun tenaga kerjaburuh harian lepas karena menyangkut keberlangsungan dan kualitas hidup tenaga kerjaburuh tersebut.
Di bidang hukum ketenagakerjaanperburuhan juga sangat mendapat perhatian untuk mewujudkan terciptanya perlindungan hukum bagi upahpengupahan tenaga
kerja yang juga menyangkut sistem upahpengupahan terhadap tenaga kerjaburuh. Beberapa pasal dalam Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan yang mengatur mengenai perlindungan hukum bagi upahpengupahan tenaga kerjaburuh yang juga menyangkut sistem upahpengupahan terhadap berbagai
jenis tenaga kerjaburuh, yaitu
2
2
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
:
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada PekerjaBuruh Tetap Dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup
Layak Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia, 2007. USU Repository © 2009
1. Salah satu tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah memberikan
perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan Pasal 4 huruf c;
2. Dalam upaya memajukan kesejahteraan umum haruslah melalui upaya
peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya Pasal 4 huruf d; 3.
Setiap pekerjaburuh memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan Pasal 88 ayat 1;
4. Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, pemerintah menerapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerjaburuh Pasal 88 ayat 2.
5. Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerjaburuh sebagaimana dimaksud
ayat 2 meliputi : Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
1, pemerintah menerapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerjaburuh Pasal 88 ayat 3.
6. Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerjaburuh sebagaimana dimaksud
ayat 2 meliputi : upah minimum, upah kerja lembur, upah tidak masuk kerja karena berhalangan, upah masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar
pekerjaannya, upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya, bentuk dan cara pembayaran upah denda dan potongan upah, hal-hal lain yang
diperhitungkan dalam upah, struktur dan skala pengupahan yang proporsional, upah untuk pembayaran pesangon, dan upah untuk perhitungan pajak dan
penghasilan Pasal 88 ayat 3;
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada PekerjaBuruh Tetap Dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup
Layak Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia, 2007. USU Repository © 2009
7. Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat 3 huruf a terdiri
atas : upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupatenkota, dan upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupatenkota
Pasal 89 ayat 1; 8.
Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak Pasal 89 ayat 2;
9. Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditetapkan oleh
Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi danatau BupatiWalikota Pasal 89 ayat 3;
10. Komponen serta pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak
sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 diatur dengan Keputusan Menteri Pasal 89 ayat 4;
11. Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan
pekerjaburuh atau serikat pekerjaburuh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pasal 91 ayat 1; 12.
Pengusaha menyususun struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi Pasal 92 ayat 1;
13. Untuk memberikan saran, pertimbangan, dan merumuskan kebijakan
pengupahan yang akan ditetapkan oleh pemerintah, serta untuk pengembangan sistem pengupahan nasional dibentuk Dewan Pengupahan Nasional, Provinsi,
dan Kabupatenkota Pasal 98 ayat 1. 14.
Setiap pekerjaburuh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja Pasal ayat 99 1.
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada PekerjaBuruh Tetap Dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup
Layak Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia, 2007. USU Repository © 2009
15. Setiap pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi
pengusaha Pasal 105 ayat 1. 16.
Setiap pekerjaburuh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerjaserikat buruh Pasal 104 ayat 1.
Mengenai azas pemberlakuan ketentuan pengupahan terhadap semua pekerja, dimana disebutkan semua ketentuan ketenagakerjaan berlaku terhadap semua pekerja
tanpa membedakan statusnya.
3
1. Hak menerima upah timbul pada saat adanya hubungan kerja dan berakhir pada
saat hubungan kerja putus Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah.
Azas pengupahan terdiri atas :
2. Pengusaha tidak boleh mengadakan diskriminasi upah bagi pekerjaburuh laki-
laki dan wanita untuk jenis pekerjaan yang sama. Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah.
3. Upah tidak dibayar apabila pekerjaburuh tidak melakukan pekerjaan no work
no pay Pasal 93 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. 4.
Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari ketentuan upah minimum Pasal 90 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
5. Komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap dengan formulasi
upah pokok minimal 75 dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap Pasal 94 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
6. Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerjaburuh karena kesengajaannya atau
kelalaiannya dapat dikenakan denda Pasal 95 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
3
Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah.
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada PekerjaBuruh Tetap Dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup
Layak Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia, 2007. USU Repository © 2009
7. Pengusaha yang karena kesengajaannya atau kelalaiannya mengakibatkan
keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu dari upah pekerjaburuh Pasal 95 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003. 8.
Dalam pengusaha dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari
pekerjaburuh merupakan hutang yang didahulukan pembayarannya Pasal 95 ayat 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
9. Tuntutan pembayaran upah pekerjaburuh dan segala pembayaran yang timbul
dari hubungan kerja menjadi kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 2 tahun sejak timbulnya hak Pasal 96 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
Pengupahan termasuk sebagai salah satu aspek penting dalam perlindungan pekerjaburuh. Hal ini secara tegas diamanatkan pada Pasal 88 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003, bahwa setiap pekerjaburuh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Maksud dari penghidupan
yang layak, dimana jumlah pendapatan pekerjaburuh dari hasil pekerjaannya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup pekerjaburuh dan keluarganya secara wajar, yang
meliputi makanan, minuman, sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan jaminan hari tua.
Motivasi utama dari seorang pekerjaburuh bekerja di perusahaan adalah mendapatkan nafkah = upah, dan upah merupakan hak bagi pekerjaburuh yang
bersifat sensitif. Karenanya tidak jarang pengupahan menimbulkan perselisihan.
4
4
Khakim, Abdul, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2007, hal. 126
Pernyataan ini sesungguhnya menyebutkan bahwa sangat pentingnya upah bagi
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada PekerjaBuruh Tetap Dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup
Layak Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia, 2007. USU Repository © 2009
kehidupan pekerjaburuh yang mana dalam sistem pengupahannya haruslah dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku sehingga dapat tercapainya pemenuhan kebutuhan
hidup yang layak. Walaupun terdapat prinsip no work no pay dalam sistem pengupahan namun
karena alasan tertentu pekerjaburuh tetap berhak menerima upah dari pengusaha.
5
Perlunya sorotan yang lebih tajam dan tinggi terhadap masalah pengupahan sangatlah dibutuhkan oleh para pekerjaburuh. Hal-hal mengenai pengakomodiran
aspirasi, penerapan standart upah minimum, serta pengawasan terhadap pelaksanaan upahpengupahan minimum merupakan objek-objek yang penting demi terlaksananya
pembangunan kualitas kehidupan pekerjaburuh yang kelak pasti dapat mendongkrak kinerja pekerjaburuh dalam meningkatkan mutu kerja
Pengecualian prinsip no work no pay diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Perlindungan Upah yang juga mendasari sistem pengupahan tenaga kerja.
6
Berangkat dari pemaparan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dan mengadakan studi penelitian dengan mengangkat
judul : “Sistem Pengupahan PekerjaBuruh Tetap dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau dari PERMENAKERTRANS NO. 17 TAHUN 2005 Tentang
. Peran pihak-pihak terkait dalam melaksanakan sistem pengupahan yang berpihak terhadap pekerjaburuh diatas
adalah merupakan solusi yang tepat demi menjawab kegelisahan pekerjaburuh terhadap masalah-masalah pengupahan yang semakin lama tiada habisnya.
5
Muharram, Hidayat, Panduan Memahami Hukum Ketenagakerjaan Serta pelaksanaanya di Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2006, hal. 50
6
Ibid., hal. 52
Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada PekerjaBuruh Tetap Dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup
Layak Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia, 2007. USU Repository © 2009
Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak Studi Penelitian Pengupahan Tenaga KerjaBuruh Pada PT. Arwana Mas Indonesia”.
B. Perumusan Masalah