Peran Asosiasi Pengusaha Indonesia APINDO Dalam Menentukan Standarisasi Pengupahan PekerjaBuruh

Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada PekerjaBuruh Tetap Dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia, 2007. USU Repository © 2009 hari, sehingga keakuratan data mengenai standar upahpengupahan minimum yang ditetapkan kelak sesuai dengan tahapan pelaksanaan pencapaian komponen Kebutuhan Hidup Layak dalam skala Nasional dan ProvinsiDaerah dan KabupatenKota.

B. Peran Asosiasi Pengusaha Indonesia APINDO Dalam Menentukan Standarisasi Pengupahan PekerjaBuruh

Dari sejak zaman kolonial di Indonesia, pengusaha memiliki peran penting dalam hal terpenuhi atau tidaknya kesejahteraan buruh, khususnya dalam pengupahan, dimana pengusahalah yang memberikan upah dalam hal apresiasi kerja kepada si pekerjaburuh. Apalagi sejak zaman kolonial dahulu kurang diperhatikannya kesejahteraan buruh oleh pemerintah belanda menimbulkan sistem pengupahan yang banyak merugikan pekerjaburuh, dimana para pengusaha dengan sesuka hati menetapkan upah tanpa melihat aspek-aspek kesejahteraan buruh itu sendiri. Dalam rangka penentuan standarisasi upahpengupahan nasional peranan semua komponen sangat diperlukan, termasuk di sini peranan para pengusaha. Sebagai salah satu komponen masyarakat, pengusaha memiliki peranan penting dan ikut bertanggung jawab atas terwujudnya sistem pengupahanstasdart pengupahan yang layak bagi pekerjaburuh demi tujuan pembangunan nasional, yakni menuju kesejahteraan sosial, spritual, dan materiil. Perlunya memaparkan sedikit sejarah perkumpulanasosiasi pengusaha di Indonesia agar dapat membuka ruang berfikir bahwa perkumpulanasosiasi pengusaha dibentuk untuk kesejahteraan perusahaan secara makro, termasuk buruh. Untuk itulah berdiri asosiasi pengusaha yang khusus membidangi hubungan industrialkesejahteraan perusahaan, dalam hal ini kesejateraan upah buruh. Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada PekerjaBuruh Tetap Dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia, 2007. USU Repository © 2009 Sejarah berdirinya organisasi pengusaha diawali dengan adanya ”Central Stiching Social-Economizaken van Werkgefers Overleks”, dalam istilah bahasa Indonesia bernama “Badan Permusyawaratan Urusan Sosial Pengusaha di Indonesia” sejak tahun 1952 berdasarkan anggaran dasar yang dibuat di hadapan notaris R.M. Soewandi dengan akta nomor 62 tanggal 31 Janusari 1952. Organisasi ini berbentuk yayasan dengan nama Yayasan Badan Permusyawaratan Urusan Sosial Pengusaha di Indonesia. Kemudian diubah menjadi Perhimpunan Sosial Ekonomi Pengusaha Seluruh Indonesia. Pada tanggal 16 Januari 1982 berganti nama menjadi “Permusyawaratan Urusan Sosial Ekonomi Pengusaha Indonesia” disingkat PUSPI. Pada awal dekade 1980-an sempat berubah menjadi PUSPI-KADIN. Penambahan nama KADIN tersebut menunjukkan bahwa PUSPI merupakan perangkat KADIN dalam menangani masalah perburuhanketenagakerjaan. Organisasi ini terus diperbaiki dan pada Munas PUSPI I di Yogyakarta, 15-16 Januari 1982 namanya diubah lagi menjadi “Perhimpunan Urusan Soial Ekonomi Pengusaha Seluruh Indonesia”. Akhirnya pada Munas PUSPI II di Surabaya, 29-31 Januari 1985, nama PUSPI diubah menjadi APINDO Asosiasi Pengusaha Indonesia sampai dengan sekarang. Terbentuknya APINDO sebenarnya merupakan salah satu wadah dalam hal upaya meningkatkan kesejahteraanan pekerjaburuh dengan juga memperhatikan kondisi perusahaan, sehingga pada awalnya dahulu standarisasi pengupahan didasarkan pada kebutuhan fisik minimum si pekerjaburuh. 26 Kebijaksanaan pengupahan sekarang ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup layak KHL yang dilihat juga dari kemampuan perusahaanpengusaha dalam 26 www.DepnakertransRI.com., Tenaga Kerja dan Kesempatan Perluasan Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan Transportasi Republik Indonesia, diakses pada tanggal 12 Agustus 2008. Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada PekerjaBuruh Tetap Dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia, 2007. USU Repository © 2009 rangka meningkatkan keadilan dan kesejahteraan pekerjaburuh dan keluarganya, sehingga dalam menentukan sistem pengupahan APINDO memiliki peran yang cukup penting yaitu bersama serikat pekerjaburuh dan pemerintah sebagai perumus sistem pengupahan. Adapun upaya-upaya dilakukan oleh APINDO sehingga disebut memegang peranan yang cukup besar dalam hal merumuskan sistem pengupahan adalah sebagai berikut : 1 Mempertimbangkan produktivitas, prestasi kerja, dan nilai kemanusiaan yang menumbuhkan rasa harga diri pekerja, serta kemampuan perusahaan dan perkembangan ekonomi pada umumnya. Dalam hal menentukan standarisasi pengupahan pekerjaburuh aspek-aspek seperti produktivitas pekerjaburuh, prestasi kerja, dan nilai kemanusiaan sangatlah diperlukan. Dalam hal produktivitas pekerjaburuh pentingnya nilai pemenuhan kebutuhan fisik agar si pekerjaburuh dapat memproduksi barang sesuai dengan target yang diberikan oleh perusahaan, hal ini disebabkan karena mustahil bagi pekerja dapat menghasilkan barangjasa sesuai dengan target yang diberikan oleh perusahaanpengusaha bila kebutuhan fisiknya tidak terpenuhi. Hal tersebutu menjadi salah satu kriteria yang utama dalam menentukan standarisasi pengupahan. Sedangkan dalam hal prestasi kerja pentingnya pemberian apresiasi dari perusahaan agar si pekerja lebih loyal pada perusahaan dan mencintai pekerjaannya, hal ini mencerminkan bahwa si pekerjaburuh merasa dihargai sebagai manusia pada umumnya dan sebagai pekerjaburuh yang berdedikasi Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada PekerjaBuruh Tetap Dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia, 2007. USU Repository © 2009 pada khususnya, sehingga hal ini dapat dijadikan salah satu kriteria dalam menentukan standarisasi pengusaha. 2 Menyederhanakan berbagai bentuk tunjangan yang diberikan dalam nilai uang dan dikaitkan dengan prestasi serta produktivitas tenaga kerja melalui penciptaan ukuran prestasi kerja yang dapat diterima oleh kedua belah pihak pelaku proses produksi Dalam hal ini perusahaan harus mampu merasionalisasikan serta mensosialisasikan hal-hal apa saja yang dikategorikan dapat menjadi suatu tunjangan dan unsur-unsur nilainya sehingga dapat terciptanya suatu ukuran prestasi kerja yang dapat diterima oleh kedua pihak pelaku produksi, dimana dalam proses pengukuran prestasinya tetap harus mengikutsertakan unsur pekerjaburuh dalam menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti; manipulasi-manipulasi aturan serta juga sebagai bentuk transparansi perusahaanpengusaha. Dengan adanya upaya-upaya tersebut diatas diharapkan sistem pengupahan yang berpihak kepada semua kalangan dapat terlaksana sebisa mungkin karena hal tersebut menjadi indikator terpenuhinya hak-hak pekerjaburuh yang sesuai dengan kewajibannya melalui penetapan standarisasi pengupahan yang dilakukan oleh dewan pengupahan nasionaldaerah yang terwujud dalam kebijakan Presiden, Gubernur, serta BupatiWalikota mengenai pengupahan nasional maupun daerah. C. Peran Serikat PekerjaBuruh Dalam Mengawasi Pemberlakuan Standarisasi Pengupahan di Perusahaan Menurut UU Nomor 21 Tahun 2003 Tentang Serikat Buruh Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada PekerjaBuruh Tetap Dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia, 2007. USU Repository © 2009 Upah sebagai fondasi kelangsungan hidup para pekerjaburuh di Indonesia merupakan hal sangat substansial yang harus diperjuangankandituntut demi kesejahteraan pekerjaburuh dikemudian hari. Kelanjutan pembangunan ketenagakerjaan tidak lepas dari cukup atau tidaknya upah dalam hal memenuhi segala aspek kebutuhan hidup si pekerjaburuh, untuk itu perkembangan peningkatan kesejahteraan buruh melalui upah harus dapat diwakili pleh organisasi-organisasi pekerjaorganisasi buruh atau serikat pekerjaserikat buruh dalam hal ini fungsi pengawasan serikat pekerjaserikat buruh dalam mengawasi pemerlakuan standarisai pengupahan menurut kebutuhan hidup layak yang ditetapkan oleh dewan pengupahan nasional dan dewan pengupahan daerah pada pratek riilnya di perusahaan. Sejak zaman kolonial serikat pekerjaserikat buruh telah mulai menjalankan perannya dalam mengawasi sistem pengupahan di perusahaan, namun karena tidak satunya gerakan dari semua serikat pekerjaserikat buruh maka fungsi pengawasan tersebut mulai terabaikan, namun pada perkembangannya mengalami kemajuan, sempat terpecah di era orde baru lalu mulai bangkit lagi di era reformasi. Perkembangan organisasi pekerjaburuh di negeri kita diawali sejak lahirnya serikat pekerja guru belanda pada tahun 1876. Mulai saat itu para pekerjaburuh pribumi juga bertekad mendirikan serikat pekerjaserikat buruh sendiri, tanpa warga negara asing. Mereka sudah menyadari betapa pentingnya perjuangan untuk memperbaiki nasib, seperti syarat dan kondisi kerja, kesehatan dan keselamatan kerja, upah dan jaminan sosial. Kesadaran ini tumbuh karena didorong pula dengan semakin berkembangnya industri barang dan jasa pada masa itu. Sejalan dengan dinamika perjuangan bangsa, organisasi pekerja tidak lepas dari pergulatan politik di tanah air. Berbagai serikat pekerjaserikat buruh dengan nama dan Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada PekerjaBuruh Tetap Dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia, 2007. USU Repository © 2009 segala bentuknya bermunculan sebagai bagian partai politik. Dalam kenyataannya sejarah kondisi itu tidak menguntungkan dan akhirnya pada tanggal 1 november 1969 dibentuklah Majelis Permusyawaratan Buruh Indonesia MPBI, sebagai upaya penyatuan dan penyederhanaan organisasiserikat pekerja. Kemudian setelah reformasi bergaung dengan tumbangnya pemerintah Orde Baru, pemerintah transisi Presiden Habibie menerbitkan Keputusan Presiden No. 83 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi. Keberadaan Keppres ini ternyata mendorong tumbuhnya banyak organisasi pekerjaorganisasi buruh, disamping F-SPSI dan SBSI yang sudah berdiri sebelumnya. Data terakhir sampai dengan Oktober 2007 jumlah serikat pekerjaserikat buruh SPSB di tingkat nasional tercatat sebanyak 197 buah SPSB, yang terdiri dari 92 buah SPSB federasi, dan 105 buah SPSB non- federasi. 27 Dalam Pasal 4 ayat 1 UU No. 21 Tahun 2003 mengatakan bahwa serikat pekerjaburuh berkewajiban karena memang merupakan salah satu tugasnya memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan Dalam rangka pengawasan pemberlakuan sistem pengupahanstandarisasi upah yang layak bagi kemanusiaan di perusahaan, peran serikat pekerjaburuh sangatlah penting dalam hal perwujudan pengupahan yang mana penerapannya dalam perusahaan haruslah sesuai dengan kebutuhan hidup layak yang berlaku yang terwujud dalam Kebutuhan Hidup Minimum KHM kemudian berubah menjadi Kebutuhan Hidup Layak KHL. 27 www.google.com, M. Prabowo Luh Santosa, Gerakan Buruh Untuk Perubahan, diakses pada tanggal 28 Juli 2008. Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada PekerjaBuruh Tetap Dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia, 2007. USU Repository © 2009 kesejahteraan yang layak bagi pekerjaburuh dan keluarganya, 28 a Mengawasi jalannya proses pemberian upah, baik upah pokok, tunjangan- tunjangan serta upah lembur yang diterima oleh pekerja yang dilakukan perusahaanpengusaha terhadap pekerjaburuh sebagai bentuk perlindungan terhadap hak pekerjaburuh atas upah. yang merupakan peran serikat pekerjaburuh dalam mengawasi pemberlakuan sistem pengupahanstandarisasi pengupahan di perusahaan-perusahaan dimana pekerjaburuh itu bekerja. Adapun upaya yang dilakukan serikat pekerjaburuh dalam menjalankan perannya mengawasi pemberlakuan sistem pengupahanstandarisasi pengupahan di perusahaan adalah sebagai berikut: Dalam hal pemberian upah, baik upah pokok, tunjangan-tunjangan serta upah lembur kepada pekerjaburuh yang dilakukan perusahaanpengusaha, serikat pekerja serikat buruh memiliki tanggung jawab dalam mengawasi proses tersebut demi melindungi hak buruh atas upah yang harus mereka terima. Proses pengawasan ini dilakukan agar dalam pemberian upah perusahaanpengusaha memberikan upah sesuai dengan upah pokok, tunjangan-tunjangan serta upah lembur yang sesuai dengan peraturanperjanjian yang mengatakan bahwa si pekerjaburuh memang berhak atas upah yang mereka terima. Karena dalam prakteknya banyak pekerjaburuh tidak menerima upah sesuai dengan pekerjaan yang ia lakukan, hal ini disebabkan manipulasi dan intimidasi yang dilakukan oleh perusahaanpengusaha sehingga si pekerja tidak menerima seluruh haknya atas upah 29 . 28 Undang-Undang No. 21 Tahun 2003 Tentang Serikat Buruh, 29 Tua Hasiholan Hutabarat, M.si., Realitas Upah Buruh Industri, Kelompok Pelita Sejahtera dan Novib, 2006, hal. 137. Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada PekerjaBuruh Tetap Dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia, 2007. USU Repository © 2009 b Mengawasi perhitungan nilai upah pokok, tunjangan serta upah lembur yang akan diterima oleh pekerjaburuh yang dilakukan perusahaanpengusaha terhadap pekerjaburuh sebagai bentuk pembelaan hak dan kepentingan pekerja buruh atas upah. Yang dimaksud perhitungan nilai upah pokok, tunjangan serta upah lembur yang akan diterima oleh pekerjaburuh adalah nilai besaran upah pokok, tunjangan serta upah lembur yang akan diterima pekerjaburuh yang harus dihitung berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti upah pokok yang tidak boleh dibawah standar kebutuhan hidup layak, tunjangan yang harus diberikan berdasarkan tanggungan keluarga, serta kerja lembur yang dilakukan pada hari kerja maka upah lembur untuk jam pertama yang diterima adalah 150 kali upah sejam. Jadi peran serikat pekerjaserikat buruh dalam mengawasi perhitungan nilai upah ini sangatlah penting dan menjadi suatu keharusan, agar dalam menerima upahnya, buruh tidak mengalami kecurangan- kecurangan fakta sehingga upah yang diterima sesuai dengan kewajiban kerja serta prestasi yang dilakukan. c Mengawasi penetapan upah menurut komponen-komponen dan pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak yang sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transportasi No. 17 Tahun 2005 yang dilakukan oleh perusahaanpengusaha sebagai bentuk pengawasan terhadap proses peningkatan kesejahteraan yang layak bagi pekerjaburuh dan keluarganya. Dalam hal meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerjaburuh dan keluarganya penetapan upah haruslah menurut komponen-komponen Rondi Pramuda Padang : Sistem Pengupahan Pada PekerjaBuruh Tetap Dan PekerjaBuruh Harian Lepas Ditinjau Dari Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 Tentang Komponen Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak Studi Pengupahan Pada PT. Arwana Mas Indonesia, 2007. USU Repository © 2009 kebutuhan hidup layak sesuai PERMENAKERTRANS NO. 17 Tahun 2005 dan proses pengawasan terhadap penetapan upah tersebut menjadi peran yang begitu penting yang harus dilakukan serikat pekerjaserikat buruh karena dengan ikut sertanya serikat pekerjaserikat buruh dalam mengawasi bila termasuk wakil yang duduk di dewan pengupahan maka ikut menetapkan standarisasi pengupahan proses penetapan upah sedikit banyaknya pekerjaburuh ikut ambil bagian dalam menentukan standarisasi pengupahan nasional maupun daerah.

BAB IV SISTEM PENGUPAHAN PEKERJABURUH TETAP DAN PEKERJABURUH