Penentuan Kadar Glukosa Pada Kentang Rebus Dan Talas Rebus Sebagai Pengganti Nasi Bagi Penderita Diabetes Dengan Metode Luff Schoorl

(1)

PENENTUAN KADAR GLUKOSA PADA KENTANG REBUS DAN

TALAS REBUS SEBAGAI PENGGANTI NASI BAGI PENDERITA

DIABETES DENGAN METODE LUFF SCHOORL

KARYA ILMIAH

MEUTIA SARI

072401019

DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM D-3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATRA

MEDAN 2010


(2)

PENENTUAN KADAR GLUKOSA PADA KENTANG REBUS DAN

TALAS REBUS SEBAGAI PENGGANTI NASI BAGI PENDERITA

DIABETES DENGAN METODE LUFF SCHOORL

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

MEUTIA SARI 072401019

DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM D-3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATRA

MEDAN 2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KADAR GLUKOSA PADA KENTANG REBUS DANTALAS REBUS SEBAGAI PENGGANTI NASI BAGI

PENDERITA DIABETES DENGAN METODE LUFF SCHOORL Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : MEUTIA SARI No Induk Mahasiswa : 072401019

Program Studi : DIPLOMA-3 (D3) KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA

Fakultas :MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITA SUMATRA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2010

Diketahui

Departemen KIMIA FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

(DR.Rumondang Bulan Nst,MS) (Drs. Syamsul Bachri Lubis,Msi) NIP : 195408301985032001 NIP : 195108181980031002


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR GLUKOSA PADA KENTANG REBUS DAN TALAS REBUS SEBAGAI PENGGANTI NASI BAGI PENDERITA

DIABETES DENGAN METODE LUFF SCHOORL

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2010

072401019 MEUTIA SARI


(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillahirabbil’alamin….inilah kalimat untuk- Mu Ya ALLAH, kalimat indah penuh makna sebagai tanda syukur atas nikmat dan karunia yang tidak mampu dihitung dengan apapun. Selawat dan salam untuk nabi Muhammad saw. Penulis mengaku setulus- tulusnya, bahwa banyak pihak yang telah memberikan dorongan, bimbingan, dan sumbang saran dalam penyelesaian penulisan tugas akhir ini yang berjudul” Penentuan Kadar Glokusa Pada Kentang Rebus Dan Talas Rebus Sebagai Pengganti Nasi Bagi Penderita Diabetes Dengan Metode luff schoorl” dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Diploma 3 program studi Kimia Analis FMIPA USU. Oleh karena itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Orangtua yang dicintai karena Allah, Yasbi Yacob dan Salbiah

Ya Allah, berikanlah kesempatan kepada hamba untuk dapat membahagiakan mereka, berbakti kepada keduanya.Lindungi dan sayangi keduanya.amin

2. Kakanda Ervina dan Adinda Taufiq yang senantiasa memberikan motivasi untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Bapak Syamsul Bahri,M.S, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan karya ilmiah ini.

4. Ibu Dr,Rumondang Bulan,M.S, selaku ketua departemen Kimia Program Studi Kimia Analis FMIPA USU.

5. Untuk orang terdekat yang senatiasa memberikan bantuan,kak Rejequ, Tio, Susan, Sintia, Malina, Nuzula, Dewi A, kak hafni, kak Alfi, dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.Semoga Allah membalas kebaikan ukhtunna sekalian.amin

6. Seluruh sahabat – sahabat seperjuangan Hizbut Tahrir untuk doa dam dukungannya. Terus berjuang sampai kesyahidan menjeputmu.

7. Seluruh rekan – rekan mahasiswa program studi Kimia Analis angkatan 2007 namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.

Atas segala bantuan yang telah diberikan,sesungguhnya penulis tentu tidak dapat membalasnya, melainkan hanya dapat memohon kepada Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan dari berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan moril dan materil dalam penulisan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Akhir kata, penulis sangat berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 01 Juli 2010 Penulis


(6)

PENENTUAN KADAR GLOKUSA PADA KENTANG REBUS DAN TALAS REBUS SEBAGAI PENGGANTI NASI BAGI PENDERITA DIABETES DENGAN METODE

LUFF SCHOORL

ABSTRAK

Pengukuran kadar glukosa pada kentang rebus dan talas rebus sebagai pengganti nasi bagi penderita diabetes dengan menggunakan metode Luff Schoorl. Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehingga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen. Dari analisa yang dilakukan maka diperoleh kadar glukosa pada kentang rebus yaitu : kentang (I) 10,4%, Kentang (II) 11,2% dan kentang (III) 10,3%. Sedangkan pada talas rebus adalah : talas (I) 18,5%, talas (II) 18,85%, talas (III) 16,95% dan pada nasi yaitu : nasi (I) 40,8%, nasi (II) 40,37%, nasi (III) 37,75%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kadar glukosa pada kentang rebus lebih rendah dibandingkan dengan nasi dan talas sehingga kentang rebus layak dijadikan sebagai menu pengganti bagi penderita diabetes.


(7)

THE DETERMINATION OF GLUCOSE AMOUNT IN THE BOILED TARO AND POTATO AS A RICE SUBSTITUTE FOR DIABETIC BY USING LUFF

SCHROOL METHOD

ABSTRACT

The measurement of glucose amount in the boiled taro and potato as a rice substitute for diabetic by using Luff Schrool method. Monosacaride will reduct CuO in the Luff solution to be Cu2O. The excess of CuO will be reducted with Kl excessive so it is released by I2. The released I2 is tetracied with Na2S2O3 solution. Basically, the principle of analyst method used by is Iodemetry because we will analyze the freed I2 into a basic of measure determination where iodemetry process is a process of tetracy to the freed Iodium in the solution. If there is a strong oxidator essence (for instance H2SO4) in its neutral solution or less of acid, an extra of iodide ion excessive will generate oxidator be reducted and remove I2 which has same amount with the oxidator. The freed I2 next will be tetracied with standard solution of Na2S2O3 so I2 will compose iod-amylum complex which is not soluble in the water. Because of that, if tetracy needs amylum indicator, the amylum extra is before the point of equivalent. From analysis we get rate glucose of potatoes (I) 10,4%,(II) 11,2%, (III) 10,3%. Boiled Taro (I) 18,5%, (II) 18,85%, (III) 16,95%, and rice (I) 40,8%,(II) 40,37%,(III) 37,75%. It can be concluded that the rate glucose of boiled potatoes more less than boiled taro and rice, so we can used it to substitute menu for diabetic.


(8)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSRACT v

DAFTAR ISI vi

BAB 1. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang 1

I.2. Permasalahan 2

I.3. Tujuan 2

1.4. Manfaat 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Karbohidrat 4

2.1.1. Analisa kadar karbohidrat 5 2.2. Kentang (Solanum tuberosum) 7 2.2.1. Klasifikasi kentang 7 2.2.2. Karakteristik kentang 7 2.2.3. Kegunaan Kentang 8 2.3. Talas ( Colocasia esculenta schoott) 8 2.3.1. Klasifikasi talas 8 2.3.2. Karakteristik Talas 9 2.3.3. Kegunaan Talas 10


(9)

2.4. Nasi (Oryza sativa ) 11 2.4.1. Klasifikasi Nasi (Padi) 11 2.5. Bahaya Karbohidrat bagi Penderita Diabetes 14

2.6. Diabetes Melitus 14

2.6.1. Peranan Gizi dalam Diabetes Melitus 15 BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan 16

3.1.1. Alat – Alat 16

3.1.2. Bahan 16

3.2. Prosedur 17

3.2.1. Perlakuan Sampel 17

3.2.2. Perlakuan Blanko 17

3.3. Pembuatan Reagen 18

BAB 4. DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Perhitungan 21

4.1.1. Perhitungan Kadar Glukosa 21

4.2. Pembahasan 25

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 27

5.2. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN


(10)

PENENTUAN KADAR GLOKUSA PADA KENTANG REBUS DAN TALAS REBUS SEBAGAI PENGGANTI NASI BAGI PENDERITA DIABETES DENGAN METODE

LUFF SCHOORL

ABSTRAK

Pengukuran kadar glukosa pada kentang rebus dan talas rebus sebagai pengganti nasi bagi penderita diabetes dengan menggunakan metode Luff Schoorl. Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehingga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen. Dari analisa yang dilakukan maka diperoleh kadar glukosa pada kentang rebus yaitu : kentang (I) 10,4%, Kentang (II) 11,2% dan kentang (III) 10,3%. Sedangkan pada talas rebus adalah : talas (I) 18,5%, talas (II) 18,85%, talas (III) 16,95% dan pada nasi yaitu : nasi (I) 40,8%, nasi (II) 40,37%, nasi (III) 37,75%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kadar glukosa pada kentang rebus lebih rendah dibandingkan dengan nasi dan talas sehingga kentang rebus layak dijadikan sebagai menu pengganti bagi penderita diabetes.


(11)

THE DETERMINATION OF GLUCOSE AMOUNT IN THE BOILED TARO AND POTATO AS A RICE SUBSTITUTE FOR DIABETIC BY USING LUFF

SCHROOL METHOD

ABSTRACT

The measurement of glucose amount in the boiled taro and potato as a rice substitute for diabetic by using Luff Schrool method. Monosacaride will reduct CuO in the Luff solution to be Cu2O. The excess of CuO will be reducted with Kl excessive so it is released by I2. The released I2 is tetracied with Na2S2O3 solution. Basically, the principle of analyst method used by is Iodemetry because we will analyze the freed I2 into a basic of measure determination where iodemetry process is a process of tetracy to the freed Iodium in the solution. If there is a strong oxidator essence (for instance H2SO4) in its neutral solution or less of acid, an extra of iodide ion excessive will generate oxidator be reducted and remove I2 which has same amount with the oxidator. The freed I2 next will be tetracied with standard solution of Na2S2O3 so I2 will compose iod-amylum complex which is not soluble in the water. Because of that, if tetracy needs amylum indicator, the amylum extra is before the point of equivalent. From analysis we get rate glucose of potatoes (I) 10,4%,(II) 11,2%, (III) 10,3%. Boiled Taro (I) 18,5%, (II) 18,85%, (III) 16,95%, and rice (I) 40,8%,(II) 40,37%,(III) 37,75%. It can be concluded that the rate glucose of boiled potatoes more less than boiled taro and rice, so we can used it to substitute menu for diabetic.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyakit Diabetes Melitus ( DM ) adalah suatu penyakit menahun yang perlu mendapat perhatian khusus, mengingat adanya perubahan- perubahan dalam pola kehidupan masyarakat, bertambahnya pengertian serta penemuan kasus DM yang lebih banyak. Dinegara – Negara sedang berkembang menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka kematian oleh karena DM. (H. Askandar Tjokroprawiro,1986)

Meskipun sudah sedemikian majunya riset dibidang pengobatan Diabetes Melitus dengan ditemukannya berbagai jenis insulin dan obat oral yang mutakhir, diet masih tetap merupakan pengobatan yang utama pada penatalaksana diabetes, terutama pada DM tipe 2. Anjuran makan untuk pasien diabetes sebenarnya sama dengan anjuran makan sehat untuk semua orang termasuk yang tidak diabetes yaitu makanan gizi yang seimbang. Salah satu tujuan khusus perencanaan makan untuk pasien diabetes adalah mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dan lemak darah normal. Makan dengan porsi kecil dalam waktu tertentu juga membantu memperbaiki kadar glukosa dalam darah. Porsi yang besar akan megakibatkan lebih banyak glukosa , sehingga tubuh mungkin tidak dapat memberikan cukup insulin yang efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah. Dengan demikian perlu diperhatikan bagi pasien penderita diabetes adalah makan sesuai dengan kebutuhan kalorinya dan makan teratur dalam hal jumlah, jenis, dan waktu. Untuk itu pasien perlu mengetahui kebutuhan kalori, standart diet, dan daftar bahan makanan penukar. (Saswono Waspadji,2002)


(13)

Berbagai analisa dapat dilakukan terhadap karbohidrat untuk memenuhi berbagai keperluan. Dala ilmu dan tekhnologi pangan, analisa karbohidrat yang biasa dilakukan misalnya penentuan jumlahnya secara kuantitatif dalam rangka menetukan komposisi suatu bahan makanan, penentuan sifat fisis atau kimiawinya dalam kaitanya dengan pembentukan kekentalan, kelekatan, stabilitas larutan dan tekstur hasil olahan. Dalam ilmu gizi mungkin sangat penting untuk mengadakan analisa biologis senyawa – senyawa karbohidrat dalam kaitannya dengan peranan membentuk kalori, pencegahan penyakit ( diabetes, karies gigi, kegemukan, dan lain- lain), serat kasar dalam pencernaan dan sebagainya. (Sudarmadji,1989).

1.2Perumusan Masalah

1. Menguji kadar glukosa yang terdapat pada kentang rebus dan talas rebus, apakah dapat dijadikan makanan pokok alternative pengganti nasi bagi penderita penyakit diabetes.

1.3Tujuan

1. Untuk mengetahui kadar glukosa yang terdapat pada kentang rebus dan talas rebus 2. Untuk mengetahui apakah kentang rebus dan talas rebus dapat dijadikan makanan

pengganti bagi penderita diabetes

3. Untuk mengetahui cara penentuan kadar glukosa pada kentang rebus dan talas rebus dengan metode luff-schoorl.


(14)

1.4Manfaat

1. Dapat mengetahui kadar glukosa pada kentang rebus dan talas rebus

2. Dapat diketahui apakah kentang rebus dan talas rebus dapat dijadikan menu pengganti dari nasi untuk penderita diabetes

3. Dapat dijadikan solusi untuk menangani penderita diabetes dalam pengaturan menu makanan yang akan dikonsumsi.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk dunia,khususnya bagi penduduk Negara yang sedang berkembang . Walaupun jumlah kalori yang dapat dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat hanya 4 Kal (kkal) bila dibanding protein dan lemak, karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah.

Dalam tubuh manusia dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dimakan sehari- hari, terutama bahan makanan yang berasal dari tumbuh – tumbuhan.

Ada beberapa cara analisis yang digunakan untuk memperkirakan kandungan karbohidrat dalam bahan makanan . Yang paling mudah adalah dengan cara perhitungan kasar (aproximate analysis),yaitu suatu analisis dimana kandungan karbohidrat termasuk serat kasar diketahui bukan melalui analisis tetapi melalui perhitungan sebagai berikut:

% karbohidrat = 100% - % ( protein + lemak + abu + air )

Banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan banyaknya karbohidrat dalam suatu bahan yaitu dengan cara kimiawi, cara fisik, cara enzimatik atau biokimia, dan cara kromatografi. Penentuan karbohidrat yang termasuk polisakarida maupun oligosakarida


(16)

memerlukan perlakuan pendahuluan yaitu hidrolisis terlebih dahulu, sehingga diperoleh monosakarida. Untuk keperluan ini, maka bahan dihidrolisis dengan asam atau enzim pada suatu keadaan yang tertentu.( Winarno,1984)

Molekol karbohidrat terdiri atas atom – atom karbon,hidrogen dan oksigen. Jumlah atom hidrogen dan oksigen merupakan perbandingan 2 : 1 seperti pada molekol air. Sebagai contoh molekol gluko sa mempunyai rumus kimia C6H12O6.

Glukosa adalah salah satu aldoheksosa yang sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi kearah kanan. Di alam, glukosa terdapat didalam buah – buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah dapat bertambah setelah kita makan makanan sumber karbohidrat, namun 2 jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada orang yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 ml darah.

Dalam alam, glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini disebut fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus digunakan untuk pembentukan amilum atau selulosa. Amilum terbentuk dari glukosa dengan jalan penggabungan molekul – molekul glukosa yang membentuk rantai lurus maupun bercabang dengan melepaskan air. (Poedjiadi, 2006)


(17)

Metode luff Schoorl adalah merupakan suatu metode atau cara penentuan monosakarida dengan cara kimiawi. Pada penentuan metode ini, yang ditentukan bukannya kuprooksida yang mengendap tapi dengan menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi ( titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi ( titrasi sampel). Penentuan titrasi dengan menggunakan Na-tiosulfat. Selisih titrasi blanko dengan titrasi sampel ekuivalen dengan kuprooksida yang terbentuk dan juga ekuivalen dengan jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan / larutan. Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat cara ini mula- mula kuprooksida yang ada dalam reagen akan membebaskan iod dari garam K-iodida. Banyaknya iod yang dibebaskan ekuivalen dengan banyaknya kuprioksida. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi dengan menggunakan Na-tiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka diperlukan indikator amilum. Apabila larutan berubah warnanya dari biru menjadi putih, adalah menunjukkan bahwa titrasi sudah selesai.

Reaksi yang terjadi dalam penentuan gula cara Luff dapat dituliskan sebagai berikut :

R – COH + 2CuO Cu2O + R-COOH

H2SO4 + CuO CuSO4 + H2O

CuSO4 + 2 KI Cu2I2

I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + NaI


(18)

2.2 Kentang (Solanum tuberosum)

2.2.1 Klasifikasi Kentang

Solanum tuberosum, itulah nama sesungguhnya dari kentang . nama sesungguhnya dari kentang. Para ahli pertanian dan ahli taksonomi memasukkan kedalam :

Kelas : Dicotyledonce

Ordo : Tubiflorae

Family : Solanaceae

genus : Solanum

spesies : Solanum tuberosum.

(Setiadi,1993)


(19)

Solanum atau kentang merupakan tanaman setahun, berbentuk sesungguhnya menyemak dan bersifat menjalar . batangnya berbentuk segiempat, panjangnya biasa mencapai 50-120 cm, dan tidak berkayu dan tidak keras. Batang dan daun bewarna hijau kemerahan atau keungu – unguan. Buahnya berbentuk buni, buah yang kulit / dindingnya berdaging dan mempunyai dua ruang. Didalam buah berisi banyak calon biji yang jumlahya bisa mencapai 500 biji. Sedangkan akar tanaman kentang adalah menjalar dan berukuran sangat kecil bahkan sangat halus. Akar ini bewarna keputih – putihan. Kedalaamn daya tembusnya biasa mencapai 45 cm. Namun biasanya akar ini banyak yang mengumpul dikedalaman 20 cm. Selain mempunyai organ – organ tersebut kentang juga mempunyai organ umbi. Umbi tersebut berasal dari cabang samping yang masuk kedalam tanah. Cabang ini merupakan tempat menyimpan karbohidrat sehingga membengkak dan bisa dimakan. Umbi bisa mengeluarkan tunas dan nantinya akan membentuk cabang – cabang baru. (Setiadi,1993)

Kentang (Solanum tuberosum L) berasal dari Negara beriklim dingin ( Belanda, Jerman ). Tanaman kentang sudah dikenal di Indonesia sejak sebelum perang dunia II yang disebut Eugenheimer. Kentang ini merupakan hasil seleksi di negeri Belanda pada tahun 1890, berkulit umbi kekuning- kuningan, berdaging kuning, dan rasanya enak. ( Bambang, 1997)

2.2.3 Kegunaan Kentang

Meskipun kentang bukan bahan makanan pokok bagi rakyat Indonesia, tetapi komsumennya cenderung meningkat dari tahun ketahun karena jumlah penduduk makin


(20)

bertambah, taraf hidup masyarakat meningkat. Sebagai bahan makanan, kentang banyak mengandung karbohidrat, sumber mineral ( fosfor, besi, kalium ), mengandung vitamin B, vitamin C, dan sedikit vitamin A.(Bambang,1997)

2.3 Talas(Colocasia esculenta L. Schoott)

2.3.1 Klasifikasi Talas

Taksonomi Tumbuhan, adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Arecales

Famili : Araceae

Genus : Colocasia

Spesies : Colocasia esculenta Schoott


(21)

Salah satu jenis talas yang digemari orang ialah Colocasia esculenta L. Schoott atau talas bogor. Bedanya dengan kimpul jenis ini mempunyai daun yang berbentuk hati dengan ujung pelepah daunnya tertancap agak ketengah helai daun sebelah bawah. Warna pelepah bermacam-macam. Bunga terdiri atas tangkai seludang dan tongkol. Bunga betinanya terletak di pangkal tongkol, bunga jantan disebelah atasnya, sedang diantaranya terdapat bagian yang menyempit. Pada ujung tongkolnya terletak bunga-bunga yang mandul, umbinya berbentuk silinder sampai agak membulat. Talas Bogor ini mengandung kristal yang menyebabkan rasa gatal.

Terdapat keanekaragaman pada bentuk daun, warna pelepah, bentuk dan rasa umbi kandungan kristal. Untuk pertumbuhan talas yang baik diperlukan tanah yang kaya akan humus dan berdrainase baik. Masa tanam yang tepat adalah sebelum musim hujan. Talas berkembang biak dengan anakan, sulur umbi anakan atau pangkal umbi serta bagian pelepah daunnya. Anakan ini perlu dibuang agar umbi induk bisa tumbuh menjadi besar. Tanaman dipanen setelah berumur 6 – 9 bulan. Pada umumnya tanaman ini telah dibudidayakan oleh para petani. Pembudidayaan secara teratur ada di daerah Sumatera Selatan dan Sulawesi Utara, Bengkulu, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat dan di Kalimantan Barat. Pembudidayaan yang tidak teratur terdapat di daerah DI. Aceh dan Nusa Tenggara Timur. Untuk daerah Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah tanaman ini merupakan tumbuhan liar. Tanaman ini terdapat atau diusahakan petani di pekarangan dan di ladang-ladang dekat rumah (menurut hasil survey Direktorat Bina Produksi Tanaman Pangan Tahun 1980).


(22)

2.3.3 Kegunaan Talas

Tanaman talas merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang memiliki peranan cukup strategis tidak hanya sebagai sumber bahan pangan, dan bahan baku industri tetapi juga untuk pakan ternak. Oleh karena itu tanaman talas menjadi sangat penting artinya didalam kaitannya terhadap upaya penyediaan bahan pangan karbohidrat non beras, diversifikasi/penganekaragaman komsumsi pangan lokal/budaya lokal. Dibeberapa daerah / propinsi tanaman talas telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan , diversifikasi pangan maupun bahan pangan ternak serta bahan baku industry. Tanaman talas memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena hampir sebagian besar bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk dikomsumsi manusia. Tanaman talas yang merupakan penghasil karbohidrat berpotensi sebagai substitusi beras. Talas mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan karena berbagai manfaat dan dapat dibudidayakan dengan mudah sehingga potensi talas ini cukup besar.(http:// bukabi.wordpress.com/2007/umbi-umbian-talas/)

2.4 Nasi


(23)

Kingdom : plantae

Divisi : Angiospermae

Class : Monocotyledoneae

Ordo : poales

Famili : poaceae

Genus : oryza

Spesies : Oryza sativa

Padi termasuk kedalam suku padi – padian atau Poaceae, berakar serabut, batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang ; daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar. Buah tanaman padi berupa beras adalah bahan makanan utama bagi lebih dari 1750 juta umat manusia yang menghuni negara – negara Asia, termasuk didalamnya lebih dari 120 juta umat Indonesia yang dari hari


(24)

kehari hidup dengan makan nasi 3 kali sehari. Padi di Indonesia terdapat berbagai varietas yang sifatnya beraneka ragam. Dapat dimengerti bahwa kesemua varietas – varietas alam tidak seluruhnya mempunyai sifat- sifat yang menguntungkan bagi manusia. Diantara tanaman padi yang termasuk ke bangsa Oryza Sativa L, terdapat ribuan varietas - varietas yang satu sama lain mempunyai ciri khas tersendiri sehingga dapatlah dikatakan bahwa ditilik dari sudut bentuk tubuh tidaklah ada dua varietas padi yang mempunyai bentuk tubuh yang sama yang disebabkan perbedaan dalam pembawaan atau sifat varietasn. ( Hadrian, 1981)

Varietas adalah suatu kelompok tumbuhan tertentu asli alam dalam suatu spesies yang mempunyai ciri atau sifat tertentu. Padi ( Oryza sativa L.) mempunyai beberapa varietas botani, diantaranya padi ketan ( Oryza sativa varietas glutinosa), padi biasa (Oryza sativa varietas indica) dan padi Jepang (Oryza sativa varietas japonica). (Tony, 2001)

Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga dinamakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga ( genus ) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serelia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Hasil dari pengolahan padi dinamakan beras.


(25)

Kebiasaan makan beras\dalam bentuk nasi terbentuk melalui sejarah yang panjang. Makanan merupakan hasil interaksi antara manusia dan lingkungan. Jenis pangan pokok dipilih antara lain berdasar apakah pangan tersebut dapat disimpan dalam waktu yang lama tanpa kerusakan yang berat. Sesungguhnya rasa lapar dapat dipuaskan dengan memakan makanan apa saja, terutama makanan sumber pati atau lazimnya disebut karbohidrat. Namun perlu diperhatikan, dalam konsep makan, terdapat dua unsur yang dianut oleh orang kebanyakan, yaitu kenyang dan nikmat. Makanan disenangi jika memberi kesan nikmat pada indera penglihatan mengenai warna, bentuk, dan ketampakan lainnya. Sebagian terbesar bahan pangan pokok penduduk dunia merupakan hasil tanaman yang banyak berpati, meliputi padian, umbian dan beberapa jenis buah. Berdasarkan evolusi, secara garis besar dapat dengan mudah dibedakan tiga cara utama pengolahan pangan pokok. Pertama, orang kulit putih umumnya mengolah padian berupa gandum rye menjadi roti. Kedua, orang kulit kuning dan orang Asia umumnya mengolah padian berupa beras butiran hanya dengan menanaknya, yaitu memanaskan bersama air menjadi nasi. Ketiga, meliputi pembuatan pasta atau bubur dari semua sumber pangan berpati lainnya dengan cara mengaduk campuran tepung berpati tersebut kedalam air mendidih hingga membentuk pasta yang kental. (Haryadi,2006)


(26)

Seperti diketahui gula umumnya dilarang dikomsumsi oleh pasien diabetes. Larangan ini dibuat dengan alasan bahwa gula cepat diabsorbsi oleh saluran pencernaan dan langsung masuk kedalam aliran darah sehingga kadar glukosa darah meningkat dengan cepat. Oleh karena itu dikhawatirkan akan memperburuk pengendalian glukosa darah. Maka dari itu perlu adanya anjuran perencanaan makan untuk mengendalikan diabetesnya. Makan teratur akan mengakibatkan glukosa darah turun sebelum makan berikutnya. Dengan demikian perlu diperhatikan pasien diabetes adalah makan sesuai kebutuhan kalorinya dan makan teratur dalam hal jumlah, jenis, dan waktu, serta daftar bahan makanan penukar. (Sarwono,2002)

3.6 Diabetes

Penyakit Diabetes Mellitus ( DM ) adalah salah satu penyakit metabolik yang dapat menyebabkan menurunkan kesegaran jasmani dengan akibatnya merosotnya prestasi kerja. Penyakit ini masih dapat dhindarkan atau diperbaiki denagn pengelolaan yang baik dan rasional. Dilain pihak penyakit menahun ini dapat dihindarkan apabila perawatan diabetes nya yang menunjukkan hasil stabilitas yang sempurna.

Data yang dilaporkan oleh komisi Nasional Amerika menunjukkan bahwa dibandingkan dengan non diabetes, penderita DM mempunyai kecenderungan :

 Dua kali lebih mudah mengalami trombosis serebri

 Mudah mengalami kebutaan


(27)

 Mudah mengalami gagal ginjal

 Muda h menderita selulitis-gangren

Diabetes mellitus ( DM ) merupakan suatu sindroma klinik yang primer ditandai oleh hiperglikemia khronik. Dalam garis besar DM terdiri dari dua tipe, yaitu DM tipe I dan DM tipe II. Diagnosa pasti DM berdasarkan terdapatnya peningkatan abnormal dari glukosa darah. Tujuan perawatan DM adalah untuk menjadikan kadar glukosa normal kembali. .(Tjokroprawiro, 1986)

3.6.1 Peranan Gizi Dalam Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah suatu sindroma klinik yang terdiri dari peningkatan kadar gula darah, ekresi gula melalui air seni dan gangguan mekanisme kerja hormon insulin. Kelainan tersebut timbulnya secara bertahap dan bersifat menahun.. gejala diabetes akibat dari adanya ketidaksinambungan dalam metabolisme hidrat arang, protein, lemak dengan produksi ataupun fungsi hormon insulin. Gejala Diabetes Mellitus dapat diatasi dengan pengaturan kembali keseimbangan metabolisme zat gizi dalam tubuh.(Tjokroprawiro, 1986)


(28)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat- alat :

Neraca analitik

 Erlenmeyer 500 ml

 Pendingin tegak

 Labu ukur 500 ml

 Corong

 Pipet volumetrik 10 ml, 25 ml

 Penangas air

 Gelas ukur

 Buret

 Pipet tetes

3.1.2 Bahan

Asam klorida 3%

Natrium hidroksida, NaOH 30%

Indikator universal

Indikator fenolftalein ( pp )


(29)

Larutan Kalium Iodida, KI 20%

Larutan Asam sulfat , H2SO4 25%

 Larutan Natrium tiosulfat, Na2S2O7 0,1 N

Indikator amilum 0,5%

Kentang

Talas ( umbi keladi )

Nasi 3.2 Prosedur

3.2.1 Perlakuan Sampel

Ditimbang 5 g cuplikan kedalam Erlenmeyer 500 ml

Ditambahkan 200 ml larutan HCL3%, didihkan selama 3 jam dengan pendingin tegak

Didinginkan dan netralkan dengan larutan NaOH 30%

Dipindahkan isinya kedalam Erlenmeyer 500 ml, dan dihimpitkan hingga tanda batas , kemudian disaring

Dipipet 10 ml saringan kedalam Erlenmeyer 500 ml, ditambahkan 25 ml larutan Luff dan beberapa butir batu didih serta 15 ml air suling

Dipanaskan campuran tersebut dengan nyala yang tetap. Usahakan agar larutan dapat mendidih dalam waktu 3 menit. Didihkan selama tepat 10 menit dan kemudian didinginkan dalam bak berisi es


(30)

3.2.2 Perlakuan Blanko

Diukur 10 ml air suling, kemudian dimasukkan kedalam Erlenmeyer 500 ml

Ditambahkan 25 ml larutan Luff dan beberapa butir batu didih serta 15 ml air suling

Dipanaskan campuran tersebut dengan nyala yang tetap. Usahakan agar larutan dapat mendidih dalam waktu 3 menit. Didihkan selama tepat 10 menit dan kemudian didinginkan dalam bak berisi es

Dititrasi dengan larutan tiosulfat 0,1N (digunakan indikator amilum 0,5%) 3.3 Pembuatan Reagen

Pembuatan pereaksi Luff- Scrhoorl

Larutkan 143,8 g Na2CO3 anhidrat dalam kira-kira 300 ml air suling. Sambil diaduk, ditambahkan 50 g asam sitrat yang telah dilarutkan dengan 50 ml air suling. Tambahkan 25 g CuSO4.5H2O yang telah dilarutkan dengan 100 ml air suling. Pindahkan larutan tersebut kedalam labu 1 liter, tepatkan sampai tanda garis dengan air suling dan kocok. Biarkan semalaman.

Pembuatan larutan H2SO4 25 %

V1 .N1 = V2 . N2

V1 97% = 250 . 25 %

V1 = 64,4 ml

Dimasukkan 64,4 ml H2SO4 p.a kedalam labu takar 250 ml, lalu ditambahkan aquadest hingga garis batas, kemudian dihomogenkan.


(31)

Pembuatan larutan HCl 3%

V1.N1 = V2.N2 V1.37%= 500.3% V1 = 40,5 %

Dimasukkan 40,5 ml HCL p.a kedalam labu takar 500 ml, lalu ditambahkan aquadest hingga garis batas, kemudian dihomogenkan.

Pembuatan larutan NaOH 30 %

Ditimbang 300 gram NaOH tekhnis, diencerkan dengan aquadest hingga volume 1000ml.

Pembuatan larutan KI 20%

Ditimbang 20 gram KI dimasukkan kedalam beaker glass, kemudian dilarutkan dengan aquadest hingga larut, lalu dimasukkan kedalam labu takar 100 ml, ditambahkan aquadest hingga garis batas,lalu dihomogenkan.

Pembuatan larutan Amilum 0,5 %

Ditimbang 0,5 gram amilum dan dimasukkan kedalam beaker glass, kemudian dilarutkan dengan aquadest hingga larut, lalu dimasukkan kedalam labu takar 100 ml, ditambahkan aquadest hingga garis batas,lalu dihomogenkan.

Pembuatan lndikator Fenolftalein 1%

ditimbang dengan tepat 1 gram indicator fenolftalein dan dilarutkan dengan etanol dalam labu takar 100 ml sampai garis batas.


(32)

Penetapan normalitas Na2S2O7 0,1N

Ditimbang 0,05 gram K2C2O7 dilarutkan kedalam air kemudian ditambahkan 7 ml larutan KI 20% dan 20 ml HCL 4N lalu dititrasi dengan Na2S2O7 0,1N, pada menjelang titik akhir titrasi dilakukan penambahan indicator amilum 0,5%, titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari biru menjadi hijau muda. Perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali. Diperoleh konsentrasi Na2S2O7 sebesar 0,0978 N


(33)

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan

4.1.1 Perhitungan kadar glukosa Perhitungan :

( Blanko – penitar) x N tiosulfat x 10, setara dengan terusi yang tereduksi. Kemudian dilihat dalam daftar Luff Schoorl beberapa mg gula yang terkandung untuk ml tiosulfat yang dipergunakan.

1. Kadar glukosa

Kadar glukosa = 1 100%

x W

xfp W

Dimana :

W1 = mg glukosa yang terkandung untuk ml tiosulfat yang dipergunakan( terlampir dalam daftar)

W = bobot cuplikan, dalam mg Fp = factor pengenceran

Volume blanko = 24,90 ml

a. Nasi Nasi I

mg glukosa = ( V blanko – V contoh) x N tio x 10 = (24,90-8,65)x 0,0978 x 10


(34)

= 15,8925

= 38,5 + ( 0,8925 x 2,8 ) = 40,999 mg

Kadar glukosa = 100% 1000 0145 , 5 9990 , 40 10 500 x x x

= 40,8 %

Nasi II

mg glukosa = ( V blanko – V contoh) x N tio x 10 = (24,90-8,25)x 0,0978 x 10

= 16,2837

= 41,3 + ( 0,2837 x 2,9) = 42,12273

Kadar glukosa = 100% 1000 2165 , 5 1227 , 42 10 500 x x x = 40,37 %

Nasi III

mg glukosa = ( V blanko – V contoh) x N tio x 10 = (24,90-9,8)x 0,0978 x 10

= 14,798

= 35,7 + ( 0,978 x 2,8) = 37,9344 mg

Kadar glukosa = 100% 1000 0235 , 5 9344 , 37 10 500 x x x


(35)

= 37,75 %

b.Talas Talas I

mg glukosa = ( V blanko – V contoh) x N tio x 10 = (24,90-16,95)x 0,0978 x 10

= 7,7751

= 17,2 + ( 0,7751 x 2,6 ) = 19,21526

Kadar glukosa = 100% 1000 1766 , 5 2152 , 19 10 500 x x x = 18,5 %

Talas II

Mg glukosa = ( V blanko – V contoh) x N tio x 10 = (24,90-16,95)x 0,0978 x 10 = 7,7751

= 17,2 + ( 0,7751 x 2,6 ) = 19,21526

Kadar glukosa = 100% 1000 0959 , 5 2152 , 19 10 500 x x x = 18,85%


(36)

Talas III

mg glukosa = ( V blanko – V contoh) x N tio x 10 = (24,90-17,75)x 0,0978 x 10

= 6,9

= 14,7+ ( 0,9 x 2,5) = 16,95

Kadar glukosa = 100% 1000 0255 , 5 95 , 16 10 500 x x x = 16,86 %

c. Kentang Kentang I

mg glukosa = ( V blanko – V contoh) x N tio x 10 = (24,90-20,5)x 0,0978 x 10

= 4,3032

= 9,7 + ( 0,3032 x 2,5) = 10,458 mg

Kadar glukosa = 100% 1000 0055 , 5 458 , 10 10 500 x x x = 10,4 %

Kentang II


(37)

= (24,90-20,15)x 0,0978 x 10 = 4,6455

= 9,7 + ( 0,6455 x 2,5) = 11,3137 mg

Kadar glukosa = 100% 1000 0363 , 5 3137 , 11 10 500 x x x = 11,2 %

Kentang III

mg glukosa = ( V blanko – V contoh) x N tio x 10 = (24,90-20,55)x 0,0978 x 10

= 4,2543

= 9,7 + ( 0,35 x 2,5)= 10,575 mg

Kadar glukosa = 100% 1000 1302 , 5 575 , 10 10 500 x x x

= 10,3 % 4.2 Pembahasan

Karbohidrat adalah merupakan salah satu sumber energi yang diperlukan oleh tubuh. Karohidrat yang berasal dari makanan , dalam tubuh mengalami perubahan atau metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain glukosa dalam darah. Maka bagi penderita diabetes, adalah harus dapat berhati – hati dalam mengkomsumsi dan mengatur pola makan, agar dapat mengurangi dan mengupayakan dampak lanjutan dari penyakit yang diderita. Oleh sebab itu perlu adanya analisis kadar glukosa pada beberapa karbohidrat, sehingga dapat menjadi rujukan sebagai makanan alternatife bagi penderita


(38)

diabetes.Dari analisis kadar glukosa dengan menggunakan metode luff schoorl, diperoleh bahwa kadar glukosa pada kentang adalah lebih rendah dibandingkan dengan nasi dan talas, yaitu kentang (I) 10,4%, kentang (II) 11,2%, dan kentang (III) adalah 10,3%. Maka dari itu, kentang dapat kita jadikan sebagai makanan pengganti bagi penderita diabetes. Selain kentang mengandung karbohidrat. Kentang juga memiliki manfaat yang sangat banyak, hal ini dimungkinkan berkat kandungan yang ada di dalamnya. Misalnya saja mineral kalsium yang tinggi sehingga bermanfat untuk memelihara kesehatan tulang dan gigi. Kandungan air per 100 gram kentang ialah 82 gram, dengan nilai protein sebanyak 2 gram, kalori sebanyak 70 kkal, dan karbohidrat sebanyak 19 gram. Selain kandungan – kandungan tersebut, kentang juga memiliki kandungan lain seperti zat besi dan riboflavin yang penting bagi tubuh.

Selain kentang, talas juga merupakan makanan alternative yang dapat dijadikan sebagai menu makanan peganti. Selain karena mengandung karbohidrat, talas mengandung protein( 1,5-3,0%), kalsium dan fosfor lebih tinggi. Umbi sedikit mengandung lemak dan banyak mengandung vitamin A dan C. Umbi talas 98,8 % dapat dicerna karena memiliki pati yang banyak mengandung amilosa (20-25%), yanga dapat dipecah oleh gula ludah manusia. Disamping itu, merupakan sumber yang baik untuk diet serat, vitamin B6, dan Mn.


(39)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kadar glukosa yang terdapat pada kentang rebus, talas rebus dan nasi :

a. kentang rebus

 Kentang I = 10,4 %

 Kentang II =11,2%

 Kentang III = 10,3% b. talas rebus

 Talas I = 18,5%

 Talas II= 18,85 %

 Talas III= 16,95% c. nasi

 Nasi I = 40,8 %

 Nasi II = 40,37%

Nasi III = 37,75%

2 Dari data yang diperoleh diketahui bahwa kadar glukosa pada kentang rebus dan talas rebus lebih rendah dibandingkan dengan nasi, sehingga kentang rebus dan talas rebus dapat dijadikan pengganti nasi bagi penderita diabetes.


(40)

3. Cara penentuan kadar glukosa dengan menggunakan metode luff school adalah yaitu Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3.

5.2 Saran

1. Sebaiknya dilakukan cara atau metode lain dalam penentuan kadar glukosa, sehingga hasil penentuan dari suatu metode dapat dibandingkan dengan hasil metode lainnya.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

http:// bukabi.wordpress.com/2007/umbi-umbian-talas. Tanggal akses 23 Februari 2010.

Hartus,T. 2001. Usaha Pembibitan Kentang Bebas Virus. Jakarta : Penebar Swadaya.

Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Poejadi, A. 1994. Dasar – Dasar Biokimia. Cetakan Pertama. Jakarta : UI Press.

Setiadi. 2000. Kentang , Varietas dan Pembudidayaan . Jakarta : Penebar Swadaya.

Siregar,H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Bogor : PT Sastra Hudaya. Soelarso,B. 1997. Budidaya Kentang Bebas Penyakit. Yogyakarta : Kanisius. Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Jakarta : Liberty.

Tjokroprawiro,A. 1986. Diabetes Mellitus Aspek klinik dan Epidemiologi. Surabaya: Airlangga University Press.

Waspadji,S. 2002. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


(42)

(43)

Table penetapan Gula menurut Luff Schoorl

Na2S2O3 0,1N Glukosa (mg) Laktosa (mg) Maltosa (mg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 2,4 4,8 7,2 9,7 12,2 14,7 17,2 19,8 22,4 25,0 27,6 30,3 33,0 35,7 38,5 41,3 44,2 47,1 50,0 53,0 3,6 7,3 11,0 14,7 18,4 22,1 25,8 29,5 33,2 37,0 40,8 44,6 48,4 52,2 56,0 59,9 63,8 67,7 71,1 75,1 3,9 7,8 11,7 15,6 19,6 23,5 27,5 31,5 35,5 39,5 43,5 47,5 51,6 55,7 59,8 63,9 68,0 72,2 76,5 80,9


(44)

21 22 23

56,0 59,1 62,2

79,8 83,9 88,0

85,4 90,0 94,6


(1)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Kadar glukosa yang terdapat pada kentang rebus, talas rebus dan nasi :

a. kentang rebus

 Kentang I = 10,4 %

 Kentang II =11,2%

 Kentang III = 10,3% b. talas rebus

 Talas I = 18,5%

 Talas II= 18,85 %

 Talas III= 16,95% c. nasi

 Nasi I = 40,8 %

 Nasi II = 40,37%

Nasi III = 37,75%

2 Dari data yang diperoleh diketahui bahwa kadar glukosa pada kentang rebus dan talas rebus lebih rendah dibandingkan dengan nasi, sehingga kentang rebus dan talas rebus


(2)

3. Cara penentuan kadar glukosa dengan menggunakan metode luff school adalah yaitu Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan

CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang

dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3.

5.2 Saran

1. Sebaiknya dilakukan cara atau metode lain dalam penentuan kadar glukosa, sehingga hasil penentuan dari suatu metode dapat dibandingkan dengan hasil metode lainnya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

http:// bukabi.wordpress.com/2007/umbi-umbian-talas. Tanggal akses 23 Februari 2010.

Hartus,T. 2001. Usaha Pembibitan Kentang Bebas Virus. Jakarta : Penebar Swadaya.

Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Poejadi, A. 1994. Dasar – Dasar Biokimia. Cetakan Pertama. Jakarta : UI Press.

Setiadi. 2000. Kentang , Varietas dan Pembudidayaan . Jakarta : Penebar Swadaya.

Siregar,H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Bogor : PT Sastra Hudaya. Soelarso,B. 1997. Budidaya Kentang Bebas Penyakit. Yogyakarta : Kanisius. Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Jakarta : Liberty.

Tjokroprawiro,A. 1986. Diabetes Mellitus Aspek klinik dan Epidemiologi. Surabaya: Airlangga University Press.

Waspadji,S. 2002. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


(4)

(5)

Table penetapan Gula menurut Luff Schoorl

Na2S2O3 0,1N Glukosa (mg) Laktosa (mg) Maltosa (mg)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2,4 4,8 7,2 9,7 12,2 14,7 17,2 19,8 22,4 25,0 27,6 30,3 33,0 35,7 38,5 41,3 44,2 47,1 50,0 3,6 7,3 11,0 14,7 18,4 22,1 25,8 29,5 33,2 37,0 40,8 44,6 48,4 52,2 56,0 59,9 63,8 67,7 71,1 3,9 7,8 11,7 15,6 19,6 23,5 27,5 31,5 35,5 39,5 43,5 47,5 51,6 55,7 59,8 63,9 68,0 72,2 76,5


(6)

21 22 23

56,0 59,1 62,2

79,8 83,9 88,0

85,4 90,0 94,6