Bahan tutorial Kurhab 4 skenario 1

(1)

INDIKASI dan KONTRAINDIKASI

Adapun indikasi dan kontraindikasi dari GTC, yaitu : 1. Kehilangan satu atau lebih gigi

2. Kurangnya celah karena pergeseran gigi tetangga ke daerah edentulus 3. Gigi di sebelah daerah edentulus miring

4. Splint bagi gigi yang memiliki ketebalan email yang cukup untuk dietsa. Kontraindikasi pemakaian GTC :

1. Pasien yang tidak kooperatif

2. Kondisi kejiwaan pasien kurang menunjang 3. Kelainan jaringan periodonsium

4. Prognosis yang jelek dari gigi penyangga 5. Diastema yang panjang

6. Kemungkinan kehilangan gigi pada lengkung gigi yang sama 7. Resorbsi lingir alveolus yang besar pada daerah anodonsia. HAL-HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN

Secara garis besar, hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pemakaian gigi tiruan cekat meliputi aspek jaringan periodontal dan keadaan gigi penyangga. Normalnya, jaringan periodontal yang memberikan dukungan yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi gigi terdiri dari empat komponen utama, yaitu gingiva, ligamentum periodontal, sementum, dan tulang alveolar. Kondisi yang perlu diperhatikan dan menjadi syarat gigi penyangga adalah perbandingan mahkota akar, konfigurasi akar, dan luas ligamen periodontal gigi penyangga.

Ligamen Periodontal 1. Gingiva.

Gingiva adalah bagian dari mukosa mulut yang melapisi tulang alveolar dari rahang atas dan rahang bawah serta di sekeliling leher gigi. Gingiva secara anatomi dibagi menjadi marginal gingiva (tepi gusi), sulkus gingiva, attached gingiva (bagian dari yang melekat), serta interdental gingiva atau interdental papilla. Gingiva harus berada dalam kondisi yang bagus, baik dari kontur, konsistensi, warna, maupun tekstur.


(2)

1. Marginal gingiva

Marginal gingiva atau unattched gingiva adalah sambungan tepi atau pinggiran dari gingiva yang mengelilingi gigi berbentuk seperti lingkaran. Dalam 50% kasus, marginal gingiva dibatasi dengan attached gingiva oleh depresi linear yang dangkal disebut free gingiva groove. Biasa lebarnya sekitar 1 mm dari dinding jaringan lunak sulkus gingiva. Marginal gingiva dapat dipisahkan dari permukaan gigi dengan probe periodontal.

2. Sulkus gingiva

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang di sekitar gigi yang dibatasi oleh permukaan gigi pada satu sisi dan lapisan epitel margin bebas dari sisi lain gingiva. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja yang dapat dimasuki oleh probe periodontal. Determinasi klinik dari kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting. Dalam kondisi benar-benar normal atau ideal, maka kedalaman sulkus gingiva dapat mencapai 0.

3. Attached gingiva.

Attached gingiva merupakan suatu lanjutan dari marginal gingiva. Attached gingiva berbatas tegas, elastik dan melekat erat pada periosteum dari tulang alveolar. Aspek permukaan dari attached gingiva meluas ke mukosa alveolar dibatasi oleh mucogingiva junction. Lebar dari attached gingiva merupakan parameter klinik penting lainnya. Yang dapat diukur sesuai jarak antara mucogingiva junction dan proyeksi dari permukaan dasar luar dari sulkus dengan menggunakan probe periodontal.

Lebar dari attached gingiva dari aspek fasial berbeda pada tiap daerah dalam rongga mulut. Attached gingiva pada daerah insisivus rahang atas 3,5-4,5 mm dan pada insisivus rahang bawah sebesar 3,3-3,9 mm dan lebih sempit pada daerah posterior ( 1,9 mm pada rahang atas dan 1,8 pada rahang bawah).

Mucogingiva junction tetap tidak bergerak hingga dewasa, perubahan lebar attached gingiva disebabkan oleh perubahan posisi coronal end. Lebar dari attached gingiva meningkat sesuai umur dan pada gigi yang supraerupsi. Dari aspek lingual alveolar, akhir dari attached gingiva dihubungkan oleh mukosa membran dasar mulut.

4. Papila Interdental

Gingiva interdental menempati embrasure gingiva yang terletak pada daerah interproksimal di bawah daerah kontak gigi. Interdental gigi dapat berbertuk piramida atau berbentuk kol. Bentuk ruang interdental gingiva tergantung dari titik kontak antara gigi dan ada tidaknya resesi gingiva.


(3)

Permukaan fasial dan lingual lonjong ke daerah kontak proksimal dan berbentuk cembung pada daerah mesial dan distal. Ujung lateral dari interdental gingiva dibentuk oleh kontibuitas marginal gingiva ke gigi sebelahnya. Jika terjadi diastem, gingiva berbentuk datar membulat di atas tulang interdental dan halus tanpa papila interdental.10 2. Ligamentum Periodontal.

Ligamentum periodontal adalah jaringan ikat yang mengelilingi akar dan terhubung ke tulang. Ligamentum periodontal akan terus berlanjut dengan jaringan ikat pada gingiva dan kemudian berhubungan dengan ruang sumsum melalui pembuluh darah dalam tulang. Fungsi dari ligamentum periodontal adalah sebagai fisik formatif dan perubahan bentuk, nutrisi dan sensoris. Ligamen periodontal hausnya menunjukkan kondisi yang baik pada gambaran radiografi. Apabila terjadi pelebara ligamen periodontal, perlu dilakukan perawatan pendahuluan

3. Sementum.

Jaringan mesensim yang membentuk dan melapisi bagian luar akar anatomi gigi. Terdapat dua macam sementum, yaitu sementum aselular atau primer dan sementum selular atau sementum sekunder. Kedua sementum tersebut terdiri dari kalsifikasi matriks interfibril dan fibril kolagen.

4. Tulang alveolar.

Tulang alveolar dibentuk selama pertumbuhan janin oleh proses ossifikasi intramembranous dan terdiri dari kalsifikasi matriks dengan osteosit tertutup dalam suatu ruang atau celah yang disebut lacuna.

KONDISI GIGI PENYANGGA 1. Perbandingan mahkota-akar

Merupakan perbandingan antaa jarak oklusi gigi ke alveolar crest dan panjang akar yang tertanam di dalam tulang alveolar. Jika terdapat resorpsi tulang alveolar, maka gaya lateral pada gigi dapat menyebabkan rusaknya ligamen periodontal, kemudian mengakibatkan gigi goyang. Bila derajat mobilitas gigi tinggi, gigi dapat lepas dari soket. Perbandingan mahkota-akar yang optimal untuk gigi penyangga GTJ adalah 2:3 atau minimal 1:1.


(4)

2. Konfigurasi akar

Gigi penyangga yang memiliki akar dengan dimensi fasiolingual lebih lebar daripada mesiodistal lebih baik daripada gigi penyangga yang berakar bulat. Sedangkan gigi posterior yang memiliki bentuk akar yang menyebar atau divergen akan mendapatkan

dukungan periodontal lebih baik daripada bentuk akar yang konvergen atau berfusi.

(a) Dimensi fasiolingual akar lebih lebar daripada mesiodistal (b) Akar dengan potongan melintang bulat

(a) Akar divergen (b) Akar fusi

3. Luas ligamen periodontal

Merupakan jumlah luas permukaan perlekatan ligamen periodontal ke tulang alveolar. Gigi yang lebih besar memiliki luas ligamen periodontal lebih besar, sehingga dapat menahan tekanan yang lebih besar. Perlekatan ligamen periodontal yang baik, berawal dari cemento-enamen junction dan kedalaman sulkusnya adalah 1,8-3mm.


(5)

Penggantian kehilangan gigi dengan GTJ harus sesuai dengan hukum Ante, yaitu bahwa luas permukaan aka gigi penyangga harus sama atau lebih besar daripada gigi yang akan digantikan.

Luas Permukaan Akar Gigi Geligi Rahang Atas

Luas Permukaan Akar Gigi Geligi Rahang Atas DESAIN GIGI TIRUAN SESUAI SKENARIO

Komponen Gigi Tiruan Jembatan

Gigi tiruan jembatan terdiri dari retainer, konektor, dan pontik serta didukung oleh gigi penyangga.

1. Retainer

Merupakan komponen GTJ yang direkatkan dengan semen pada gigi penyangga yang telah dipersiapkan, dan berfungsi sebagai stabilisasi dan retensi.


(6)

a. Retainer ekstrakoronal: retainer yang retensinya berada di permukaan luar mahkota gigi penyangga. Contohnya adalah complete veneer crown dan partial veneer crown.

Complete Veneer Crown Retainer

b. Retainer intrakorona: retainer yang retensinya berada di bagian dalam mahkota gigi penyangga. Contohnya adalah inlay dan onlay.

(a) Inlay (b) Onlay

c. Retainer dowel crown: retainer yang retensinya berupa pasak yang telah disemenka ke saluran akar yang telah dirawat dengan sempurna.

Dowel Crown 2. Konektor

Merupakan komponen GTJ yang menghubungkan retainer-retainer, pontik-pontik, dan retainer-pontik. Konektor harus dapat mencegah distorsi atau fraktur selama gigi tiruan berfungsi.


(7)

a. Konektor rigid: konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada komponen GTJ. Merupakan konektor yang paling sering digunakan untuk GTJ. Konektor rigid dapa dibuat dengan cara:

1. Pengecoran (casting): penyatuan dua komponen GTJ dengan satu kali proses tuangan.

2. Penyolderan (soldering): penyatuan dua komponen GTJ dengan penambahan logam campur (metal alloy) yang dipanaskan.

3. Pengelasan (welding): penyatuan komponen GTJ dengan pemanasan dan/atau tekanan.

b. Konektor non rigid: konektor yang memungkinkan terjadinya pergerakan terbatas pada komponen GTJ. Diindikasikan bila terjadi pier/intermediate abutment untuk penggantian beberapa gigi yang hilang. Konektor non rigid bertujuan untuk mempermudah pemasangan dan perbaikan (repair) GTJ. Contohnya dovetail dan male and female.

Dovetail, terdiri dari key dan keyway. Key ditempatkan di proksimal pontik dan keyway di retainer.

Male and female, retainer berbentuk silindris yang bersifat lebih cekat dari dovetail. Male ditempatkan di pontik dan female di retainer.


(8)

3. Pontik

Merupakan komponen GTJ yang menggantikan gigi hilang. Tipe pontik dibedakan atas:

a. Pontik yang berkontak dengan residual ridge: 1. Saddle/saddle-ridge-lap pontic

Merupakan pontik yang berkontak bidang dengan edentulous ridge. Pontik tipe ini tidak memiliki akses untuk dental floss sehingga tidak dapat dibersihkan da menyebabkan akumulasi plak. Pontik ini juga dapat menyebabkan inflamasi oleh karena itu tidak seharusnya digunakan.

Saddle-ridge lap pontic 2. Modified ridge-lap pontic

Merupakan kombinasi antara pontik tipe saddle dan hygienic. Memiliki permukaan fasial yang menutupi residual ridge dan bagian lingual tidak berkontak dengan ridge, sehingga estetiknya bagus dan mudah dibersihkan. Pontik tipe ini diindikasikan untuk mengganti gigi hilang pada daerah yang tampak saat berfungsi (gigi anterior, premolar, dan molar pertama).

Modified ridge-lap pontic 3. Conical pontic

Merupaka pontik yang hanya memiliki satu titik kontak pada titik tengah residual ridge, sehingga mudah dibersihkan. Diindikasikan untuk mengganti gigi hilang pada ridge yang pipih di daeerah posterior.


(9)

Conical pontic 4. Ovate pontic

Merupakan pontik yang sangat elastis, dasar pontik membulat dan masuk ke dalam cekungan (concavity) residual ridge, sehingga mudah dibersihkan. Residual ridge cekung dapat dibentuk dengan cara penempatan GTJ sementara segera setelah ekstraksi, dengan memperluas pontik ¼ bagian servikal dan dimasukkan ke residual ridge atau juga dapat dibentuk dengan tindakan bedah. Diindikasikan untuk kebutuhan estetik yang optimal, misalnya pada kehilangan gigi insisiv, kaninus, dan premolar rahang atas.

Ovate pontic b. Pontik yang tidak berkontak dengan residual ridge:

1. Sanitary/hygienic pontic

Merupakan pontik yang mudah dibersihkan karena tidak berkontak dengan edentulous ridge. Mesiodistal dan fasiolingualnya berbentuk cembung, serta dasar pontik berbentuk bulat tidak rata/flat untuk mencegah terjadinya retensi makanan. Ketebalan oklusogingivanya pontik minimal 3mm dan jarak ke edentulous ridge minimal 2mm. Dengan kondisi tersebut akan memudakan plaque control, dengan cara menyisipkan dental floss di bawah pontik. Pontik tipe ini diindikasikan untuk gigi posterior rahang bawah atau pasien dengan oral hygiene buruk.


(10)

Sanitary pontic. (a) dasar pontik berbentuk cembung (b) dasar pontik rata/flat 2. Modified sanitary (hygienic) pontic/ Perel pontic

Merupakan modifikasi sanitary pontic. Permukaan dasar pontik cekung-melengkung pada arah mesiodistal dan fasiolingual. Konektor yang menghubungkan pontik ini denga retainer dapat dibuat dengan ketebalan maksimal. Sehingga konektor lebih dapat menahan stress/tekanan. Desain pontik ini memungkinkan terjadinya self cleansing sehingga diindikasikan untuk gigi posterior rahang bawah dan bila oral hygiene pasien buruk.

Modified sanitary pontic

4. Abutment

Merupakan gigi yang mendukung GTJ sebagai tempat retainer direkatkan dengan semen. Abutment juga dapat berupa akar gigi yang telah mendapat perawatan saluran akar dengan sempurna dan tidak terdapat kelainan-kelainan pada ujung akarnya serta tidak menjadi terminal abutment. Abutment yang mendukung GTJ daat juga berupa implant. Andhira, Ayu Dwi. 2012. Kesehatan Gingiva pada Pengguna Gigitiruan Cekat di Pulau

Kodingareng. Skripsi. repository.unhas.ac.id [diakses pada 11 April 2017].

Lesmana, RA. 1999. Faktor-Faktor Periodontal yang Haus Dipertimbangkan pada Perawatan dengan Gigi Tiruan Cekat. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 6(3): 34-43


(1)

Penggantian kehilangan gigi dengan GTJ harus sesuai dengan hukum Ante, yaitu bahwa luas permukaan aka gigi penyangga harus sama atau lebih besar daripada gigi yang akan digantikan.

Luas Permukaan Akar Gigi Geligi Rahang Atas

Luas Permukaan Akar Gigi Geligi Rahang Atas

DESAIN GIGI TIRUAN SESUAI SKENARIO Komponen Gigi Tiruan Jembatan

Gigi tiruan jembatan terdiri dari retainer, konektor, dan pontik serta didukung oleh gigi penyangga.

1. Retainer

Merupakan komponen GTJ yang direkatkan dengan semen pada gigi penyangga yang telah dipersiapkan, dan berfungsi sebagai stabilisasi dan retensi.


(2)

a. Retainer ekstrakoronal: retainer yang retensinya berada di permukaan luar mahkota gigi penyangga. Contohnya adalah complete veneer crown dan partial veneer crown.

Complete Veneer Crown Retainer

b. Retainer intrakorona: retainer yang retensinya berada di bagian dalam mahkota gigi penyangga. Contohnya adalah inlay dan onlay.

(a) Inlay (b) Onlay

c. Retainer dowel crown: retainer yang retensinya berupa pasak yang telah disemenka ke saluran akar yang telah dirawat dengan sempurna.

Dowel Crown

2. Konektor

Merupakan komponen GTJ yang menghubungkan retainer-retainer, pontik-pontik, dan retainer-pontik. Konektor harus dapat mencegah distorsi atau fraktur selama gigi tiruan berfungsi.


(3)

a. Konektor rigid: konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada komponen GTJ. Merupakan konektor yang paling sering digunakan untuk GTJ. Konektor rigid dapa dibuat dengan cara:

1. Pengecoran (casting): penyatuan dua komponen GTJ dengan satu kali proses tuangan.

2. Penyolderan (soldering): penyatuan dua komponen GTJ dengan penambahan logam campur (metal alloy) yang dipanaskan.

3. Pengelasan (welding): penyatuan komponen GTJ dengan pemanasan dan/atau tekanan.

b. Konektor non rigid: konektor yang memungkinkan terjadinya pergerakan terbatas pada komponen GTJ. Diindikasikan bila terjadi pier/intermediate abutment untuk penggantian beberapa gigi yang hilang. Konektor non rigid bertujuan untuk mempermudah pemasangan dan perbaikan (repair) GTJ. Contohnya dovetail dan male and female.

Dovetail, terdiri dari key dan keyway. Key ditempatkan di proksimal pontik dan keyway di retainer.

Male and female, retainer berbentuk silindris yang bersifat lebih cekat dari dovetail. Male ditempatkan di pontik dan female di retainer.


(4)

3. Pontik

Merupakan komponen GTJ yang menggantikan gigi hilang. Tipe pontik dibedakan atas:

a. Pontik yang berkontak dengan residual ridge: 1. Saddle/saddle-ridge-lap pontic

Merupakan pontik yang berkontak bidang dengan edentulous ridge. Pontik tipe ini tidak memiliki akses untuk dental floss sehingga tidak dapat dibersihkan da menyebabkan akumulasi plak. Pontik ini juga dapat menyebabkan inflamasi oleh karena itu tidak seharusnya digunakan.

Saddle-ridge lap pontic 2. Modified ridge-lap pontic

Merupakan kombinasi antara pontik tipe saddle dan hygienic. Memiliki permukaan fasial yang menutupi residual ridge dan bagian lingual tidak berkontak dengan ridge, sehingga estetiknya bagus dan mudah dibersihkan. Pontik tipe ini diindikasikan untuk mengganti gigi hilang pada daerah yang tampak saat berfungsi (gigi anterior, premolar, dan molar pertama).

Modified ridge-lap pontic 3. Conical pontic

Merupaka pontik yang hanya memiliki satu titik kontak pada titik tengah residual ridge, sehingga mudah dibersihkan. Diindikasikan untuk mengganti gigi hilang pada ridge yang pipih di daeerah posterior.


(5)

Conical pontic 4. Ovate pontic

Merupakan pontik yang sangat elastis, dasar pontik membulat dan masuk ke dalam cekungan (concavity) residual ridge, sehingga mudah dibersihkan. Residual ridge cekung dapat dibentuk dengan cara penempatan GTJ sementara segera setelah ekstraksi, dengan memperluas pontik ¼ bagian servikal dan dimasukkan ke residual ridge atau juga dapat dibentuk dengan tindakan bedah. Diindikasikan untuk kebutuhan estetik yang optimal, misalnya pada kehilangan gigi insisiv, kaninus, dan premolar rahang atas.

Ovate pontic b. Pontik yang tidak berkontak dengan residual ridge:

1. Sanitary/hygienic pontic

Merupakan pontik yang mudah dibersihkan karena tidak berkontak dengan edentulous ridge. Mesiodistal dan fasiolingualnya berbentuk cembung, serta dasar pontik berbentuk bulat tidak rata/flat untuk mencegah terjadinya retensi makanan. Ketebalan oklusogingivanya pontik minimal 3mm dan jarak ke edentulous ridge minimal 2mm. Dengan kondisi tersebut akan memudakan plaque control, dengan cara menyisipkan dental floss di bawah pontik. Pontik tipe ini diindikasikan untuk gigi posterior rahang bawah atau pasien dengan oral hygiene buruk.


(6)

Sanitary pontic. (a) dasar pontik berbentuk cembung (b) dasar pontik rata/flat 2. Modified sanitary (hygienic) pontic/ Perel pontic

Merupakan modifikasi sanitary pontic. Permukaan dasar pontik cekung-melengkung pada arah mesiodistal dan fasiolingual. Konektor yang menghubungkan pontik ini denga retainer dapat dibuat dengan ketebalan maksimal. Sehingga konektor lebih dapat menahan stress/tekanan. Desain pontik ini memungkinkan terjadinya self cleansing sehingga diindikasikan untuk gigi posterior rahang bawah dan bila oral hygiene pasien buruk.

Modified sanitary pontic 4. Abutment

Merupakan gigi yang mendukung GTJ sebagai tempat retainer direkatkan dengan semen. Abutment juga dapat berupa akar gigi yang telah mendapat perawatan saluran akar dengan sempurna dan tidak terdapat kelainan-kelainan pada ujung akarnya serta tidak menjadi terminal abutment. Abutment yang mendukung GTJ daat juga berupa implant.

Andhira, Ayu Dwi. 2012. Kesehatan Gingiva pada Pengguna Gigitiruan Cekat di Pulau Kodingareng. Skripsi. repository.unhas.ac.id [diakses pada 11 April 2017].

Lesmana, RA. 1999. Faktor-Faktor Periodontal yang Haus Dipertimbangkan pada Perawatan dengan Gigi Tiruan Cekat. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 6(3): 34-43