Peranan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Divisi Moneter di Bank Indonesia

(1)

TUGAS AKHIR

PERANAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI MONETER DI BANK INDONESIA

OLEH :

ASTRIFA TASHA D 112103093

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEKRETARIATAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

NAMA : ASTRIFA TASHA D

NIM : 112103093

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KESEKRETARIATAN

JUDUL : PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP

KINERJA KARYAWAN DIVISI MONETER DI BANK INDONESIA

Tanggal:………. 2014 Ketua Program Studi

NIP. 19741012 200003 2 003

Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, SE, MM

Tanggal:………2014 Dekan

NIP. 19550810 198303 1 004


(3)

PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR

NAMA : ASTRIFA TASHA D

NIM : 112103093

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KESEKRETARIATAN

JUDUL : PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP

KINERJA KARYAWAN DIVISI MONETER DI BANK INDONESIA

Medan, 2014

Mengetahui Pembimbing

NIP. 19810628 20060 4 1 005 Fadli, SE, M.Si


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Puji dan Syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan Tugas Akhir ini yang berjudul “Peranan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Divisi Moneter di Bank Indonesia”, guna memenuhi salah satu syarat kelulusan di Program Studi D-III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Keluarga Besar dan Kedua Orang Tua Penulis, Ayahanda Penulis Alm. Irwanto dan Ibunda Penulis Hidayati, Kakak penulis Zettira Miranti Utari, Abang sepupu penulis Bagus Airlangga, atas kasih sayang yang diberikan serta doa dan dukungan baik materil maupun moril sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan sebaik-baiknya.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini telah mendapat banyak bantuan baik secara moril maupun materil. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M & H.M.Sc (C.T.M),Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac ,Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Ibu Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, S.E, MM selaku Ketua Program Studi D-III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Magdalena Linda Leonita Sibarani, S.E, M.Si selaku Sekretaris Program Studi D-III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Fadli, S.E, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis, yang begitu baik memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

6. Ibu Frida Ramadini, S.E, MM selaku Dosen Penasehat Akademik penulis selama penulis menjalani masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

7. Kepada seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan serta seluruh staff dan pegawai yang telah banyak membantu selama proses penulisan Tugas Akhir ini.

8. Kepada Ibu Yetti Saragihselaku Mentor Magang di Bank Indonesia yang telah banyak memberikan arahan selama penulis magang dan melakukan penelitian di Perusahaan tersebut.

9. Ibu Aegina S Surbakti, Ibu Suti, Bapak Rahmalda, Bapak Muhammad Reza Ali Khan, Bapak Tias, Bapak Ali, Bang Chobi, Ibu Citra, Bang Irvan Efendi, Ibu Rutmawita, Kak Dara, Kak Adis dan khususnya bagian Divisi


(6)

Moneter dan unit Sumber Daya Manusia (SDM) yang telah memberikan kesempatan praktik kerja dan membantu penulis memberikan informasi tentang dunia kerja dan informasi mengenai judul Tugas Akhir ini.

10.Semua teman-teman Penulis, Kak Dika Widya Ambarwulan, Kak Dini Annisa Furqan, Bang Emir Syahfuad, Rika Puspita, Mely Nasution, Tiwi, Wilma Zahra, Vinan, Chairin Umami, Sandra Bahri yang telah membantu penulis dalam pembuatan Tugas Akhir ini, terimakasih karena adanya kalian penulis bersemangat.

11.Kepada semua teman-teman D-III Kesekretariatan Angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu terima kasih atas semua yang telah kita lalui bersama-sama.

Akhir kata penulis hanya bisa berdoa kepada Allah SWT, semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis akan dibalas oleh Allah SWT. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Medan, Juli 2014 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Sistematika Penelitian ... 6

1.5.1 Jadwal Penelitian ... 6

1.5.2 Laporan Penelitian ... 6

BAB II PROFIL INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat Bank Indonesia ... 8

2.1.1 Masa Penjajahan ... 8

2.1.2 Masa Kemerdekaan ... 9

2.1.3 Sejarah Singkat Bank Indonesia Medan ... 10

2.2 Visi, Misi dan Sasaran Strategis Bank Indonesia Medan ... 12

2.2.1 Visi Bank Indonesia Medan ... 12

2.2.2 Misi Bank Indonesia Medan ... 12

2.2.3 Sasaran Strategis Bank Indonesia Medan ... 12

2.3 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Bank Indonesia Medan 13 2.3.1 Struktur Organisasi Bank Indonesia Medan ... 13

2.3.2 Uraian Tugas Bank Indonesia Medan ... 15

2.4 Kinerja Kegiatan Terkini ... 25

2.5 Rencana Kegiatan ... 26

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian dan Peranan Disiplin Kerja ... 27

3.2 Macam-Macam Disiplin Kerja ... 33

3.3 Faktor-Faktor Disiplin Kerja ... 34

3.4 Pengertian Kinerja Karyawan ... 38

3.5 Faktor-Faktor Kinerja Karyawan ... 40

3.6 Tinjauan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan ... 42


(8)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ... 49 4.2 Saran ... 50


(9)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman


(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian 6


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karyawan memegang peran utama dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Setiap perusahaan berusaha meningkatkan serta mengembangkan perusahaan dengan mengadakan berbagai cara yang tersusun dalam program peningkatan kinerja para karyawan. Untuk memperoleh kemajuan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan, suatu perusahaan perlu menggerakkan serta memantau karyawannya agar dapat mengembangkan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Karyawan adalah aset utama perusahaan yang menjadi pelaku aktif dari setiap kegiatan organisasi. Karyawan memiliki perasaan, pikiran, keinginan, status, latar belakang pendidikan, usia dan jenis kelamin yang berbeda-beda yang dibawa kedalam perusahaan. Karyawan bukanlah mesin dan uang yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai serta diatur sepenuhnya dalam mencapai tujuan perusahaan, melainkan asset berharga perusahaan yang harus dipelihara dengan baik. Oleh karena itu, perusahaan dan karyawan harus mampu bekerjasama untuk mewujudkan kedisiplinan dalam melakukan setiap pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kinerja yang baik.

Kinerja karyawan yang baik merupakan hal yang didambakan seluruh perusahaan. Semakin banyak karyawan yang disiplin di dalam sebuah perusahaan tersebut maka kinerja atau produktivitas perusahaan secara keseluruhan akan


(12)

semakin meningkat. Kinerja karyawan dapat dilihat dari seberapa banyak karyawan memberikan tenaga, pikiran atau memberikan kontribusi kepada organisasi.

Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Adapun arti kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan arti kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak (Hasibuan, 2005 : 193).

Adapun disiplin pada hakikatnya mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Disiplin kerja diartikan jika karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik dan tepat waktu, melaksanakan perintah atasan dan mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma yang berlaku. Disiplin kerja yang tinggi akan meningkatkan produktivitas kerja seorang karyawan. Disiplin terutama ditinjau dari perspektif organisasi, dapat dirumuskan sebagai ketaatan setiap anggota organisasi terhadap semua aturan yang berlaku di dalam organisasi tersebut yang terwujud melalui sikap, perilaku dan perbuatan yang baik sehingga tercipta keteraturan, keharmonisan, tidak ada perselisihan, serta keadaan-keadaan baik lainnya. Kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Dengan disiplin yang baik berarti karyawan sadar dan bersedia mengerjakan semua tugasnya dengan efektif dan efisien sehingga para karyawan dapat mencapai prestasi kerja yang tinggi.


(13)

Untuk lebih mengefektifkan peraturan yang telah dikeluarkan dalam rangka menegakkan disiplin perlu adanya teladan pimpinan. Pimpinan mempunyai peranan yang sangat besar dalam menegakkan kedisiplinan, sebab pimpinan merupakan panutan dari bawahannya. Pimpinan harus mampu menggerakkan dan mengarahkan karyawan karena pimpinan bertanggung jawab dalam keberhasilan dan kegagalan karyawan. Disiplin sangat penting untuk perkembangan perusahaan karena dapat dijadikan sebagai alat untuk memotivasi agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan pekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok. Disamping itu disiplin bermanfaat mendidik karyawan untuk mematuhi peraturan prosedur maupun kebijakan yang ada

sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik. Perilaku karyawan yang tidak disiplin dapat diekspresikan dalam beberapa hal, yaitu: keabsenan,

kelambanan, meninggalkan tempat kerja, mengulangi prestasi buruk, mencuri, tidur ketika bekerja, berkelahi, mengancam pimpinan, melanggar aturan dan kebijaksanaan keselamatan kerja, pembangkangan perintah, melakukan pelanggaran secara tidak wajar, memperlambat pekerjaan, menolak kerja lembur, menolak kerja.

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada perusahaan, nampak bahwa salah satu faktor yang mengakibatkan penurunan kinerja perusahaan adalah disebabkan karena perusahaan mempunyai masalah yang kompleks dalam hal sumber daya manusia khususnya mengenai masalah kurangnya kedisiplinan karyawan, dimana seringkali karyawan masih ada yang belum mentaati disiplin jam kerja, seperti mereka masuk kantor setelah jam 08.00 WIB dan pulang sebelum jam 16.00 WIB,


(14)

selain itu masih ada karyawan yang tidak mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku pada perusahaan, sehingga mengakibatkan kinerja karyawan mengalami penurunan. Dengan menurunnya kinerja karyawan maka perusahaan harus menerapkan kedisiplinan karyawan, yakni dengan mematuhi segala peraturan atau tata tertib yang akan menjadi rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh seluruh karyawan dalam organisasi. Adapun peraturan-peraturan yang berkaitan dengan disiplin adalah : peraturan jam masuk, pulang dan jam istirahat, peraturan dasar tentang berpakaian dan bertingkah laku dalam pekerjaan, peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja lain serta peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para karyawan selama dalam perusahaan, memiliki atau menggunakan obat-obatan ketika bekerja, merusak peralatan, menggunakan bahasa atau kata-kata kotor, dan pemogokan secara ilegal.

Perusahaan sangat mengharapkan setiap individu dalam perusahaan dapat menciptakan disiplin yang tinggi demi kemajuan perusahaan dan pencapaian tujuan perusahaan yang efektif dan efisien. Disiplin kerja yang baik dapat memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan beban kerja karyawan agar dapat terealisasi dengan baik. Disiplin dapat ditegakkan melalui kerjasama dan kesadaran yang tinggi dari para karyawan atau sumber daya manusia yang ada di dalam perusahaan.

Berdasarkan latar belakang, penulis tertarik untuk melakukan observasi dengan judul“Peranan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Divisi Moneter di Bank Indonesia.”


(15)

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Peranan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuiperanan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan Divisi Moneter di Kantor Bank Indonesia Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi Perusahaan

Untuk memberi saran dan masukan yang bermanfaat bagi perusahaan dalam menjaga disiplin untuk mempertahankan prestasi kerja karyawan.

b. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan kesempatan yang baik bagi penulis untuk dapatmenerapkan ilmu yang telah diperoleh selama menjalani perkuliahan dan memperluas wahana berfikir ilmiah.

c. Bagi Pihak Lain

Sebagai referensi yang dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan perbandingan dalam melakukan penelitian pada bidang yang sama yang akan datang.


(16)

1.5 Sistematika Penelitian 1.5.1 Jadwal Penelitian

Rencana penulisan terdiri dari jadwal survei/observasi dan rencana isi yang dibuat untuk mempermudah bagi peneliti dalam menyusun tugas akhir ini. Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 07 April 2014 sampai dengan 15 Mei 2014. Penelitian dilakukan di Bank Indonesia Medan, jl. Balai Kota No. 4 Medan.

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

No KEGIATAN MINGGU KE

1 2 3 4 5 6

1 Persiapan

2 Pengumpulan Data 3 Penulisan Laporan Sumber: Peneliti (2014). 1.5.2 Laporan Penelitian

Guna mendapat gambaran umum mengenai Tugas Akhir ini, maka penyusunan dibuat dengan menguraikan secara singkat dan jelas tentang sistematika Tugas Akhir, sebagai berikut:

a. BAB I (PENDAHULUAN)

Bab I membahas mengenai Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penelitian yang terdiri atas Jadwal Penelitian dan Laporan Penelitian.


(17)

b. BAB II (PROFIL INSTANSI)

Bab II membahas mengenai Sejarah Singkat Bank Indonesia, Visi, Misi dan Sasaran Strategis Bank Indonesia, Status dan Kedudukan Bank Indonesia, Struktur Organisasi, Uraian Tugas, Kinerja Kegiatan Terkini, dan Rencana Kegiatan.

c. BAB III (PEMBAHASAN)

Bab III membahas mengenai segala yang berhubungan dengan yang diteliti.

d. BAB IV (KESIMPULAN DAN SARAN)


(18)

BAB II

PROFIL INSTANSI

2.1 Sejarah Singkat Bank Indonesia 2.1.1 Masa Penjajahan

Sebelum Indonesia merdeka, tepatnya tanggal 10 Oktober 1827 di wilayah Hindia Belanda (Nusantara) sudah didirikan bank oleh pemerintah Hindia Belanda. Bank tersebut diberi nama De Javasche Bank kedudukan di Batavia (sekarang Jakarta). Bank tersebut bukanlah milik pemerintah namun semua pimpinannya diangkat oleh pemerintah. Tujuan utama pendirian bank tersebut adalah untuk meningkatkan perekonomian pemerintah Belanda. Pada tahun 1951, De Javashe Bank di nasionalisasikan diganti namanya menjadi Bank Indonesia. Selain bank yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda ada juga bank yang didirikan oleh swasta yang dananya berasal dari orang-orang Belanda, Inggris dan China.Nederland Handels Maatschappij (1824), De Escomptobank N.V (1857) dan Nationale Handelsbak (1863) oleh Belanda. The Chartered Bank Of Hindia, Hongkong Shanghai Banking Corporation, The Yokohama Shokin Bank dan The Mitsui Bank oleh Inggris. The Overseas Chinese Banking Corporation, The Bank Of China, NV Batavia Bank dan NV Bank Vereeninging Oei Tiong Ham oleh China.

Keberadaan bank-bank swasta asing tersebut lebih bersifat menguntungkan orang-orang asing dan memajukan perekonomian rakyat Indonesia. Namun terdapat beberapa tokoh orang Indonesia yang memikirkan


(19)

nasib perekonomian rakyat. Mereka mendirikan berbagai organisasi yang kegiatannya untuk meningkatkan perekonomian orang Indonesia. Di antara sekian banyak organisasi yang muncul di Indonesia yang sangat terkenal adalah:

1. Bank Pyiyayi yang didirikan oleh Patih Wiriaatmadja di Purwokerto tahun 1896.

2. Indonesia Study Club yang dipimpin oleh Dr. Sutomo dan juga mendirikan koperasi, sekolah tenun, pusat kerajinan, dan bank. Bank yang didirikan di Surabaya diberi nama Bank Nasional Indonesia pada tahun 1925.

3. NV Bank Boemi di Jakarta yang dipelopori oleh Sumanang. 4. Bank Nasional Abuan Saudagar di Bukittinggi.

2.1.2 Masa Kemerdekaan

Setelah jepang menyerah pada Perang Dunia kedua, Belanda kembali lagi ke Indonesia dengan membonceng tentara Inggris. Wilayah Indonesia saat itu terbagi menjadi dua, yaitu Daerah Republik yang dikuasai oleh pemerintah Republik Indonesia dan Daerah Federal yang diduduki oleh Belanda. Di daerah Republik terdapat Bank Pemerintah dan Bank Swasta.

Bank pemerintah yang ada pada saat itu adalah:

1. Bank Negara Indonesia (BNI) yang didirikan pada tanggal 5 Juli 1946. 2. Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang berasal dari De Algemene

Volkscredietbank.

Adapun bank - bank swasta yang ada pada saat itu adalah: 1. Bank Surakarta Maskapai Andil Bumi Puteri Solo.


(20)

2. Bank Indonesia di Palembang.

3. Indonesia Banking Corporation di Yogyakarta, dan 4. Bank Nasional Indonesia di Surabaya.

Di daerah Federasi terdapat bank yang dimiliki oleh swasta, yakni: 1. NV Bank Soelawesi di Manado.

2. NV Bank Perniagaan Indonesia. 3. NV Bank Timoer di Semarang.

4. Bank Dagang Indonesia VV di Banjarmasin, dan 5. Kalimantan Trading Corpporation di Samarinda.

Bank Sentral di atur oleh Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Kemandirian Bank Sentral, sedangkan Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Sejumlah pasal UU tersebut mengalami perubahan melalui Undang-Undang Tahun 1998.

2.1.3 Sejarah Singkat Bank Indonesia Kantor Wilayah IX (Sumut dan Aceh)

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (semula bernama Kantor Cabang Medan, kemudian berganti menjadi Kantor Bank Indonesia Medan) mulai dibuka pada tanggal 30 Juli 1907 bersamaan dengan Kantor Cabang Tanjung Balai dan Tanjung Pura yang masing-masing dibuka pada tanggal 15 Januari 1908dan 3 Februari 1908. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX dahulu merupakan kantor cabang De Javasche Bank yang ke-11. Pembukaan kantor cabang Medan, Tanjung Balai dan Tanjung Pura sebagai kebutuhan untuk


(21)

menunjang kebijaksanaan moneter pemerintah Hindia Belanda (atas usul De Javasche Bank) yang ketika itu memberlakukan Guldenisasi bagi Keresidenan Pantai Timur Sumatera.

Dengan berkembangnya kegiatan kantor cabang Medan dan adanya pengaruh resesi dunia tahun 1930-an maka kantor cabang Tanjung Balai dan Tanjung Pura akhirnya ditutup. Pada saat berdirinya kantor cabang Medan menempati sebuah bangunan sementara. Untuk gedung kantor yang permanen atas petunjuk pemerintah disediakan sebidang tanah di dekat Esplanade (lapangan umum) yang pembangunannya diharapkan dapat dilaksanakan sebelum selesainya politik moneter “Guldenisasi” Keresidenan Pantai Timur Sumatera. Untuk persiapan pendirian kantor-kantor di Tanjung Balai dan Tanjung Pura kepada biro perancang Hulswit diminta untuk merancang pembangunan gedung kantor kedua tempat itu. Rencana pembangunan gedung kantor yang permanen bagi Kantor Cabang Medan dilakukan bersamaan dengan perluasan tahap kedua gedung Kantor Pusat (Jakarta Kota) pada 1912 yang sekaligus juga merencanakan pembangunan gedung beberapa kantor cabang lainnya. Gedung-gedung ini menunjukkan ciri arsitektur yang sama mengikuti ciri aksitektur Eropa pada zamannya.

Pemimpin cabang Medan yang pertama adalah L. Von Hemert dan pada tahun 1951 saat nasionalisasi pemimpin cabang adalah SF Van Musschenbroek dan pada saat Undang-undang Bank Indonesia 1953 diberlakukan pemimpin cabang Medan adalah M. Plantema dan putra Indonesia pertama yang mengendalikan Bank Indonesia cabang Medan adalah M. Rifai.


(22)

2.2 Visi, Misi dan Sasaran Strategis Bank Indonesia Kantor Wilayah IX (Sumut dan Aceh)

Visi, Misi dan Sasaran Strategis dari Bank Indonesia Kantor Wilayah IX yaitu:

2.2.1 Visi Bank Indonesia Medan

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

2.2.2 Misi Bank Indonesia Medan

Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.

2.2.3 Sasaran Strategis Bank Indonesia Medan

1. Informasi berkualitas dalam rangka mendukung kebijakan Kantor Pusat dan Pengembangan Ekonomi di wilayah kerja.

2. Peningkatan sistem perbankan yang sehat dalam rangka mendukung ekonomi daerah.

3. Kelancaran dan keamanan sistem pembayaran di wilayah kerja. 4. Pengelolaan keuangan satuan kerja secara efektif dan efisien. 5. Mengoptimalkan kajian dan penyediaan informasi di wilayah kerja.


(23)

2.3 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Kantor Bank Indonesia Medan 2.3.1 Struktur Organisasi Kantor Bank Indonesia Medan

Bentuk struktur organisasi Kantor Bank Indonesia Medan adalah struktur organisasi garis dan staf. Secara struktural, Kantor Bank Indonesia Medan dipimpin oleh seorang pemimpin dengan kualifikasi pegawai Golongan VIII. Dalam menjalankan tugasnya Pemimpin Bank Indonesia dibantu oleh seorang Deputi Pemimpin (Golongan VIII) yang mengkoordinir bidang-bidang yang ada pada Kantor Bank Indonesia Kelas I, sebagai mana Kantor Bank Indonesia Medan, terdiri dari 2 (dua) tim dan 2 (dua) bidang yang terdiri atas beberapa seksi/kelompok, yaitu :

a. Tim Ekonomi dan Moneter. b. Tim Pengawasan Bank. c. Bidang Sistem Pembayaran. d. Bidang Manajemen Intern.


(24)

Sumber: Management Bank Indonesia Kantor Wilayah Medan (2014).

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kantor Bank Indonesia Medan Kantor Koordinasi Bank Indonesia Wilayah Sumut dan NAD

Pimpinan Bank Indonesia Medan

Deputi Pimpinan Bank Indonesia Medan Tim Ekonomi Moneter -Kelompok Pemberdaya an Sektor Riil dan UMKM. -Kelompok Kajian Ekonomi. -Kelompok Statistik dan Survei. Bidang Sistem Pembayaran -Seksi Distribusi Uang dan Layanan. -Seksi Pengolahan Uang. -Seksi Layanan Nasabah. -Seksi Penyelenggara Kliring. Bidang Manajemen Intern -Seksi SDM. -Seksi Logistik. -Seksi Sekretariat Pengamanan dan Protokol. Tim Pengawasan Bank -Kelompok Pengawasan Bank I. -Kelompok Pengawasan Bank II.

KBI Banda Aceh KBI Lhokseumawe KBI Sibolga KBI P.Siantar


(25)

2.3.2 Uraian Tugas Kator Bank Indonesia Medan 1. Pemimpin Bank Indonesia Medan

Adapun tugas-tugas pokoknya adalah sebagai berikut :

a. Merencanakan, mengarahkan, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas-tugas pokok Kantor Bank Indonesia mencakup bidang moneter, pengawasan Bank, sistem pembayaran dan manajemen intern.

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas KKBI (Koordinator Kantor Bank Indonesia) dan Kantor Bank Indonesia yang berada dibawah koordinasinya. c. Menyediakan informasi dan masukan/sasaran untuk Pemerintah Daerah,

Perbankan dan pihak terkait dalam rangka pengembangan ekonomi daerah. d. Mengkoordinasikan dengan pihak terkait upaya pemberdayaan sektor riil &

UMKM didaerah serta mendorong pengembangan potensi ekonomi daerah. e. Memberikan masukan kepada Kantor Pusat mengenai kondisi ekonomi dan

keuangan daerah di wilayah kerjanya.

2. Deputi Pemimpin Bank Indonesia Medan

Adapun tugas-tugas pokoknya adalah sebagai berikut :

a. Merencanakan, mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan tugas di bidang sistem pembayaran dan manajemen intern di Kantor Bank Indonesia.

b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan operasional kas dan atau sistem pembayaran sesuai dengan kebutuhan ekonomi di wilayah kerjanya.

c. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di bidang sistem pembayaran dan manajemen intern di Kantor Bank Indonesia yang berada di wilayah koordinasinya.


(26)

d. Mengelola sumber daya internal untuk mendukung pelaksanaan tugas di Kantor Bank Indonesia.

e. Mendukung kelancaran bidang ekonomi dan perbankan di Kantor Bank Indonesia.

3. Pengawas Bank Utama

Adapun tugas-tugas pokoknya adalah sebagai berikut :

a. Merencanakan, mengkoordinasi dan melaksanakan tugas pokok pengawasan Bank termasuk menyelesaikan masalah perizinan terkait dengan Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang menjadi obyek pengawasan.

b. Memberikan arahan dalam kegiatan mediasi perbankan.

c. Melakukan kerjasama dengan instansi terkait dalam rangka investigasi terhadap dugaan tindak pidana bidang perbankan termasuk sebagai saksi ahli. d. Memberikan bantuan atas pembinaan dan pengawasan kantor-kantor Bank

yang mempunyai kantor pusat di luar wilayah kerja.

e. Melakukan kegiatan yang mendukung terciptanya pelaksanaan tugas pokok bidang pengawasan Bank yang efektif dan efisien.

4. Pengawas Bank Madya

Adapun tugas-tugas pokoknya adalah sebagai berikut:

a. Merencanakan, mengkoordinasi dan melaksanakan tugas pokok pengawasan Bank termasuk menyelesaikan masalah perizinan terkait dengan Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang menjadi obyek pengawasan.


(27)

c. Melakukan kerjasama dengan instansi terkait dalam rangka investigasi terhadap dugaan tindak pidana bidang perbankan termasuk sebagai saksi ahli. d. Memberikan bantuan atas pembinaan dan pengawasan kantor-kantor Bank

yang mempunyai kantor pusat di luar wilayah kerja.

e. Melakukan kegiatan yang mendukung terciptanya pelaksanaan tugas pokok bidang pengawasan Bank yang efektif dan efisien.

5. Kepala Bagian Informasi dan Administrasi Bank

Adapun tugas-tugas pokoknya adalah sebagai berikut :

a. Menyelenggarakan administrasi dalam rangka pelaksanaan pengawasan Bank. b. Membuat data yang lengkap tentang profil Bank Umum, BPR, PP (Perusahaan

Pembiayaan/dedicatedbank) baik secara individu maupun gabungan di wilayah kerja.

c. Menyampaikan laporan terkait dengan database perbankan nasional secara berkala ke Kantor Pusat.

d. Melakukan pendendaan atas kelambatan dan kesalahan laporan. e. Mengirim data informasi bank di wilayah kerja ke kantor pusat.

f. Menyelesaikan permohonan izin berkaitan dengan kelembagaan dan operasional bank.


(28)

6. Kepala Bidang Sistem Pembayaran

Adapun tugas-tugas pokoknya adalah sebagai berikut :

a. Merencanakan, mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas-tugas pokok seksi yang dibawahinya di bidang operasional kas dan sistem pembayaran.

b. Melakukan komunikasi intensif dengan pihak terkait untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

c. Meningkatkan dan memelihara komitmen serta kompetensi SDM yang dibawahi untuk dapat berkinerja tinggi.

7. Seksi Layanan Nasabah

Adapun tugas-tugas pokoknya adalah sebagai berikut :

a. Melakukan settlement transfer melalui BI-RTGS untuk kepentingan pemerintah dan rekening lainnya.

b. Mengelola rekening nasabah (termasuk pemerintah daerah dan lembaga lain terkait dengan Bank Indonesia).

c. Pengelolaan cek/bilyet giro.

d. Melakukan settlement penerimaan pajak dan penerimaan lainnya dari bank ke rekening pemerintah.

e. Melakukan Business Contuinity Planning (BCP).

f. Melakukan sosialisasi terkait dengan kebijakan di bidang SP. g. Melaksanakan survey atas layanan sistem pembayaran.


(29)

8. Seksi Penyelenggaraan Kliring

Adapun tugas-tugas pokoknya adalah sebagai berikut: a. Menyelenggarakan Kliring lokal (warkat debet) antar Bank. b. Mengelola Data Keuangan Elektronik (DKE).

c. Menatausahakan cek/bilyet giro kosong dengan penerbitan Daftar Hitam Lokal.

d. Memonitoring Penyelenggaraan Kliring lokal Non BI. e. Menyediakan layanan helpdesk SKNBI.

f. Melaksanakan Business Contuinity Planning (BCP). g. Mengelola laporan hasil kegiatan SKNBI.

h. Melakukan perhitungan dan pembebanan biaya proses warkat.

9. Seksi Distribusi Uang dan Layanan Kas

Adapun tugas-tugas pokoknya adalah sebagai berikut:

a. Melakukan perencanaan pelaksanaan dan evaluasi kebutuhan uang untuk wilayah kerjanya.

b. Melakukan pengelolaan uang khazanah.

c. Melakukan tindak lanjut temuan hasil selisih lebih/kurang atas hitung ulang dan laporan temuan uang palsu, serta laporan terkait dengan uang dan pengedaran uang.

d. Mensosialisasikan ciri-ciri keaslian uang.

e. Melakukan administrasi kegiatan dan anggaran operasional kas serta pengaturan tugas kasir.


(30)

f. Menyiapkan dan melaksanakan proses penunjukan pihak ke 3 (tiga) sebagai pelaksana jasa kas.

g. Melakukan pengawasan dan pemeliharaan peralatan/sarana kas. h. Memantau dan melaporkan pemeliharaan peralatan/sarana kerja kas. i. Memantau penggunaan dan persediaan supplies.

j. Melakukan koordinasi dalam rangka pelaksanaan distribusi uang.

k. Mempersiapkan modal kerja, melakukan transaksi dan pertanggung jawaban kegiatan layanan kas.

10. Seksi Pengolahan Uang

Adapun tugas-tugas pokoknya adalah sebagai berikut: a. Memeriksa rencana pengambilan modal kerja.

b. Menerima dan mencocokan fisik uang dari pengelola khazanah dengan formulir antar kasir.

c. Mendaftarkan petugas pengolahan uang di setiap sub kelompok dalam sistem OAP.

d. Melakukan serah terima fisik uang sesuai modal kerja.

e. Menandatangani warkat, formulir, SP/ST, BA dan laporan atas kegiatan pengolahan uang.

f. Menyerahkan uang palsu yang ditemukan dari hasil hitung ulang.

g. Melakukan pengawasan kegiatan pengolahan uang yaitu hitung ulang dan pemusnahan uang.

h. Melakukan pengawasan kegiatan atas pemeliharaan dan perbaikan peralatan kas.


(31)

11. Peneliti Ekonomi Utama

Adapun tugas-tugas pokoknya adalah sebagai berikut:

a. Merencanakan, mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas pokok unit kerja yang dibawahinya agar sejalan dengan upaya pengembangan ekonomi daerah.

b. Bertanggung jawab dalam rangka menyediakan informasi dan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah, Perbankan dan pihak terkait dalam rangka pengembangan ekonomi daerah.

c. Mengkoordinasikan upaya pemberdayaan sektor riil dan UMKM di daerah serta mendorong pengembangan potensi ekonomi daerah.

d. Mendesiminasikan hasil penelitian serta kebijakan moneter, perbankan dan sistem pembayaran.

e. Melakukan hubungan komunikasi secara intensif dengan stakeholders di daerah dalam rangka strategi pengembangan ekonomi daerah.

f. Mengkoordinasikan penyusunan riset/kajian serta Kajian Ekonomi Regional (KER) di wilayah koordinasinya.

12. Analis Madya Senior (Tim Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM)

Adapun tugas-tugas pokonya adalah sebagai berikut:

a. Mengkoordinir dan melakukan identifikasi atas hasil-hasil kajian yang potensial dalam pemberdayaan sektor riil dan UMKM.

b. Mengkoordinasikan pemberian bantuan teknis dalam bentuk pelatihan dan penyediaan info serta memfasilitasi proses intermediasi perbankan dalam rangka pemberdayaan sektor riil dan UMKM.


(32)

c. Melaksanakan komunikasi hasil penelitian dalam rangka mendorong perbankan untuk melakukan pembiayaan pada sektor riil dan UMKM.

d. Mengkoordinasikan penyediaan data profil UMKM yang potensial dibiayai oleh lembaga keuangan.

e. Mengkoordinasikan pelaksanaan pembebanan rekening khusus dalam rangka bantuan luar negeri.

f. Mengkoordinasikan penatausahaan KLBI termasuk perhitungan bunga dan laporan-laporan lainnya.

g. Mengkoordinasikan pelaksanaan pengawasan dan pembinaan serta pengelolaan informasi PVA di daerah.

13. Kepala Bidang Manajemen Intern

Adapun tugas-tugas pokoknya adalah sebagai berikut :

a. Merencanakan, mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan produk pokok pada seksi yang dibawahnya.

b. Melakukan komunikasi intensif dan professional dengan bidang lain untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Kantor Bank Indonesia.

c. Meningkatkan dan memelihara komitmen serta kompetensi SDM di Kantor Bank Indonesia untuk dapat berkinerja tinggi.

d. Mendukung pelaksanaan fungsi koordinator Kantor Bank Indonesia dengan bidang tugasnya.

14. Kepala Bidang SDM


(33)

a. Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan proses penerimaan, penempatan, pembinaan dan PHK sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh satuan kerja kantor pusat.

b. Menatausahakan data kepegawaian.

c. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan pegawai.

d. Melakukan penyelesaian pembayaran yang berkaitan dengan gaji, insentif, manfaat dan fasilitas lainnya.

e. Membuat laporan berkala yang berkaitan dengan kepegawaian kepada satuan kerja terkait di kantor pusat.

15. Kepala Seksi Logistik

Adapun tugas-tugas pokoknya adalah sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan penyusunan dan evaluasi realisasi program kerja Kantor Bank Indonesia.

b. Melaksanakan dan menatausahakan pengadaan barang dan jasa. c. Melaksanakan penghapusan barang-barang inventaris dan kendaraan.

d. Melaksanakan pemeliharaan gedung, inventaris kantor, rumah dinas, rumah istirahat dan perabotannya serta sarana lainnya.

e. Menyelesaikan tagihan listrik, air, telepon dan gas serta jasa pihak ketiga lainnya.

f. Membuat laporan berkala yang berkaitan dengan logistik.

16. Kepala Seksi Sekretariat

Adapun tugas-tugas pokoknya adalah sebagai berikut:


(34)

b. Mengelola surat masuk, warkat masuk keluar serta sentral khasanah arsip. c. Mengelola kegiatan protokoler.

d. Mengawasi pengoperasian alat komunikasi masuk keluar (telepon, fax, telex) serta pemberian dan pencocokan kode rahasia telex.

e. Mengelola pengamanan gedung kantor, tata tertib kantor dan penjemputan uang, kas keliling, rumah dinas dan rumah peristirahatan lainnya.

f. Merencanakan dan melaksanakan pelatihan yang berkaitan dengan tugas pengamanan.

g. Membuat laporan berkala mengenai kesekretariatan, pengamanan dan protokol.

17. Kepala Seksi Sumber Daya

Adapun tugas-tugas pokoknya adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan proses penerimaan, penempatan, pengembangan, pembinaan dan PHK pegawai termasuk THOS (Tenaga Honorer Out Sourcing).

b. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan pegawai.

c. Melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penyelesaian gaji, insentif, manfaat dan fasilitas lainnya.

d. Membuat laporan pegawai yang berkaitan dengan kepegawaian dan logistik. e. Melakukan penyusunan dan evaluasi realisasi program kerja dan anggaran

Kantor Bank Indonesia.


(35)

g. Melaksanakan pemeliharaan gedung, inventaris kantor, rumah dinas dan rumah istirahat dan perabotannya serta sarana lainnya.

h. Menyelesaikan tagihan listrik, air, telepon, gas serta jasa pihak ketiga lainnya.

2.4 Kinerja Kegiatan Terkini

Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan, mengedarkan, mencabut, menarik, dan memusnahkan uang dari peredaran. Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan merupakan misi dan merupakan tanggung jawab besar yang harus diemban oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia juga menentukan standar alat-alat pembayaran tadi serta pihak-pihak yang dapat menerbitkan dan/atau memproses alat-alat pembayaran tersebut. Bank Indonesia juga berhak menetapkan lembaga-lembaga yang dapat menyelenggarakan sistem pembayaran.

Selain itu, tugas pokok atau kinerja yang wajib dilaksanakan oleh Bank Indonesia Kantor Wilayah IX antara lain:

a. Memberikan masukan kepada Kantor Pusat tentang kondisi ekonomi dan keuangan daerah di wilayah kerjanya.

b. Melaksanakan kegiatan operasional sistem pembayaran tunai atau non tunai sesuai dengan kebutuhan ekonomi daerah diwilayah kerjanya.


(36)

d. Memberikan saran kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah, yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian yang akurat.

e. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung terlaksananya fungsi-fungsi utama.

2.5 Rencana Kegiatan

Kantor Bank Indonesia Medan merupakan salah satu kantor cabang dari Kantor Pusat Bank Indonesia. Oleh karenanya, Kantor Bank Indonesia Medan tidak mempunyai rencana kegiatan ke depan. Setiap rencana kegiatan wilayah kerja dibuat dan direncanakan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia yang ada di Jakarta dan Kantor Bank Indonesia Medan hanya menjalankan rencana kegiatan yang telah dibuat oleh Kantor Pusat.


(37)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian dan Peranan Disiplin Kerja

Dalam organisasi modern kita berusaha untuk mendorong sikap disiplin untuk memastikan agar para karyawan untuk mengarahkan diri sendiri dan mengikuti aturan sistem dan budaya organisasi untuk mencapai tujuannya dengan pengawasan langsung minimal. Disiplin karyawan sangat penting dalam mencapai keberhasilan organisasi umum pendekatan untuk disiplin tempat kerja yang positif dan konstruktif termasuk komunikasi, desain, sistem manajemen mutu, pelatihan, motivasi dan penghargaan. Pentingnya peranan disiplin juga dikemukakan oleh Musanef bahwa: ”Disiplin juga tidak kalah pentingnya dengan prinsip-prinsip lainnya artinya disiplin setiap pegawai selalu mempengaruhi hasil prestasi kerja. Oleh sebab itu dalam setiap organisasi perlu ditegaskan disiplin pegawai-pegawainya. Melalui disiplin yang tinggi produktivitas kerja pegawai pada pokoknya dapat ditingkatkan. Oleh sebab itu perlu ditanamkan kepada setiap pegawai disiplin yang sebaik-baiknya.”

Secara umum disiplin kerja adalah taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku. Disiplin juga berkaitan erat dengan sanksi yang perlu dijatuhkan kepada pihak yang melanggar. Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut (Siagian, 2008 : 305). Dalam hal seorang karyawan melanggar peraturan yang berlaku dalam organisasi, maka karyawan bersangkutan harus sanggup


(38)

menerima hukuman yang telah disepakati. Masalah disiplin para peserta organisasi baik atasan maupun bawahan akan memberikan corak terhadap budaya organisasi. Dalam pandangan paling modern mengenai kerja, dikatakan bahwa bekerja merupakan bagian yang paling mendasar atau esensial dari manusia. Sebagai bagian yang paling dasar, hal tersebut memberikan status dari masyarakat yang ada dilingkungan juga bisa mengikat individu lain baik yang bekerja atau tidak.

Disiplin adalah bentuk pelatihan yang menjalankan peraturan organisasional (L. Mathis, 2006 : 511). Ada dua pendekatan pada disiplin, yaitu:

a. Pendekatan Disiplin yang Positif (L. Mathis, 2006 : 511)

Pendekatan disiplin yang positif bergantung pada filosofi bahwa pelanggaran adalah tindakan yang biasanya dapat dikoreksi secara konstruktif tanpa hukuman. Dalam pendekatan ini, para manajer berfokus pada pencarian fakta dan bimbingan untuk mendorong perilaku yang diinginkan, daripada menggunakan hukuman untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan. Berikut adalah empat langkah menuju disiplin yang positif:

1. Konseling

Tujuan dari tahap ini adalah meningkatkan kesadaran pegawai akan kebijakan dan peraturan organisasional. Sering kali, orang-orang hanya perlu dibuat sadar akan peraturan dan pengetahuan akan tindakan-tindakan disiplin dapat mencegah pelanggaran. Konseling dari seorang supervisor dalam unit kerja juga dapat memiliki pengaruh yang positif.


(39)

2. Dokumentasi Tertulis

Apabila pegawai gagal mengoreksi perilakunya konferensi kedua menjadi perlu. Jika tingkat pertama mengambil bentuk sebagai sebuah percakapan antara supervisor dan pegawai, tingkat ini di dokumentasikan dalam bentuk tertulis. Sebagai bagian dari tahap ini, pegawai dan supervisor mengembangkan solusi-solusi tertulis untuk mencegah timbulnya masalah-masalah yang lebih lanjut.

3. Peringatan Terakhir

Ketika pegawai tidak mengikuti solusi-solusi tertulis yang dikemukakan dalam langkah kedua, diadakan konferensi peringatan terakhir. Dalam konferensi tersebut, supervisor menekankan pentingnya pengoreksian tindakan yang tidak pantas kepada pegawai. Beberapa perusahaan memberikan hari libur untuk membuat keputusan, dimana pegawai diberi satu hari libur yang dibayar untuk mengembangkan rencana tindakan yang tegas dan tertulis guna memperbaiki perilaku-perilaku yang menyusahkan. Hari libur untuk membuat keputusan ini digunakan untuk menekankan keseriusan masalah dan ketetapan hati manajer untuk melihat diubahnya perilaku tersebut.

4. Pemberhentian

Apabila pegawai tersebut gagal untuk mengikuti rencana tindakan yang dikembangkan dan tetap ada masalah yang lebih lanjut, supervisor memberhentikan pegawai tersebut.


(40)

b. Pendekatan Disiplin Progresif

Disiplin progresif menggabungkan serangkaian langkah, di mana setiap langkah menjadi lebih keras secara progresif dan dirancang untuk mengubah perilaku karyawan yang tidak pantas. Suatu sistem disiplin progresif yang umum, dan sebagian besar prosedur disiplin progresif menggunakan teguran-teguran verbal dan tertulis serta penskorsan sebelum pemecatan.

Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut (Siagian, 2008 : 305).

Sasaran tindakan pendisiplinan hendaknya positif, bersifat mendidik dan mengoreksi, bukan tindakan negatif yang menjatuhkan pegawai yang berbuat salah. Untuk mendukung pelaksanaan tindakan pendisiplinan, perusahaan dapat menerapkan suatu kebijaksanaan disiplin progresif, yang berarti memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengambil tindakan korektif sebelum hukuman-hukuman yang lebih serius dilaksanakan. Disiplin progresif juga memungkinkan manajemen untuk membantu pegawai memperbaiki kesalahan.

Disiplin kerja adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Dengan disiplin kerja yang baik pada diri karyawan, maka akan semakin


(41)

tinggi prestasi kerja yang akan dicapainya. Terdapat beberapa tipe kegiatan pendisiplinan menurut Handoko (2008 : 208), antara lain :

1. Disiplin Preventif.

Disiplin preventif adalah kegiatan yang yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah.

2. Disiplin Korektif.

Disiplin Korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut.

3. Disiplin Progresif.

Disiplin Progresif adalah memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang.

Sasaran pokok dari disiplin preventif adalah untuk mendorong disiplin diri di antara para karyawan. Dengan cara ini para karyawan dapat menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata karena dipaksa manajemen. Manajemen harus mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan suatu iklim disiplin preventif di mana berbagai standar diketahui dan dipahami. Bila para karyawan tidak mengetahui standar-standar apa yang harus dicapai maka mereka cenderung menjadi salah arah. Di samping itu, manajemen hendaknya menetapkan standar-standar secara positif dan bukan secara negatif. Para karyawan biasanya perlu mengetahui alasan-alasan yang melatar belakangi suatu standar agar mereka dapat memahami


(42)

dan menjalankannya. Sedangkan pada disiplin korektif kegiatannya biasanya dapat diaplikasikan dalam suatu bentuk hukuman atau disebut juga sebagai tindakan pendisiplinan (disciplinary action). Tindakan pendisiplinan ini dapat berupa peringatan maupun skorsing.

Dari uraian definisi yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja merupakan kegiatan dari manajemen perusahaan yang berfungsi sebagai bentuk pengendalian karyawan dalam menjalankan standar organisasional perusahaan yang teratur demi tercapainya sasaran tujuan perusahaan.

Adapun pengertian kedisiplinan menurut para ahli :

1. Kedisiplinan karyawan adalah sifat seorang yang secara karyawan yang secara sadar mematuhi aturan dan peraturan organisasi tertentu. Kedisiplinan sangat memengaruhi kinerja karyawan dan perusahaan. Kedisiplinan seharusnya dipandang sebagai bentuk-bentuk latihan bagi karyawan dalam melaksanakan aturan-aturan perusahaan. Semakin disiplin semakin tinggi produktivitas kerja karyawan dan kinerja perusahaan (Mangkuprawira, 2007 : 122).

2. Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku (Hasibuan, 2009 : 193).


(43)

3. Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan sadar akan tugas dan tanggungjawabnya (Fathoni, 2006 : 126).

Kedisiplinan dapat diartikan bilamana karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaan dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

3.2 Macam-Macam Disiplin Kerja

Ada dua macam disiplin kerja yaitu disiplin diri dan disiplin kelompok: 1. Disiplin Diri

Disiplin Diri merupakan hasil proses belajar (sosialisasi) dari keluarga dan masyarakat. Penanaman nilai-nilai yang menjunjung disiplin, baik ditanamkan oleh orang tua, guru maupun masyarakat atau orang disekitar merupakan bekal positif bagi tumbuh dan berkembangnya disiplin diri. Disiplin diri sangat besar perannya dalam mencapai tujuan organisasi. Melalui disiplin diri seorang karyawan selain menghargai dirinya sendiri juga menghargai orang lain. Disisi lain, dengan diterapkan disiplin diri akan memperlancar kegiatan yang bersifat kelompok. Apalagi jika tugas kelompok tersebut terkait dengan dimensi waktu.

2. Disiplin Kelompok

Disiplin Kelompok akan tercapai jika disiplin diri telah tumbuh dalam diri karyawan. Artinya, kelompok akan menghasilkan pekerjaan yang optimal jika masing-masing anggota kelompok dapat memberikan andil bagi


(44)

pengembangan disiplin diri. Misalnya, jika hasil kerja kelompok tercapai target yang diinginkan dan karyawan mendapatkan penghargaan maka disiplin kelompok yang selama ini diterapkan dapat memberikan wawasan. Karyawan akan menjadi sadar arti pentingnya disiplin. Sedikit demi sedikit, nilai-nilai disiplin kelompok akan diinternalisasikan (diterapkan).

3.3 Faktor-Faktor Disiplin Kerja

Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu perusahaan. Tanpa dukungan disiplin kerja karyawan dengan baik, sulit bagi perusahaan untuk mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan merupakan suatu kunci keberhasilan suatu

perusahaan dalam mencapai tujuannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan dalam suatu perusahaan menurut Hasibuan (2009 : 194), diantaranya:

1. Tujuan dan kemampuan

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal. Pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar karyawan bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya. Akan tetapi, jika pekerjaan itu di luar kemampuannya atau jauh di bawah kemampuannya maka kesungguhan dan kedisiplinan karyawan rendah.

2. Teladan Pimpinan

Teladan Pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para


(45)

bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dan perbuatan. Dengan pimpinan yang tidak memberikan contoh berdisiplin yang baik, para bawahan dianggap akan mengikutinya sehingga akan menjadi budaya organisasi. Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan diteladani oleh para bawahannya.

3. Balas Jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan sebaik pula. Jadi, balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan.

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas dan jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. 5. Waskat

Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat pemimpin harus aktif langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah


(46)

kerja, dan prestasi kerja para karyawannya. Hal ini menegaskan bahwa pemimpin harus selalu ada atau hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk apabila para karyawan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Waskat bukan hanya mengawasi moral kerja dan kedisiplinan karyawan saja, tetapi juga harus berusaha mencari sistem kerja yang lebih efektif untuk mewujudkan tujuan organisasi, karyawan dan masyarakat. Jadi waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan dengan bawahan dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan kebersamaan aktif antara atasan dengan bawahan, terwujudlah kerja sama yang baik dan harmonis dalam perusahaan yang mendukung terbinanya kedisiplinan karyawan yang baik.

6. Sanksi Hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang. Berat ringannya sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik/buruknya kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus diterapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal dan diinformasikan secara jelas kepada semua karyawan. Sanksi hukuman seharusnya tidak terlalu ringan atau terlalu berat supaya hukuman itu tetap mendidik karyawan untuk mengubah perilakunya. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk


(47)

setiap tingkatan indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi untuk memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.

7. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang melakukan tindakan indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas dalam menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner dapat memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan. Sebaliknya apabila seorang pimpinan kurang tegas atau tidak menghukum karyawan yang indisipliner, sulit baginya untuk memelihara kedisiplinan bawahannya, bahkan sikap indisipliner karyawan dapat semakin meningkat karena mereka beranggapan bahwa tiada peraturan dan sanksi yang melekat.

8. Hubungan Kemanusiaan

Hubungan Kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Manajer perusahaan berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun horizontal di antara semua karyawannya. Terciptanya human relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan


(48)

karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.

3.4 Pengertian Kinerja Karyawan

Dalam mass-media penggunaan istilah kinerja telah populer digunakan namun masih banyak masyarakat belum memahaminya, berkaitan dengan ini Kamus Besar Bahasa Indonesia telah memberikan pengertian sebagai suatu yang dapat dicapai. Kinerja berasal kata job performance atau actual performance, yaitu prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Kinerja atau prestasi kerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan.

Adapun pengertian kinerja menurut para ahli :

1. Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu. Secara lebih tegas Amstrong dan baron mengatakan kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi (Fahmi, 2010 : 20).

2. Kinerja adalah gambaranmengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program atau pelaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strate (Amstrong dan Baron, 1998 : 15).


(49)

3. Kinerja adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesanggupan serta waktu (Supriyono, 2010 : 281).

4. Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2005 : 9).

Kinerja karyawan sendiri mempunyai arti faktor yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi. Berkaitan dengan hal tersebut maka penilaian kinerja sangat diperlukan dalam sebuah perusahaan, hal ini dilakukan dalam rangka memperbaiki sumber daya manusia yang dimiliki. Penilaian kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan manajemen untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja atas kinerja dengan uraian pekerjaan dalam suatu periode tertentu. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengukur masing-masing karyawan dalam mengembangkan kualitas kerja, pembinaan selanjutnya, tindakan perbaikan atas pekerjaan yang kurang sesuai dengan uraian pekerjaan, serta keperluan yang berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan lainnya.


(50)

3.5 Faktor-Faktor Kinerja Karyawan

Faktor-faktor penentu pencapaian prestasi kerja atau kinerja individu dalam organisasi (A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2005 : 16-17) adalah sebagai berikut:

1. Faktor Individu

Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisik (jasmani). Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.

2. Faktor Lingkungan Organisasi

Faktor Lingkungan Organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menanantang, pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relative memadai.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja suatu karyawan tersebut, diantaranya adalah:


(51)

a. Faktor Kemampuan

Faktor ini menjelaskan secara psikologis kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

b. Faktor Motivasi

Faktor ini menjelaskan bahwa motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan terarah untuk mencapai tujuan kerja.

c. Lingkungan Kerja

Faktor ini menjelaskan bahwa lingkungan kerja menunjukkan pada hal yang berada di sekeliling dan mencakup karyawan di kantor. Kondisi lingkungan kerja lebih banyak tergantung dan diciptakan oleh pimpinan perusahaan atau organisasi tersebut, sehingga suasana kerja yang tercipta tergantung pada pola yang diciptakan pimpinan. Disamping dari beberapa faktor diatas, suatu perusahaan juga perlu melakukan peningkatan kinerja karyawan dengan cara melakukan pemekaran pekerjaan dan pemerkayaan pekerjaan. Pemekaran pekerjaan merupakan pemberian tugas kepada pegawai dengan tingkat kesulitan dan resiko yang tinggi dan biasanya tidak begitu banyak tugas yang dibebankan kepada karyawan tersebut. Semua itu disesuaikan dengan tingkat kemampuan karyawan.


(52)

Salah satu cara untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja pegawai adalah dengan cara restrukturisasi. Restrukturisasi melibatkan pengurangan perusahaan di bidang tenaga kerja atau unit satuan kerja. Pada setiap perusahaan yang melakukan perbaikan, dalam skala kecil maupun skala besar, tujuannya untuk memperbaiki kinerja perusahaan tersebut.

Adapun indikator kinerja karyawan menurut Guritno dan Waridin (2005) adalah sebagai berikut :

1. Mampu meningkatkan target pekerjaan. 2. Mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

3. Mampu menciptakan inovasi dalam menyelesaikan pekerjaan. 4. Mampu menciptakan kreativitas dalam menyelesaikan pekerjaan. 5. Mampu meminimalkan kesalahan pekerjaan.

Berdasarkan keseluruhan definisi diatas dapat dilihat bahwa kinerja karyawan merupakan output dari penggabungan faktor-faktor yang penting yakni kemampuan dan minat, penerimaan seorang pekerja atas penjelasan delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi faktor-faktor diatas, maka semakin besarlah kinerja karyawan yang bersangkutan.

3.6 Tinjauan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Kinerja yang baik dari usaha kerja sama (antar individu) berhubungan dengan pelaksanaan yang dapat mencapai suatu tujuan dalam suatu sistem, dan hal itu ditentukan dengan suatu pandangan dapat memenuhi kebutuhan


(53)

sistem-sistem itu sendiri. Menurut Suyadi Prawirosentono (27-32) kinerja mempunyai beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu:

a. Efektivitas dan Efisiensi

Efektivitas dari kelompok (organisasi) adalah bila tujuan kelompok tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Sedangkan efisiensi berkaitan dengan jumlah pengobanan yang dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan. Bila tujuannya dianggap terlalu besar, maka dapat dikatakan tidak efisien.

b. Otoritas dan Tanggung Jawab

Secara umum dapat dikatakan disini bahwa organisasi adalah wadah kegiatan untuk mencapai tujuan. Untuk mengukur apakah tujuan organisasi tercapai atau tidak digunakan kriteria suatu organisasi, maka ukuran baik buruknya kinerja diukur oleh efektivitas dan efisiensi.

c. Disiplin

Disiplin meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang dibuat antara organisasi dan karyawan. Disiplin juga berkaitan erat dengan sanksi yang perlu dijatuhkan kepada pihak melanggar. Dalam hal seorang karyawan melanggar peraturan yang berlaku dalam organisasi, maka karyawan bersangkutan harus sanggup menerima hukuman yang telah disepakati. Masalah disiplin para peserta organisasi baik atasan maupun bawahan akan memberikan corak terhadap kinerja organisasi.


(54)

d. Inisiatif

Disiplin adalah sikap dan kemauan mentaati berbagai peraturan pemerintah maupun organisasi. Namun, disiplin saja tanpa disertai sikapm inisiatif para peserta organisasi ini akan menyebabkan organisasi akan kekurangan energi dalam mencapai tujuan. Artinya, inisiatif atasan maupun bawahan berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam membentuk ide untuk merencanakan suatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.

3.7 Hasil Penelitian Tentang Peranan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Divisi Moneter Bank Indonesia

Gambaran mengenai pelaksanaan disiplin kerja penulis dapatkan dari hasil penelitian di Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia Medan. Untuk mengetahui gambaran mengenai pelaksanaan disiplin kerja karyawan tersebut, maka penulis akan jelaskan berdasarkan hasil penelitian di Kantor Bank Indonesia Medan sebagai berikut: Berdasarkan pengamatan langsung dari lokasi penelitian, pelaksanaan disiplin dalam bekerja sudah dapat berjalan dengan baik. Hal itu terwujud dalam kegiatan sehari-hari karyawan dalam pelaksanaan jam kerja atau jam kantor.


(55)

Tabel 3.1

Pelaksanaan Jam Kerja Kantor Bank Indonesia Medan

No Hari Jam Kerja Jam Pulang

1 Senin 07.30 WIB 17.00 WIB

2 Selasa 07.30 WIB 17.00 WIB

3 Rabu 07.30 WIB 17.00 WIB

4 Kamis 07.30 WIB 17.00 WIB

5 Jum’at 07.30 WIB 17.00 WIB

Sumber: Management Bank Indonesia Kantor Wilayah Medan (2014).

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa waktu kerja yang berlaku adalah 5 hari kerja, yaitu hari Senin sampai dengan hari Jum’at kecuali tanggal merah (hari libur). Karena instansi pemerintah maka sistem kerjanya hanya lima hari. Dan berlaku juga waktu lembur dimana para pegawai menyelesaikan pekerjaannya diluar jam kerja yang mana waktu pelaksanaannya tidak tentu, sesuai dengan pekerjaan masing-masing.

Untuk mengetahui gambaran mengenai pelaksanaan disiplin kerja karyawan Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia Medan apakah sudah sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku maka penulis menanyakan tentang “Bagaimana Peranan Disiplin Kerja dan Pelaksanaan Disiplin Kerja di Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia Medan?”

Menurut Kepala Tim Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia Medan semua karyawan sudah mematuhi peraturan dan disiplin kerja yang baik, dan menurutnya disiplin kerja sangat berperankarena dengan adanya peraturan yang diterapkan maka itu menjadi sebuah tuntutan untuk para karyawan lebih disiplin dan telaten dalam menyelesaikan tugas-tugas di kantor dan lebih memacu atau memotivasi kita supaya menjadi karyawan yang professional contoh kecilnya saja


(56)

jam 17.00 WIB dengan melakukan absen terlebih dahulu. Apabila ada karyawan yang datang terlambat itu karena tugas keluar lapangan, atau apabila ada karyawan yang keluar kantor pada saat jam kerja sebelumnya akan izin terlebih dahulu.

Apa yang disampaikan oleh Kepala Tim Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia Medan diatas sama halnya juga disampaikan oleh Asisten Manajer yang ada di Divisi Moneter. Menurut Asisten Manajer di Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia seluruh karyawan harus mentaati seluruh peraturan di Kantor Bank Indonesia Medan ini salah satunya adalah disini sudah melaksanakan jam kerja dengan baik, datangsebelum jam 07.30 WIB karena kita masuk kerja jam 07.30 WIB selain itu juga diterapkan dalam berpakaian harus rapi, dan biasanya setiap hari Jum’at seluruh karyawan menggunakan baju batik itu juga salah satu dari disiplin yang diterapkan agar menciptakan suasana kerja yang baik dan nyaman sehingga seluruh karyawan fokus dengan kerjaannya masing-masing. Di Kantor Bank Indonesia Medan sudah ada pembagian tugas masing-masing sesuai dengan jabatannya. Pekerjaan antara karyawan yang satu dengan lainnya berbeda sehingga pekerjaan itu tidak dapat dilakukan oleh pegawai lain. Berbeda untuk pekerjaan yang sifatnya team biasanya tugas ini diselesaikan secara bersama-sama.

Seperti yang dikatakan oleh salah satu karyawan Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia Medan bahwa peranan disiplin sangat dibutuhkan terhadap kinerja karyawan. Contohnya dengan para karyawan datang tepat waktu di kantor maka para karyawan bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan sebaliknya apabila


(57)

para karyawan selalu datang telat dan tidak disiplin akan waktu pekerjaannya juga akan terbengkalai dan semakin lama siapnya dan disiplin kerja disini menurutnya sudah sangat baik, karena di jam kerja seluruh karyawan fokus dengan pekerjaannya masing-masing dan apabila pekerjaan tidak terselesaikan dalam waktu sehari tugas tersebut tidak boleh dibawa pulang tetapi dilanjutkan di hari berikutnya. Pernyataan diatas juga dikuatkan oleh karyawan dibagian yang sama bahwa peraturan di Kantor Bank Indonesia Medan tidak memberatkan, justru dengan adanya peraturan ini malah lebih meningkatkan kedisiplinan karyawan dan membuat karyawan lebih maju dan lebih professional lagi dan karyawan di Kantor Bank Indonesia Medan juga sudah tepat waktu dan melaksanakan tugasnya sesuai tugas masing-masing.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasilbahwa sebagian besar karyawan bagian Divisi Moneter sudah melaksanakan disiplin kerja karena peranan disiplin kerja di dalam kinerja karyawan membantu para karyawan untuk melatih diri mereka agar lebih professional dalam menyelesaikan pekerjaan. Disiplin kerja pegawai dapat terlaksana dengan baik atas kesadaran dari dalam diri pegawai akan pentingnya kedisiplinan kerjadan adanya peraturan-peraturan yang jelas dan tegas dalam pelaksanaannya. Yang mana para pegawai berpedoman pada tata tertib yang berlaku di Kantor Bank Indonesia Medan.

Dalam peraturan tersebut, para pegawai tidak merasa bahwa peraturan yang berlaku tidak memberatkan. Maka, disiplin kerja terhadap kinerja karyawan di Divisi Moneter di Kantor Bank Indonesia Medan itu sangat berperan di dalam kinerja karyawan. Karena, dengan adanya disiplin kerja yang diterapkan di dalam


(58)

diri maupun di dalam organisasi maka kinerja karyawan semakin meningkat sehingga para karyawan semakin termotivasi dan akan mengerahkan segala kemampuannya untuk meningkatkan kinerja dan dengan demikian dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta menyelesaikan tugas-tugas dengan baik dan suasana kerja juga semakin nyaman. Apabila tidak adanya disiplin kerja di tanamkan di dalam diri karyawan maupun di dalam sebuah perusahaan maka pekerjaan para karyawan di perusahaan itu terbengkalai dan karyawan tersebut akan merasa tidak ada tanggung jawab yang besar dengan akibat yang akan ditimbulkan, sehingga kinerja karyawan akan menjadi rendah.


(59)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah menganalisa dan mengevaluasi uraian–uraian pada bab terdahulu, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Disiplin kerja sangat berperan terhadap kinerja karyawan, terutama di Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia. Dengan adanya disiplin kerja di dalam sebuah perusahaan maka kinerja karyawan semakin meningkat dan pekerjaan-pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik.

2. Faktor-faktor disiplin kerja pada Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia Medan yaitu tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat (pengawasan melekat), sanksi hukuman, ketegasan dan hubungan kemanusiaan.

3. Faktor-faktor kinerja karyawan pada Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia adalah faktor kemampuan, faktor motivasi, dan faktor lingkungan kerja yang menjadi tolak ukur efektifitas organisasi Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia Medan.


(60)

4.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan kesimpulan tersebut yaitu:

1. Diharapkan kepada karyawan di Kantor Bank Indonesia Medan, khususnya di Divisi Moneter agar dapat memegang teguh disiplin kerja sehingga kinerja dapat lebih ditingkatkan guna pencapaian tujuan dari Bank Indonesia dapat terealisasi secara efektif dan efisien.

2. Faktor-faktor disiplin kerja seperti tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat (pengawasan melekat), sanksi hukuman, ketegasan dan hubungan kemanusiaan agar dapat disosialisasikan, dicontohkan, ditepati dan ditingkatkan agar dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan.

3. Faktor-faktor kinerja karyawan seperti faktor kemampuan, faktor motivasi dan faktor lingkungan kerja untuk dapat diberikan pelatihan yang berkelanjutan agar dapat menambah Human Capital bagi Divisi Moneter, serta peningkatan kualitas team work melalui kegiatan-kegiatan di dalam maupun di luar perusahaan.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

A. A. Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Refika Aditama, Bandung.

Fathoni, Abdurrachmat. 2006. Organisasidan Manajemen Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta, Jakarta.

Handoko, T. Hani. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Cetakan Kedua. BPFE, Yogyakarta.

Hasibuan, Malayu. S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Bumi Aksara, Jakarta.

Hasibuan, Malayu. S.P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Ketujuh. Bumi Aksara, Jakarta.

Mangkuprawira, Sjafitri. 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia, Bogor.

Mathis dan Jackson. 2006. Human Recource Manajemen Sumber Daya Manusia. Terjemahan Diana Angelia. Salemba Empat, Jakarta.

Sondang, P. Siagian. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta.

LAINNYA


(1)

46

jam 17.00 WIB dengan melakukan absen terlebih dahulu. Apabila ada karyawan yang datang terlambat itu karena tugas keluar lapangan, atau apabila ada karyawan yang keluar kantor pada saat jam kerja sebelumnya akan izin terlebih dahulu.

Apa yang disampaikan oleh Kepala Tim Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia Medan diatas sama halnya juga disampaikan oleh Asisten Manajer yang ada di Divisi Moneter. Menurut Asisten Manajer di Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia seluruh karyawan harus mentaati seluruh peraturan di Kantor Bank Indonesia Medan ini salah satunya adalah disini sudah melaksanakan jam kerja dengan baik, datangsebelum jam 07.30 WIB karena kita masuk kerja jam 07.30 WIB selain itu juga diterapkan dalam berpakaian harus rapi, dan biasanya setiap hari Jum’at seluruh karyawan menggunakan baju batik itu juga salah satu dari disiplin yang diterapkan agar menciptakan suasana kerja yang baik dan nyaman sehingga seluruh karyawan fokus dengan kerjaannya masing-masing. Di Kantor Bank Indonesia Medan sudah ada pembagian tugas masing-masing sesuai dengan jabatannya. Pekerjaan antara karyawan yang satu dengan lainnya berbeda sehingga pekerjaan itu tidak dapat dilakukan oleh pegawai lain. Berbeda untuk pekerjaan yang sifatnya team biasanya tugas ini diselesaikan secara bersama-sama.

Seperti yang dikatakan oleh salah satu karyawan Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia Medan bahwa peranan disiplin sangat dibutuhkan terhadap kinerja karyawan. Contohnya dengan para karyawan datang tepat waktu di kantor maka para karyawan bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan sebaliknya apabila


(2)

para karyawan selalu datang telat dan tidak disiplin akan waktu pekerjaannya juga akan terbengkalai dan semakin lama siapnya dan disiplin kerja disini menurutnya sudah sangat baik, karena di jam kerja seluruh karyawan fokus dengan pekerjaannya masing-masing dan apabila pekerjaan tidak terselesaikan dalam waktu sehari tugas tersebut tidak boleh dibawa pulang tetapi dilanjutkan di hari berikutnya. Pernyataan diatas juga dikuatkan oleh karyawan dibagian yang sama bahwa peraturan di Kantor Bank Indonesia Medan tidak memberatkan, justru dengan adanya peraturan ini malah lebih meningkatkan kedisiplinan karyawan dan membuat karyawan lebih maju dan lebih professional lagi dan karyawan di Kantor Bank Indonesia Medan juga sudah tepat waktu dan melaksanakan tugasnya sesuai tugas masing-masing.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasilbahwa sebagian besar karyawan bagian Divisi Moneter sudah melaksanakan disiplin kerja karena peranan disiplin kerja di dalam kinerja karyawan membantu para karyawan untuk melatih diri mereka agar lebih professional dalam menyelesaikan pekerjaan. Disiplin kerja pegawai dapat terlaksana dengan baik atas kesadaran dari dalam diri pegawai akan pentingnya kedisiplinan kerjadan adanya peraturan-peraturan yang jelas dan tegas dalam pelaksanaannya. Yang mana para pegawai berpedoman pada tata tertib yang berlaku di Kantor Bank Indonesia Medan.

Dalam peraturan tersebut, para pegawai tidak merasa bahwa peraturan yang berlaku tidak memberatkan. Maka, disiplin kerja terhadap kinerja karyawan di Divisi Moneter di Kantor Bank Indonesia Medan itu sangat berperan di dalam kinerja karyawan. Karena, dengan adanya disiplin kerja yang diterapkan di dalam


(3)

48

diri maupun di dalam organisasi maka kinerja karyawan semakin meningkat sehingga para karyawan semakin termotivasi dan akan mengerahkan segala kemampuannya untuk meningkatkan kinerja dan dengan demikian dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta menyelesaikan tugas-tugas dengan baik dan suasana kerja juga semakin nyaman. Apabila tidak adanya disiplin kerja di tanamkan di dalam diri karyawan maupun di dalam sebuah perusahaan maka pekerjaan para karyawan di perusahaan itu terbengkalai dan karyawan tersebut akan merasa tidak ada tanggung jawab yang besar dengan akibat yang akan ditimbulkan, sehingga kinerja karyawan akan menjadi rendah.


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah menganalisa dan mengevaluasi uraian–uraian pada bab terdahulu, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Disiplin kerja sangat berperan terhadap kinerja karyawan, terutama di Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia. Dengan adanya disiplin kerja di dalam sebuah perusahaan maka kinerja karyawan semakin meningkat dan pekerjaan-pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik.

2. Faktor-faktor disiplin kerja pada Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia Medan yaitu tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat (pengawasan melekat), sanksi hukuman, ketegasan dan hubungan kemanusiaan.

3. Faktor-faktor kinerja karyawan pada Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia adalah faktor kemampuan, faktor motivasi, dan faktor lingkungan kerja yang menjadi tolak ukur efektifitas organisasi Divisi Moneter Kantor Bank Indonesia Medan.

49


(5)

50

4.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan kesimpulan tersebut yaitu:

1. Diharapkan kepada karyawan di Kantor Bank Indonesia Medan, khususnya di Divisi Moneter agar dapat memegang teguh disiplin kerja sehingga kinerja dapat lebih ditingkatkan guna pencapaian tujuan dari Bank Indonesia dapat terealisasi secara efektif dan efisien.

2. Faktor-faktor disiplin kerja seperti tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat (pengawasan melekat), sanksi hukuman, ketegasan dan hubungan kemanusiaan agar dapat disosialisasikan, dicontohkan, ditepati dan ditingkatkan agar dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan.

3. Faktor-faktor kinerja karyawan seperti faktor kemampuan, faktor motivasi dan faktor lingkungan kerja untuk dapat diberikan pelatihan yang berkelanjutan agar dapat menambah Human Capital bagi Divisi Moneter, serta peningkatan kualitas team work melalui kegiatan-kegiatan di dalam maupun di luar perusahaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

A. A. Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Refika Aditama, Bandung.

Fathoni, Abdurrachmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta, Jakarta.

Handoko, T. Hani. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Cetakan Kedua. BPFE, Yogyakarta.

Hasibuan, Malayu. S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Bumi Aksara, Jakarta.

Hasibuan, Malayu. S.P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Ketujuh. Bumi Aksara, Jakarta.

Mangkuprawira, Sjafitri. 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia, Bogor.

Mathis dan Jackson. 2006. Human Recource Manajemen Sumber Daya Manusia. Terjemahan Diana Angelia. Salemba Empat, Jakarta.

Sondang, P. Siagian. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta.

LAINNYA

Management Bank Indonesia Kantor Wilayah Medan (2014).