Pengujian Hipotesis 1. Analisis Korelasi

73 ketika remaja mulai lebih dekat dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua atau keluarganya.Walaupun minat terhadap sosial kian meningkat hal ini merupakan tugas perkembangan remaja yang tersulit Hurlock, 1980: 213. Dalam penyesuaian sosial, remaja dituntut untuk tampil sesuai dengan trend atau gaya yang sedang digemari oleh teman sebayanya, karena dengan begitu dirinya akan mudah diterima. Para remaja yang mulai paham bahwa penampilan adalah kunci dalam menjalin sosial, kini minat terhadap penampilan mulai meningkat. Selain itu, kematangan seksualnya yang berdampak pada rasa ingin tahunya kepada lawan jenis bahkan jatuh cinta, juga memberikan kontribusi dalam memperhatikan penampilan. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah media massa, baik itu televisi, film, majalah, koran dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Nemeroff dalam Bell dan Rushforth, 2008: 3 bahwa “faktor yang dapat mempengaruhi citra tubuh adalah media massa seperti majalah fashion, iklan televisi, dan pertunjukkan yang saat ini banyak menghadirkan perempuan kurus sebagai sosok yang ideal”. Jadi, media massa yang menampilkan sosok bintang-bintang yang sempurna dan ideal membuat remaja memiliki harapan yang tinggi untuk menyerupai idolanya. Kita sering menemui bahwasanya apa pun yang dipakai oleh idola kerap kali menjadi trend. Salah satunya adalah pakaian, karena pada masa ini remaja sangat memperhatikan penampilan. Diungkapkan oleh Hurlock 1998: 216 bahwasanya “remaja sangat memperhatikan pakaiannya”. Pakaian juga 74 merupakan alat yang digunakan remaja untuk mengekspresikan dirinya. Diugkapkan oleh Burn 1993: 229 bahwa “pakaian digunakan remaja sebagai ukuran ekspresi diri, pencarian perhatian dan untuk mendapatkan perasaan harga diri”. Minat dan perhatian yang terlalu besar terhadap penampilan termasuk bentuk tubuh membuat remaja mencemaskan bentuk tubuhnya. Kecemasan remaja terhadap bentuk tubuh akhirnya dapat berdampak pada tingkat kepuasan citra tubuh yang dimiliki remaja. Citra tubuh body image adalah evaluasi individu mengenai penampilan ukuran dan bentuk tubuh secara keseluruhan, sikap yang ditunjukkan oleh perasaan kecemasan dan kepuasan individu mengenai penampilan dan karakteristik bagian tubuh, serta perilaku yang dapat dilihat dari usaha individu merubah penampilannya atau melakukan usaha untuk memperbaiki penampilan orientasi penampilan. Selain teman sebaya dan tingkat kecemasan diatas, citra tubuh juga dipengaruhi adanya pendapat atau pun standar ideal yang dimiliki masyarakat. Hal serupa juga diungkapkan oleh McCarthy Bell dan Rushforth, 2008: 3, bahwa: Budaya memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan citra tubuh. Hal ini bisa terjadi karena adanya standar ideal dari masyarakat, seperti kecantikan yang diukur oleh jenis warna kulit, kurus, mancung dll. Standar masyarakat inilah yang membuat individu yang tidak sesuai dengan harapan merasa rendah diri dan memiliki citra tubuh yang negatif. Selain itu Hurlock 1980 :201, “mengungkapkan bahwa perilaku orang disekitar yang menunjukkan penolakan pada remaja juga dapat 75 membahayakan penerimaan diri remaja”. Oleh sebab itu, sering kita temui remaja yang merasa rendah diri karena tidak sesuai dengan standar masyarakat dan berupaya untuk merubah penampilan serta kondisi fisiknya. Hal itu bisa dilihat dari perilaku diet, merebonding rambut, memakai pemutih, behel gigi dan sebagainya. Bisa diartikan ini merupakan salah satu bentuk remaja menolak dan tidak bisa menerima dirinya sehingga melakukan perubahan dan perbaikan-perbaikan dalam penampilannya. Kesadaran remaja terhadap penampilan yang akhirnya berdampak pada upaya remaja, untuk memperbaiki penampilan. Hal ini menunjukkan semakin tingginya kecemasan atau ketidakapuasan remaja terhadap citra tubuh. Padahal menurut Hurlock 1980: 201, bahwa “semakin tingginya kesadaran akan pentingnya penampilan dalam kehidupan sosial akan membuat keprihatinan semakin bertambah. Semakin kuatnya keprihatinan akan dukungan sosial terhadap dirinya maka ia akan semakin mengkhawatirkan penampilannya”. Pada remaja putrisiswi kelas VIII di SMP N 6 Yogyakarta juga ditemukan memiliki citra tubuh yang negatif yaitu sebanyak 18 siswi 19,6. Walaupun ditemukan sebagian siswi memiliki citra tubuh yang negatif, namun sebagian besar siswi kelas VIII di SMP N 6 Yogyakarta masih memiliki citra tubuh yang positif yaitu sebanyak 68 siswi 73,9 dan sebagian kecil lainnya memiliki citra tubuh yang sangat positif sebanyak 6 siswi 6,5. Deskripsi data telah disajikan di tabel 8.