Perkembangan Remaja Siswa SMP sebagai Remaja 1. Pengertian Remaja

45 pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut kemaluan, petumbuhan badantubuh, haid menarche, dan pertumbuhan bulu ketiak. Percepatan pertumbuhan pada remaja berimplikasi pada perkembangan psikosial yang ditandai dengan kedekatan remaja pada teman sebaya dari pada orang tua atau keluarganya Rita, dkk, 2008: 127. Walaupun remaja memiliki minat yang tinggi dengan teman sebaya namun, menurut Hurlock 1980: 213, bahwa penyesuaian sosial adalah salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit. Hal ini terjadi karena adanya penyesuaian baru dalam kelompok sosial, perilaku sosial, nilai-nilai baru dalam penyeleksian persahabatan, nilai–nilai baru dalam dukungan, dan penolakan sosial, serta nilai baru dalam seleksi pemimpin. Para remaja dalam menjalin hubungan sosial mulai sadar bahwa hubungannya sangat dipengaruhi oleh penampilan sehingga membuat minat terhadap penampilannya mulai meningkat. Selain itu, kematangan seksualnya juga berdampak pada rasa ingin tahunya kepada lawan jenis bahkan jatuh cinta. Hal ini juga membuatnya sangat memperhatikan penampilan untuk menarik lawan jenis. Minat terhadap penampilan tidak hanya mencakup pakaian tetapi juga perhiasan, kerapian, daya tarik, dan bentuk tubuh Hurlock,1980: 219. Remaja mulai mencemaskan bentuk tubuhnya karena anggota badan tumbuh tidak simetris seperti, kaki tumbuh lebih dulu kemudian tungkai dan lengan sehingga, kelihatan lucu dan membuat remaja merasa minder dan tidak percaya diri. 46 Ketidakpuasan dengan citra tubuh pada remaja kian meningkat karena adanya penilaian yang tidak objektif kepada diri sendiri. Selain itu, adanya standar ideal dari masyarakat dan media yang selalu menampilkan sosok wanita ideal atau sempurna, juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi citra tubuh remaja. Ketidakpuasan citra tubuh juga bisa diartikan sebagai individu yang memiliki citra tubuh negatif. Selain itu, kurangnya pemahaman remaja terhadap dirinya sendiri bisa mengakibatkan citra tubuh yang negatif. Seperti yang diungkapkan Thomas dalam Hurlock, 1980: 198, “jarang ada anak yang mengerti dasar perubahan yang terjadi pada dirinya dan teman- temannya”. Pemahaman diri self understanding adalah sebuah pengakuan, kesadaran dan cara pandang mengenai dirinya secara jujur, nyata, dan apa adanya. Aspek penerimaan diri bisa meliputi, kondisi fisik, psikis, bakat, dan minat yang menjadi kelebihan dan kekurangannya. Remaja yang semakin memahami dirinya maka akan semakin menerima dirinya Hurlock, 1974: 435. Ketidakpuasan remaja dapat mengakibatkan kesulitan untuk menerima dirinya, sehingga akan timbul konflik, masalah dan ketidakbahagiaan. Diungkapkan oleh Hurlock 1980:201, ”sulitlah bagi remaja puber untuk menerima dirinya sendiri, kalau dia merasa prihatin dan gelisah akan tubuhnya yang berubah dan mereka tidak puas dengan penampilan dirinya”. Padahal sumber dari kebahagiaan itu sendiri adalah mampu untuk menerima segala karakteristik yang ada dalam diri kita. Hurlock 1980:201 mengungkapkan bahwa, “kebahagiaan bisa dicapai dengan penerimaan 47 acceptance baik itu penerimaan diri self acceptance atau pun penerimaan sosial social acceptance”. Selain itu, menurut Mumpuniarti Ary Dwi Noviyanti, 2012: 45, “ada tiga macam penerimaan untuk mencapai penyesuaian yang memuaskan yaitu: 1. Penerimaan fisik, yang mengandung arti bahwa individu menyadari akan sifat kekurangan, tahu sebabnya, dan tahu kemungkinannya. 2. Peneriman secara sosial, artinya individu sadar tentang akibat-akibat yang dapat terjadi mengenai kekurangannya terhadap orang lain atau kaintannya dengan pekerjaan. 3. Penerimaan secara psikologis, artinya individu tidak menujukan gejala emosionalnya karena kekurangannya. Jika melihat pendapat kedua ahli diatas dapat dikatakan bahwa yang termasuk penerimaan diri adalah penerimaan secara fisik dan psikologis. Upaya untuk mencapai kebahagiaan itu sendiri diperlukan adanya penerimaan diri dan penerimaan sosial. Jadi, penilaian remaja terhadap penampilan citra tubuh dapat menunjukkan seberapa mampu remaja menerima keadaan fisiknya. Jika, remaja memiliki standar penampilan yang tinggi, maka itu bisa jadi membuat terjebak dalam ketidakpuasan, karena standar itu terlalu susah untuk diraih. Standar yang dimiliki bisa karena dirinya sendiri atau pun dari lingkungan sosial. Pendapat atau pun standar ideal yang dimiliki masyarakat, sangat berpengaruh terhadap kepuasan dan ketidakpuasan remaja terhadap dirinya. Hal serupa juga diungkapkan oleh McCarthy Bell dan Rushforth, 2008: 3, mengatakan bahwa: