8 yaitu pertama, bagian substantif dari kekayaan mereka dalam sumber daya
manusia di perusahaan, membuat manajer nondiversifiable. Kedua, manajer akan terancam reputasinya demikian juga kemampuan menghasilkan earning
perusahaan apabila perusahaan mengalami kebangkrutan. Konflik agency dapat mendasari seseorang bertindak untuk memenuhi
kepentingannya terlebih dahulu sebelum memenuhi kepentingan orang lain. Manajer tidak selalu menanggung resiko atas kesalahan dalam pengambilan
keputusan begitu pula jika mereka tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan. Resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham.
Hal ini memotivasi manajer melakukan pengeluaran yang bersifat konsumtif untuk keperluan pribadinya seperti peningkatan gaji, bonus, dan status.
Hubungan keagenan mengakibatkan adanya agency cost yang mencakup monitoring cost seperti biaya pemeriksaaan akuntansi oleh auditor
independen dan prosedur pengendalian intern, pengeluaran insentif sebagai kompensasi untuk menejemen atas prestasi yang konsisten terutama dalam
hal memaksimumkan nilai perusahaan Sartono, 2001.
2.1.2 Kebijakan Hutang
Kebijakan dapat diartikan sebagai suatu keputusan, ketentuan, program atau rencana kerja untuk menyelesaikan permasalahan. Bagaimana
perusahaan dapat mengambil langkah atau keputusan dalam masalah pendanaan.
Pada umumnya semua perusahaan mempunyai hutang. Hutang adalah kewajiban perusahaan di masa yang akan datang akibat dari transaksi
9 masa lalu yang harus dibayar dengan kas, barang atau jasa Baridwan, 2004;
49. Hutang mengakibatkan adanya ikatan yang memberikan hak kepada kreditur untuk mengklaim aktiva perusahaan. Hutang dapat diklasifikasikan
menjadi dua golongan yaitu hutang lancar dan hutang jangka panjang. Hutang lancar adalah yang penyelesaiannya harus dilakukan dengan
penggunaan aktiva lancar atau pembentukan aktiva lainnya atau dapat diartika sebagai kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun.
Kewajiban yang mempunyai jatuh tempo lebih dari satu tahun disebut dengan huatng jangka panjang.
Menurut Kurniati 2007, kebijakan hutang merupakan keputusan yang diambil perusahaan untuk menggunakan hutang sebagai salah satu
sumber pendaaan dalam perusahaan untuk mendanai operasional perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan, pemegang
saham lebih menginginkan pendanaan perusahaan dengan menggunakan dana eksternal yaitu hutang. Dengan penggunaan hutang hak mereka
terhadap perusahaan tidak akan berkurang. Para pemegang saham hanya perduli pada resiko sistematik dari saham. Manajer tidak menyukai
pendanaan yang berasal dari hutang dengan alasan mengandung resiko yang tinggi. Sebagai konsekuensi dari kebijakan ini perusahaan menghadapi
biaya keagenan hutang dan resiko kebangkrutan.
2.1.3 Dividen
Dividen merupakan suatu bagian atas laba bersih usaha yang di bayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham sebanding dengan
10 jumlah lembar yang di miliki Baridwan, 2004 ; 57. Dividen juga adalah
bagian dari montoring aktivitas perusahaan oleh pemilik terhadap pihak manajemen sebagai agen. Perusahaan akan cenderung membayar dividen
yang lebih besar jika menejemen memiliki proporsi saham yang lebih rendah.
Dividen kepada pemegang saham akan mengakibatkan berkurangnya laba ditahan yang tesedia sebagai sumber pembiayaan investasi yang
dikendalikan oleh manajemen. Semakin tinggi dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham maka free cash flow dalam perusahaan semakin
kecil. Hal ini mengakibatkan menejemen haarus memikirkan untuk memperoleh sumber dana dari luar berupa hutang atau penjualan saham
baru. Hutang akan mengurangi kekuasaaan menejemen terhadap pengendalian perusahaan, karena adanya entitas lain yang memberikan
hutang kepada pihak perusahaan maka entitas tersebut juga berkepentingan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya perusahaan.
Kebijakan dividen adalah rencana tindakan dari perusahaan yang harus diikuti bilamana keputusan dividen harus dibuat. Bagi investor atau
pemegang saham, dividen merupakan salah satu keuntungan yang akan diperolehnya selain keuntungan lain yang berupa capital gain. Secara umum
dividen dapat diartiakn sebagi bagian yang dibagikan oleh emiten kepada masing-masing pemegang saham. Kebijakan dividen ini memiliki pengaruh
terhadap tingkat penggunaan hutang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk
11 menyediakan sejumlah dana untuk membayar jumlah dividen yang tetap
tersebut sehingga kebutuhan pendanaan perusahaan akan meningkat. Adanya pembayaran dividen yang tetap menyebabkan timbulnya
suatu kebutuhan dana yang tetap setiap tahunnya sehingga kebutuhan dana perusahaan akan meningkat. Perusahaan yang memiliki dividen payout ratio
yang tinggi lebih menyukai pendanaan dengan modal sendiri karena pembayaran dividen akan meningkatkan kewajiban perusahaan dan
pembayaran dividen umumnya dilakukan setelah perusahaan melakukan pembayaran terhadap bunga dan cicilan hutang.
Pembagian dividen akan menurunkan tingkat hutang perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ismiyati dan Hanafi 2003 yang
mengatakan bahwa penmbagian dividen berhubungan negatif dengan debt ratio.
2.1.4 Struktur Aset