Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengujian Keawetan Alami Kayu Skala Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Oktober 2010 di Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan dan Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

Jenis kayu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kayu Nangka, Angsana, dan Petai yang diperoleh dari industri penggergajian kayu di daerah Cinangneng, Bogor. Proses fumigasi dilakukan dengan menggunakan larutan amonia dan rayap tanah C. curvignathus . Alat yang digunakan dalam persiapan bahan baku dan pembuatan contoh uji yaitu gergaji circular saw untuk memotong contoh uji menjadi dua bagian yang sama panjang serta membuat contoh uji yang ukurannya lebih kecil, kaliper untuk mengukur lebar dan tebal contoh uji, mesin bor untuk melubangi contoh uji, oven untuk mengeringkan contoh uji, desikator untuk menstabilkan kadar air contoh uji setelah proses pengeringan, amplas untuk meratakan permukaan contoh uji, kayu reng dan terpal plastik untuk membuat ruang fumigasi, lakban untuk merekatkan contoh uji, timbangan, dan peralatan pengaman sarung tangan, dan masker untuk keselamatan dalam melakukan penelitian.

3.3 Pengujian Keawetan Alami Kayu Skala Laboratorium

Pengujian keawetan alami dilakukan dengan mengikuti standar American Society for Testing and Materials ASTM – D 3345-2008, yaitu perihal pengujian efikasi kayu dan bahan berselulosa terhadap serangan rayap tanah. Contoh uji berukuran 2,5 x 2,5 x 0,6 cm 3 , diambil dari kayu gubalnya saja, tanpa cacat dan sudah dihaluskan. Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 103 ± 2 ºC hingga mencapai kadar air 12 – 18. Banyaknya ulangan adalah 3 kali ulangan untuk masing-masing jenis kayu. Contoh uji diletakkan di bagian dasar dari botol uji, kemudian diisi dengan pasir steril sebanyak 200 g. Air destilata sebanyak 20 ml dimasukkan ke dalam botol uji dan dibiarkan satu malam. Setelah itu, dimasukkan ke dalam botol 220 ekor rayap tanah C. curvignathus yang terdiri dari 200 ekor rayap kasta pekerja dan 20 ekor rayap kasta prajurit. Pada setiap botol, bagian mulut botol ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang kecil-kecil sebagai ruang agar udara dapat masuk Gambar 4. Botol-botol uji disimpan pada ruangan yang gelap selama 4 minggu. Pengujian kontrol dilakukan dengan memasukkan pasir steril sebanyak 200 g ke dalam botol uji. Setelah itu sebanyak 20 ml air destilata dan 220 ekor rayap tanah C. curvignathus yang terdiri dari 200 ekor rayap kasta pekerja dan 20 ekor rayap kasta prajurit dimasukkan ke dalam botol uji. Pengujian kontrol dilakukan selama 1 hari dan dilihat banyaknya rayap yang masih hidup. Apabila rayap tanah dapat bertahan hidup maka lingkungan tersebut dapat digunakan untuk pengujian uji keawetan alami kayu. Gambar 4 Uji keawetan alami skala laboratorium Parameter yang diukur adalah : 1. Persentase penurunan berat contoh uji yang dihitung dengan persamaan berikut: Dimana : W 1 = Berat kering tanur contoh uji sebelum pengumpanan W 2 = Berat kering tanur contoh uji setelah pengumpanan Setelah diketahui nilai penurunan beratnya, data tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai tingkat ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah yang terdapat dalam SNI 01.7207-2006 yang tertuang dalam Tabel 2. 14 Tabel 2 Tingkat ketahanan kayu No Kelas Awet Ketahanan Penurunan Berat 1 I Sangat Tahan 3,52 2 II Tahan 3,52 – 7,50 3 III Sedang 7,50 – 10,96 4 IV Buruk 10,96 – 18,94 5 V Sangat Buruk 18,94 – 31,89 SNI 01.7207-2006 2. Persentase mortalitas rayap tanah C. curvignathus yang dihitung pada saat pembongkaran dengan menggunakan persamaan : Dimana : N 1 = Jumlah rayap total sebelum pengumpanan N 2 = Jumlah rayap hidup setelah pengumpanan

3.4 Pengujian Metode Fumigasi