Keawetan Alami HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keawetan Alami

Persentase kehilangan berat contoh uji kayu setelah diumpankan pada rayap tanah selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 7. Pada gambar tersebut terlihat bahwa kayu nangka memiliki ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kayu angsana dan kayu petai. Hal tersebut nampak pada nilai kehilangan berat terbesar terdapat pada kayu Angsana yaitu sebesar 22,08 dan yang terkecil terdapat pada nangka sebesar 17,14. Gambar 7 Persentase penurunan berat kayu nangka, angsana, dan petai pada uji keawetan alami. Berdasarkan nilai persentase kehilangan berat, kayu nangka termasuk ke dalam kelas awet IV dengan ketahanan yang buruk, sedangkan kayu angsana dan petai termasuk ke dalam kelas awet V dengan ketahanan yang sangat buruk. Besar kecilnya nilai kehilangan berat pada kayu dapat terlihat dari intensitas serangan rayap tanah yang terjadi dan kondisi kayu saat terjadinya serangan. Serangan rayap dapat menentukan kelas keawetan kayu. Semakin tinggi intensitas serta banyaknya bagian kayu yang diserang oleh rayap maka semakin besar pula nilai persentase kehilangan berat yang terjadi dan kayu tersebut semakin tidak tahan terhadap serangan rayap. Secara alami kayu mempunyai keawetan tersendiri dan berbeda untuk tiap jenis kayu. Menurut Isrianto 1997 kayu nangka memiliki kelas awet II – III dan menurut Heyne 1987 kayu angsana memiliki kelas awet I – II. Terjadi perbedaan nilai keawetan alami kayu hasil pengujian dengan literatur. Pada pengujian kayu nangka dan angsana nilai keawetan alaminya lebih rendah dibandingkan dengan literatur. Hal ini diduga karena perbedaan kondisi contoh uji terutama dalam hal umur contoh uji sehingga kadar ekstraktifnya pun berbeda. Keawetan alami kayu sangat dipengaruhi oleh kadar ekstraktifnya. Meskipun tidak semua ekstraktif beracun bagi organisme perusak kayu pada umumnya namun, terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar ekstraktif keawetan alami kayu cenderung meningkat pula Wistara et al. 2002. Dilihat dari nilai mortalitas rayapnya kayu nangka memiliki nilai mortalitas terbesar yaitu 100 sedangkan kayu angsana dan kayu petai sebesar 92,73 dan 88,79. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Persentase mortalitas rayap C. curvignathus pada uji laboratorium. Nilai persentase mortalitas pada ketiga jenis kayu ini tergolong tinggi. Namun, berdasarkan data kontrol diperoleh nilai persentase mortalitas adalah sebesar 0. Hal ini mengindikasikan bahwa prosedur pengujian telah dilaksanakan dengan benar. Tingginya nilai persentase mortalitas ini lebih disebabkan oleh keberagaman faktor-faktor lingkungan yang sulit untuk dikontrol. 4.2 Metode Fumigasi 4.2.1 Pengaruh Jenis Kayu terhadap Mortalitas Rayap Tanah