Angsana Pterocarpus indicus Jenis Kayu yang Digunakan

baik digunakan untuk tujuan struktural. Kayu nangka dapat digunakan untuk pembuatan meubel, konstruksi bangunan pembubutan, tiang kapal, dayung, perkakas, dan alat musik. Heyne 1987, menjelaskan bahwa kayu nangka di Pulau Jawa banyak digunakan untuk membuat tiang bangunan, kentongan, lesung, dan bahan untuk meubeul. Kayu nangka mempunyai serat halus sampai agak kasar. Warna kayu nangka mengalami perubahan warna dari kuning muda pada waktu kayu gubal menjadi kuning sitrun pada kayu teras. Kandungan bagian teras Nangka termasuk besar, semakin besar persentase bagian teras maka kayu tersebut memiliki keawetan alami yang semakin baik Isrianto 1997.

2.5.2 Angsana Pterocarpus indicus

Angsana Pterocarpus indicus Will memiliki nama lain yaitu P. wallichii Wight Arn; P zollingeri Miq.; P papuanus F. V. Mueller, P Vidalinus Rolfe. termasuk ke dalam famili Fabaceae Papilionoideae. Penyebaran alami kayu angsana yaitu di Asia Tenggara – Pasifik, mulai Birma Selatan menuju Asia Tenggara sampai Filipina dan kepulauan Pasifik, dibudidayakan luas di daerah tropis. Sebaran pohon yang luas ditemukan di hutan primer dan beberapa hutan sekunder dataran rendah, umumnya di sepanjang sungai pasang surut dan pantai berbatu Direktorat Perbenihan Tanaman Kehutanan 2002. Pohon Angsana memiliki tinggi 10 – 45 m dengan panjang batang bebas cabang 2 – 16 m, dan diameter batang dapat mencapai 150 cm. Pohon ini merupakan pohon jenis pionir yang tumbuh baik di daerah terbuka. Tumbuh pada berbagai macam tipe tanah kecuali pada tanah liat yang berat. Biasanya ditemukan sampai ketinggian 800 m dpl, namun masih bertahan hidup sampai 1.300 m dpl. Angsana sering menjadi tanaman hias di taman dan sepanjang jalan. Populasinya berkurang akibat eksploitasi berlebihan, kadangkala penebangan liar menyebabkan hilangnya habitat Martawijaya et al. 2005. Kayu teras pada pohon angsana sangat bervariasi dari kuning jerami, coklat karat muda sampai coklat kerat tua, merah muda, salem, dan merah darah. Kayu gubal pohon angsana berwarna putih, jerami muda, kuning, atau coklat muda. Tekstur kayu agak halus sampai kasar. Pori-pori pada kayu ini berbentuk bundar dan hampir seluruhnya soliter dalam susunan tata lingkar namun sebagian kecil berpasangan dan bergabung 2 – 4 dalam arah radial dengan diameter yang 10 sangat bervariasi yaitu dalam lingkar tumbuh 200 – 300 mikron dan di luar lingkar tumbuh 50 – 200 mikron. Sel parenkim termasuk tipe paratrakeal, di samping itu terdapat, parenkim apotrakeal berbentuk pita-pita memanjang yang berkumpul pada akhir lingkaran tumbuh. Jari-jari pada kayu angsana ± 50 mikron dan sangat rendah seta membentuk susunan yang bertingkat. Panjang seratnya sebesar 1.327 mikron dengan diameter 24 mikron dan tebal dinding 3,6 mikron serta diameter lumen sebesar 16,8 mikron Martawijaya et al.2005. Semua jenis Pterocarpus menghasilkan kayu bernilai tinggi. Menurut Heyne 1987 bahwa kayu Angsana termasuk kayu agak keras yang memiliki kelas awet III, kelas kuat IIII dan BJ antara 0,4 – 0,9 sehingga dapat digunakan untuk mebel halus, ukiran, kayu lapis, meja, badan kapal, lantai, lemari dan alat musik. Selain itu getah Angsana dapat digunakan sebagai cat ayaman dan cat kayu. Soerianegara dan Lemmens 1994 mengatakan bahwa kayu pohon Angsana mengandung selulosa sebanyak 49, 24 lignin, 11 pentosan, dan 0,3 silika sehingga kayu Angsana dapat digunakan sebagai bahan baku pulp. Angsana merupakan jenis pengikat nitrogen. Pohon Angsana ini direkomendasikan sebagai salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam sistem agroforestri, yang dapat digunakan sebagai penaung kopi dan tanaman lain. Selain itu kulit batang Angsana ini berkhasiat sebagai obat sariawan, obat mencret dan obat bisul sedangankan daun Angsana dapat digunakan sebagai obat infeksi kulit akibat jamur Heyne 1987.

2.5.3 Petai Parkia speciosa