Amonia Rayap Tanah C. curvignatus

Phytosanitary MeasureISPM untuk kemasan kayu atau lebih dikenal dengan ISPM 15 Guidelines for Regulating Wood Packaging Material in International Trade pada bulan Maret 2002. ISPM 15 mengatur keseragaman penanganan kemasan kayu harmonized regulation, dan menghindari timbulnya aturan yang unilateral sehingga menghambat proses perdagangan internasional, serta aspek merugikan penggunaan kemasan kayu khususnya terkait dengan penyebaran organisme hama serangga perusak kayu antar daerah atau negara Nugroho 2005.

2.3 Amonia

Amonia merupakan senyawa yang memiliki rumus kimia NH 3 dan memiliki bau khas yang menyengat. NH 3 yang larut dalam air disebut pula Amonium hidroksida. Amonia umumnya bersifat basa, namun dapat pula bertindak sebagai asam yang sangat lemah. Amonia memiliki titik didih pada suhu -33 °C dan titik leleh -77,7 °C, sehingga cairan amonia harus disimpan dalam suhu yang sangat rendah atau dalam tekanan yang tinggi Anonim 2007. Amonia memiliki berat molekul 17,03, tekanan uap 400 mmHg -45,4 °C, kelarutan dalam air 31 g100 g 25 °C, berat jenis 0,682 -33,4 °C, berat jenis uap 0,6, dan memilik suhu kritis 133 °C. Sifat-sifat fisik dari amonia adalah gas tidak berwarna, berbau khas, bersifat iritan dan mudah larut dalam air Anonim 2008. Amonia dapat diubah menjadi nitrit dan nitrat, oleh bakteri yang terdapat dalam tanah sehingga amonia bertindak sebagai penyubur tanah. Amonia juga dimanfaatkan dalam pembuatan pupuk urea, sebagai bahan peledak, dan digunakan pula dalam bidang farmasi Harwood et al. 2007. Reaktivitas amonia stabil pada suhu kamar, tetapi dapat meledak oleh panas akibat kebakaran dan larut dalam air. Amonia membutuhkan kehati-hatian dalam penanganan dan penyimpanannya. Dalam penyimpanannya amonia harus diletakkan pada tempat dingin, kering, berventilasi, dan jauh dari keramaian agar uapnya tidak terhirup oleh manusia. Hindarkan pula dari asam, oksidator, halida, etoksi, logam alkali dan kalium klorat. 6

2.4 Rayap Tanah C. curvignatus

Kondisi iklim dan tanah termasuk banyaknya ragam jenis tumbuhan di Indonesia sangat mendukung kehidupan rayap. Oleh karena itu, lebih dari 80 daratan Indonesia merupakan habitat yang baik bagi kehidupan berbagai jenis rayap Nandika et al. 2003. Rayap adalah serangga sosial yang hidup dalam suatu komunitas yang disebut koloni. Komunitas tersebut bertambah efisien dengan adanya spesialisasi kasta di mana masing-masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang berbeda dalam kehidupannya. Menurut Nandika et al. 2003 terdapat tiga kasta dalam komunitas rayap ini yaitu kasta prajurit, pekerja, dan reproduktif. A. Kasta Prajurit Kasta prajurit Gambar 1 dapat dengan mudah dikenali dari bentuk kepalanya yang besar dan mengalami penebalan serta berwarna coklat. Peranan kasta prajurit adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar, khususnya semut dan vertebrata predator. Kasta ini menyerang musuhnya dengan mandible yang dapat mengiris dan menjepit. Gambar 1 Kasta Prajurit Nandika et al. 2003. B. Kasta Pekerja Kasta pekerja merupakan anggota yang sangat penting dalam koloni rayap. Tidak kurang dari 80-90 populasi dalam koloni rayap merupakan individu- individu kasta pekerja. Kasta pekerja Gambar 2 umumnya berwarna pucat dengan kutikula hanya sedikit mengalami penebalan sehingga tampak menyerupai nimfa. Kasta pekerja tidak terlibat dalam proses perkembangbiakan koloni dan pertahanan, namun hampir semua tugas koloni dikerjakan oleh kasta ini. Kasta 7 pekerja mempunyai tugas yaitu memberi makan dan memelihara ratu, mencari sumber makanan, menumbuhkan jamur dan memeliharanya. Gambar 2 Kasta Pekerja Nandika et al. 2003. C. Kasta Reproduktif Kasta reproduktif terdiri atas individu-individu seksual; ratu yang tugasnya bertelur dan jantan raja yang tugasnya membuahi betina. Kasta ini memiliki bentuk tubuh yang lebih besar dibandingkan kasta yang lain hal ini dikarenakan tugas dari kasta reproduktif itu sendiri. Peningkatan tubuh ini terjadi melalui penggelembungan abdomen karena pertumbuhan ovari, usus, dan penambahan lemak tubuh. Pembesaran tubuh ini menyebabkan ratu tidak mampu bergerak aktif dan tampak malas. Gambar 3 Kasta Ratu Nandika et al. 2003.

2.5 Jenis Kayu yang Digunakan