Petai Parkia speciosa Jenis Kayu yang Digunakan

sangat bervariasi yaitu dalam lingkar tumbuh 200 – 300 mikron dan di luar lingkar tumbuh 50 – 200 mikron. Sel parenkim termasuk tipe paratrakeal, di samping itu terdapat, parenkim apotrakeal berbentuk pita-pita memanjang yang berkumpul pada akhir lingkaran tumbuh. Jari-jari pada kayu angsana ± 50 mikron dan sangat rendah seta membentuk susunan yang bertingkat. Panjang seratnya sebesar 1.327 mikron dengan diameter 24 mikron dan tebal dinding 3,6 mikron serta diameter lumen sebesar 16,8 mikron Martawijaya et al.2005. Semua jenis Pterocarpus menghasilkan kayu bernilai tinggi. Menurut Heyne 1987 bahwa kayu Angsana termasuk kayu agak keras yang memiliki kelas awet III, kelas kuat IIII dan BJ antara 0,4 – 0,9 sehingga dapat digunakan untuk mebel halus, ukiran, kayu lapis, meja, badan kapal, lantai, lemari dan alat musik. Selain itu getah Angsana dapat digunakan sebagai cat ayaman dan cat kayu. Soerianegara dan Lemmens 1994 mengatakan bahwa kayu pohon Angsana mengandung selulosa sebanyak 49, 24 lignin, 11 pentosan, dan 0,3 silika sehingga kayu Angsana dapat digunakan sebagai bahan baku pulp. Angsana merupakan jenis pengikat nitrogen. Pohon Angsana ini direkomendasikan sebagai salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam sistem agroforestri, yang dapat digunakan sebagai penaung kopi dan tanaman lain. Selain itu kulit batang Angsana ini berkhasiat sebagai obat sariawan, obat mencret dan obat bisul sedangankan daun Angsana dapat digunakan sebagai obat infeksi kulit akibat jamur Heyne 1987.

2.5.3 Petai Parkia speciosa

Petai P. speciosa adalah salah satu tanaman asli dari Malaysia, Brunei, Indonesia, dan Semenanjung Thailand. Mempunyai nama lain P. timoriana DC Merr. Pohon petai dapat mencapai tinggi 50 meter dengan diameter 5 m serta permukaan kulit batang halus berwarna coklat kemerahan. Daun majemuk menyirip ganda dua bipinnate. Tanaman ini sering ditanam dari dataran rendah hingga ketinggian 1.500 m dpl namun tumbuh optimal pada ketinggian 500 – 1.000 m dpl Abdurrohim et al. 2004. Perbanyakan P. speciosa biasanya dilakukan dengan mengecambahkan bijinya. Namun perbanyakan dengan cara stem batang dan okulasi juga dapat dilakukan. Pada teknik okulasi, penggunaan P. speciosa sebagai batang bawah 11 memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan P. speciosa. Pohon Petai berguna pula sebagai pohon pelindung pada perkebunan- perkebunan kopi atau perkebunan tanaman hias, meskipun pertumbuhannya agak lambat. Selain itu, pohon dengan perakaran kuat dan dapat menyuburkan tanah ini juga cocok ditanam untuk memulihkan kembali lahan-lahan kritis, khususnya dalam pengembangan program hutan rakyat Anonim 2010. Kayu petai mempunyai warna putih kekuning-kuningan pada kayu teras serta kayu gubal hampir berwarna putih sehingga sukar untuk dibedakan. Corak kayu polos dengan tekstur agak kasar, arah serat agak berpadu, mengkilap, dan memiliki tingkat kekerasan yang lunak. Selain itu kayu petai memiliki lingkar tumbuh agak keras, ditandai oleh adanya lapisan-lapisan kayu yang berbeda kepadatannya dan berbeda ketebalan dinding seratnya, memiliki pembuluh baur dengan komposisi 68 soliter lainnya berganda radial 2 – 3 sel dan beberapa bergerombol. Besarnya ukuran pembuluh tersebut adalah 246 ± 12 mikron dengan frekuensi 2 ± 1 per mm 2 , bidang perforasi sederhana, memiliki noktah antar pembuluh selang-seling dengan bentuk poligonal yang berukuran 9 – 12 mikron, noktah antar jari-jari serupa dengan noktah antar pembuluh dan tidak dijumpai tilosis dan endapan lain. Kayu petai juga memiliki parenkim selubung dengan bentuk sayap yang sebagian kecil konfluen dengan parenkim aksial 2 – 4 sel per utas. Jari-jari kayu petai homoseluler dengan lebar 1 – 3 seri panjangnya sampai 687 mikron, rata-rata 387 ± 48 mikron. Serat kayu memiliki noktah sederhana dengan panjang 1.455 ± 51 mikron dengan diameter 27,6 ± 1,8 mikron dan tebal dinding 3,3 ± mikron. Saluran interseluler dan silika tidak dijumpai Abdurrohim et al. 2004. Menurut Oey Djoen Seng 1990 kayu petai memiliki berat jenis minimum sebesar 0,35 dan maksimum sebesar 0,53 dengan rata-rata sebesar 0,45 serta termasuk ke dalam kelas awet V dan kelas kuat III – V. Dilihat dari kelas awet dan kelas kuatnya maka kayu petai ini tidak cocok untuk kayu konstruksi dengan pembebanan yang besar. Kayu petai dapat digunakan untuk bangunan ringan sementara, kayu pertukangan, meubel, kabinet, moulding, perlengkapan interior, pelapis, cetakan beton, peti, krat, korek api, usungan, sumpit makan, pelampung jala, pulp, dan kertas serta kayu energi Abdurrohim et al. 2004.

III. BAHAN DAN METODE