Gambar 6 Ruang fumigasi. Parameter yang diukur adalah persentase mortalitas rayap tanah C.
curvignathus yang dihitung dengan menggunakan persamaan :
Dimana : N
1
= Jumlah rayap total sebelum pemaparan N
2
= Jumlah rayap hidup setelah pemaparan
3.5 Analisis Data
Data yang dihasilkan dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SAS 9.1. Model rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah faktorial
RAL Rancangan Acak Lengkap dengan 3 faktor, yaitu: faktor A jenis kayu, faktor B jarak lubang dan faktor C volume amonia dengan masing-masing
menggunakan 3 kali ulangan. Percobaan faktorial dicirikan oleh perlakuan yang merupakan komposisi dari semua kemungkinan kombinasi dari taraf-taraf dua
faktor atau lebih. Istilah faktorial lebih mengacu pada bagaimana perlakuan- perlakuan yang akan diteliti disusun, tetapi tidak menyatakan bagaimana
perlakuan-perlakuan tersebut ditempatkan pada unit-unit percobaan Mattjik Sumertajaya 2002. Model rancangan percobaan statistik yang akan digunakan
dalam penelitian adalah sebagai berikut : 17
dimana : Y
ijkl
= Nilai pengamatan pada pengaruh utama jenis kayu taraf ke-i, jarak lubang taraf ke-j, volume amonia ke-k dan ulangan ke-l l
= 1,2,3 µ
= Rataan umum α
i
= Pengaruh utama jenis kayu ke-i i = 1, 2, 3 β
j
= Pengaruh utama jarak lubang ke-j j = 1, 2, 3 γ
k
= Pengaruh utama volume amonia ke-k k = 1, 2, 3, 4, 5 αβ
ij
= Interaksi pengaruh utama jenis kayu ke-i dengan jarak lubang ke-j
αγ
ik
= Interaksi pengaruh utama jenis kayu ke-i dengan volume amonia ke-j
βγ
jk
= Interaksi pengaruh utama jarak lubang ke-i dengan volume amonia ke-j
αβγ
ijk
= Interaksi pengaruh utama jenis kayu ke-i, jarak lubang ke-j dan volume amonia ke-j
ε
ijkl
= Pengaruh acak yang menyebar normal Percobaan menggunakan model faktorial memiliki keuntungan yaitu
mampu mendeteksi respon dari taraf masing-masing faktor pengaruh utama serta interaksi antar dua faktor pengaruh sederhana. Dengan demikian, ada tidaknya
pengaruh interaksi dapat dideteksi dari perilaku respon suatu faktor pada berbagai kondisi faktor yang lain. Jika respon suatu faktor berubah pola dari kondisi
tertentu ke kondisi yang lain untuk faktor yang lain, maka kedua faktor dikatakan berinteraksi. Sedangkan jika pola respon dari suatu faktor tidak berubah pada
berbagai kondisi faktor yang lain dikatakan kedua faktor tidak berinteraksi Mattjik Sumertajaya 2002.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keawetan Alami
Persentase kehilangan berat contoh uji kayu setelah diumpankan pada rayap tanah selama 4 minggu
dapat dilihat pada Gambar 7. Pada gambar tersebut terlihat bahwa kayu nangka memiliki ketahanan yang lebih baik dibandingkan
dengan kayu angsana dan kayu petai. Hal tersebut nampak pada nilai kehilangan berat terbesar terdapat pada kayu Angsana yaitu sebesar 22,08 dan yang terkecil
terdapat pada nangka sebesar 17,14.
Gambar 7 Persentase penurunan berat kayu nangka, angsana, dan petai pada uji keawetan alami.
Berdasarkan nilai persentase kehilangan berat, kayu nangka termasuk ke dalam kelas awet IV dengan ketahanan yang buruk, sedangkan kayu angsana dan
petai termasuk ke dalam kelas awet V dengan ketahanan yang sangat buruk. Besar kecilnya nilai kehilangan berat pada kayu dapat terlihat dari intensitas serangan
rayap tanah yang terjadi dan kondisi kayu saat terjadinya serangan. Serangan rayap dapat menentukan kelas keawetan kayu. Semakin tinggi intensitas serta
banyaknya bagian kayu yang diserang oleh rayap maka semakin besar pula nilai persentase kehilangan berat yang terjadi dan kayu tersebut semakin tidak tahan
terhadap serangan rayap. Secara alami kayu mempunyai keawetan tersendiri dan berbeda untuk tiap
jenis kayu. Menurut Isrianto 1997 kayu nangka memiliki kelas awet II – III dan menurut Heyne 1987 kayu angsana memiliki kelas awet I – II. Terjadi perbedaan