Definisi Karakteristik Radio Frequency RF

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Transceiver Transceiver dapat didefinisikan sebagai sistem telemetri yang dihubungkan via magnetik komunikasi induksi atau komunikasi radio elektrik menuju base station atau reader atau radio tag lainnya. Transceiver device yang secara aktif memancarkan dan menerima data digital dengan menyediakan daya pada sebuah antena. Salah satu pengembangan dari transceiver adalah teknologi RF tag yang juga dikenal dengan nama transponder. Aspek utama sistem RF terdiri dari 3 bagian yaitu transponder transmitter responder, reader, dan antena. Transmitter merupakan alat yang berfungsi memancarkan sinyal Radio-Frekuensi. http:www.lib.itb.ac.id~mahmudinmakalahictrefRFID.pdf

2.2 Karakteristik Radio Frequency RF

Jenis-jenis RF terdiri dari passive tag, semi-active, dan active tag mikrokontroller berbasis wireless divais, termasuk kemungkinan untuk mengindera. Transponder aktif menggunakan baterai internal, sedangkan transponder pasif menggunakan eksternal power supply. Dengan menggunakan ISM Industrial, Icientific and Medical, frekuensi berkisar antara 125 kHz sampai 5,8 GHz, yang memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian keseluruhan sistem untuk kebutuhan yang spesifik. Jarak separasi antara reader dan tag memainkan peranan penting dalam pemancaran sinyal pada sistem RF. Secara berkala, antena direksional digunakan untuk membatasi field-of-view, dan sehingga reader memiliki zona resolusi www.hoperf.com Pada manajemen riset dan konservasi, radio tag merupakan miniatur transmiter yang digunakan untuk memantau pergerakan hewan. Transponder merupakan fasilitas transmitter-receiver yang berfungsi untuk memancarkan dan menerima sinyal secara otomatis Nostrand, 1968. Transponder aktif terdiri dari baterai. Transponder pasif mendapat suplai listrik dari energi sinyal yang diterima. Transponder pasif dirancang untuk dioperasikan pada beberapa frekuensi, diantaranya Low Frequency LF, 30-300 KHz dan HF sampai VHF, Ultra High Frequency UHF, 300-3000 MHz dan radar Super High Frequency,SHF, 3-30 GHz Douglas, 1998 Berdasarkan panduan tracking dari Crasswell, terdapat beberapa aspek dari cara gelombang radio dapat mempengaruhi prinsip kerja radio-tag. Hal ini penting dilakukan sebelum memulai proses tracking, adapun aspek tersebut termasuk: 1 Atenuasi, kekuatan sinyal direduksiberkurang dengan adanya vegetasi seperti pepohonan. Sinyal melemah dengan cepat, atau bahkan hilang semuanya, jika tag berada di belakang gedung atau pegunungan. 2 Refleksi, gelombang radio dapat direfleksikan secara baik dengan tebing, sisi bukit, kayu, dan gedung. Hal ini dapat mengecoh pengamattracker dengan dihasilkannya impresijejak tag yang salah. 3 Difraksi, merupakan proses yang memungkinkan gelombang radio dideteksi secara perlahan di luar batas kisaran transmiter dari suatu objek yang tidak dapat ditembus. Bagaimanapun, difraksi juga dapat meningkatkan efek interferensi disekitar penghalang contohnya pohon dan dapat mempersulit untuk mendapatkan hasil yang akurat untuk sinyal yang timbul dari kayu menuju “Fresnel Zone” yang dapat diperpanjang sekitar 50 meter keluar area. 4 Polarisasi, merupakan proses pergerakan gelombang radio secara osilasi menuju arah tertentu dan saling tegak lurus satu sama lain dan tegak lurus terhadap arah rambatan. Ketika gelombang radio mencapai antena maka secara horizontal atau vertikal akan dipolarisasikan, dan untuk penerimaan sinyal terbaik elemen pada antenna semestinya berada pada orientasi yang sama. Hal ini penting jika kita kehilangan jejak tag, karena dengan posisi antenna yang vertikal saja memiliki sinyal yang lemah apalagi dengan posisi horizontal. Performa dan kemampuan fungsional atau daya gunanya yang terjadi tergantung pada frekuensi divais. Frekuensi akan mengubah kemampuan radio-tag pada lingkungan yang kasar ekstrim, yang dekat dengan air, atau material konduktif, selama kisaran tag dan konsumsi daya dan daya tahan baterai. Pada umumnya instrumen RF menggunakan modulasi backscatter sebagai metode transmisi frekuensi radio. Sebagai mode komunikasi, yang tergantung pada level perangai kopling diantara antena reader dan tag. Empat fungsi carrier gelombang modulasipembawa pada radio tag: carrier berisi masukan aliran data digital, beberapa kasus carrier hanya menampakkan fungsi logika untuk menghidupkan dan mematikan, serta mengaktifasi transmisi dari tag. 1. carrier merupakan sumber daya bagi divais. menerima sinyal carier dari base station dan menggunakan sinyal carrier yang diubah untuk menyediakan daya untuk rangkaian yang terintegrasi dan logika pada divais. 2. carrier berperan sebagai clock dan time base untuk menggerakkan logika dan sirkuit di dalam IC. Dalam beberapa kasus sinyal pembawa dibagi untuk menghasilkan kecepatan clock yang lebih rendah lower clock speed 3. carrier juga dapat berperan sebagai frekuensi dan fase referensi acuan untuk radio dan pemrosesan sinyal. Alat penanda dapat menggunakan koil untuk menerima sebuah karir pada frekuensi yang tepat dan fase acuan untuk sirkuit dalam radio tag untuk komunikasi di balik koil kedua untuk readerwriter yang akan membuat pemrosesan sinyal menjadi akurat. Keberhasilan transmisi data tergantung pada kualitas sinyal yang ditransmisikan dan karakteristik media transmisi. Transfer data terjadi antara transmiter pemancar dan receiver penerima melalui beberapa media transmisi seperti di bawah ini: 1. Hardwire kawat keras guided media. Media yang dituntun karena gelombang-gelombang dituntun melalui jalur fisik. 2. Softwire kawat lunak unguided media. Media yang tidak dituntun, menyediakan suatu divais untuk mentransmisi gelombang elektromagnetik tetapi tanpa menuntunnya, melalui udara, hampa udara dan air laut.

2.3 Persamaan Daya dan Jarak