untuk radio komunikasi jarak dekat dan beroperasi pada frekuensi 100-300 Mhz. Gelombang radio yang dipancarkan membentuk garis lurus horizontal.
Analisis data dibagi menjadi dua bagian, yaitu forward dan backward. Forward
merupakan bagian depan yakni di lintang utara. Bagian forward merupakan kondisi dimana Tx dan Rx saing berhadapan, sedangkan backward
sebaliknya. Masing-masing bagian dibagi lagi berdasarkan directivity menjadi lima arah. Yaitu 0, 45, 90, 135, dan 180 untuk forward dan 0, -45, -90, -135, dan -
180 untuk backward.
Gambar 18. Acuan Arah Pancar Tx terhadap Rx
Gambar 19 merupakan tiga posisi pemancar terhadap penerima. Gambar A, O, dan B dimana posisi pemancar dan penerima membentuk segitiga siku-siku.
Letak pemancar terhadap penerima pada masing-masing gambar adalah A, pemancar berada di sebelah kanan penerima, B pemancar berada di sebelah kiri
penerima, dan O menjadi titik acuan dengan pemancar yang berada tegak lurus terhadap penerima.
90
-90 -45
180 45
135
-180
-135 S
N
Guna mengetahui perubahan arah pancar dengan bertambah jauhnya posisi pemberi sinyal terhadap penerima sinyal, maka perlu dilakukan penentuan plot
terlebih dulu. Salah satu contoh sketsa posisi yang dapat dibuat seperti gambar 19.
Gambar 19. Sketsa Posisi Pemancar Tx dan Penerima Rx Pada percobaan terdapat jarak antara Rx yang menjadi patokan titik B dan
Rx lainnya titik A dan C. Dimana pada percobaan pertama, setiap penambahan jarak TX maka tidak RxA dan RxB tetap pada posisi semula yaitu 1,5 m dan RxO.
O A
B
r = 3m
Rx Rx
Rx Tx
Tx
Tx
Tx
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data nilai output sinyal sebanyak 12 plot. Hubungan antara penambahan jarak dengan nilai output sinyal
seperti yang ditampilkan Gambar 20. Grafik menampilkan adanya perubahan yang signifikan antara meter ke tiga dan meter ke enam. Penurunan nilai yang
cukup tajam jika dibandingkan dengan jarak lainnya. Dari pola grafik tersebut menunjukkan bahwa setiap terjadi penambahan jarak. Perubahan nilai pada saat
transmisi akan ditampilkan secara linear.
Gambar 20. Hubungan Antara Jarak dan Nilai Rata-rata Power Received Gelombang Radio
Grafik hubungan jarak dan standar deviasi memiliki pola yang terbalik jika dibandingkan dengan nilai rata-rata. Hal tersebut menjelaskan bahwa setiap
penambahan jarak, maka kesalahan yang terjadi pada saat transmisi bertambah tinggi. Nilai yang menurun paling signifikan terjadi mulai meter ke tiga menuju
meter ke enam yang mengalami perubahan yang signifikan.
5.80E+07 5.90E+07
6.00E+07 6.10E+07
6.20E+07 6.30E+07
6.40E+07 6.50E+07
6.60E+07 6.70E+07
5 10
15
Grafik Hubungan Antara Jarak dan Nilai Power Received
m
Gambar 21. Grafik Hubungan Antara Jarak dan Standar Deviasi
Jika kedua kurva pada Gambar 20 dan 21 diamati, maka terlihat pola trendline yang saling berlawanan. Pada dasarnya nilai power received akan semakin
menurun setiap alat penerima dijauhkan dan semakin meningkat jika didekatkan. Hal ini disebabkan pada saat gelombang radio merambat terjadi pelemahan di
udara akibat adanya parameter-parameter tertentu. Dengan demikian meningkatnya kesalahan atau error pada pada saat transmisi
akan seiring pertambahan jarak disebabkan hal yang sama yaitu terjadinya atenuasi pada saat perambatan di udara. Parameter lain dapat berupa absorbsi
karena adanya hambatan diudara seperti adanya molekul dan partikel, kelembaban diudara, dan perbedaan suhu.
Hal ini selaras dengan pernyataan Kenward. Yakni gelombang radio memiliki persamaan dengan gelombang cahaya. Hal yang mungkin terjadi pada dua jenis
gelombang ini adalah refeksi, refraksi, difraksi dan interferensi. Intensitas sinyal
0.00E+00 1.00E+07
2.00E+07 3.00E+07
4.00E+07 5.00E+07
6.00E+07 7.00E+07
5 10
15
Grafik Hubungan Antara Jarak dan Standar Deviasi
m
66.8 65.1
65.3 67.2
67.1 67.2
66.7 66.3
56.8 56.7
56.3 55.9
56.4 56.4
56.5 56.7
56.8 56.7
56.3 55.9
56.4 56.4
56.5 56.7
57.0 56.7
56.6 56.6
56.7 56.7
51.9 56.6
56.3 55.9
56.4 56.7
56.8 57.4
56.3 56.3
65.8 67.5
65.2 65.0
65.5 65.7
65.7 65.6
berkurang dengan pertambahan jarak dari transmitter berdasarkan hukum kebalikan kuadrat, dimana kekuatan sinyal akan melemah sampai 75 jika jarak
semakin jauh dari sumber suara.
4.2.1 Pola Radiasi dengan Diagram Radar
Diagram radar atau diagram polar merupakan sebuah metode grafis untuk menampilkan data yang bersifat multivariasi. Data yang ditampilkan
merepresentasikan pada sumbu yang dimulai pada titik pusat yang sama. Nilai power received
digunakan untuk membuat diagram radar. Oleh sebab itu, dengan adanya radar plot tersebut maka dapat diketahui arah pancaran maksimum di
setiap posisi pengambilan data. Penelitian ini mengambil dengan 12 posisi berbeda. Adapun hasil plot dari masing-masing posisi dibuat dalam 12 diagram
radar pada Gambar 22. 3A
3O 3B
6O 6B
6A
56.5 56.1
56.4 56.0
55.9 56.1
56.3 55.9
56.2 56.4 56.3
56.4 56.3
56.7 56.4
56.4
55.4 56.5
56.4 56.2
56.5 56.1
56.5 56.0
56.5 56.3
56.4 56.4
56.5 56.3
56.2 56.4
56.9 56.9
56.7 56.6
56.0 56.5
56.9 56.7
Gambar 22. Diagram Radar
Dari 12 hasil dapat diamati bahwa kuat pancar tertinggi secara langsung dapat menggambarkan radius maksimum yang dapat dicapai gelombang radio saat
merambat di udara. Selain itu dapat dilihat pola radiasi gelombang radio yang terbentuk tidak beraturan. Dengan kata lain radiasi gelombang radio merambat ke
segala arah namun tidak merata. Pola radiasi antara bagian depan dan belakang pada umumnya seragam, namun dari hasil dapat dilihat terjadi perbedaan.
Hal ini disebabkan jarak yang ditempuh gelombang radio dari pesawat pemancar menuju penerima terlalu dekat. Pada saat gelombang radio sampai,
gelombang radio yang diterima memiliki kapasitas yang overload.
55.5 55.8 55.5
56.1 56.5
55.6 56.1
56.2
9A 9O
9B
12O 12A
12B
medan listrik dan magnet tersebut berubah secara sinus dan mempunyai frekuensi seperti frekuensi getaran listrik. Getaran-getaran dalam sebuah pesawat pemancar
yang dibangkitkan oleh rangkaian osilator pembangkit getaran diperkuat lalu disalurkan ke antena untuk dipancarkan ke udara.
Akibat perambatan gelombang radio di udara, maka timbullah gejala-gejala yang mencakup pemantulan, pembiasan, difraksi, polarisasi seperti halnya pada
cahaya. Seperti yang diungkapkan oleh Hukum Coulomb yaitu muatan listrik menghasilkan medan listrik yang kuat. Hukum Bio-Savart berbunyi aliran muatan
arus listrik menghasilkan medan magnet di sekitarnya. Hukum Faraday berbunyi perubahan medan magnet dapat menimbulkan medan listrik.
Gejala-gejala yang telah disebutkan sebelumnya memiliki pengaruh pada kualitas propagasi. Parameter lain dapat mempengaruhi kualitas propagasi. Absorbsi atau
koefisien atenuasi akibat adanya molekul air, partikel, kelembaban diudara, dan perbedaan suhu. Gejala-gejala tersebut merupakan beberapa hambatan dalam
propagasi gelombang radio yang telah terungkap. Dengan demikian perlu dilakukan tindakan untuk mengantisipasi pengaruh tersebut dengan pengambilan
data saat kondisi cuaca cerah, sehingga gelombang radio yang diterima memiliki kualitas yang baik
4.2.2 Pendugaan Jarak Antara
Transmitter dan Receiver
Selanjutnya adalah melakukan pendugaan jarak antara transmitter dan receiver
. Rumus penentuan sudut dugaan dan penentuan jarak alat penanda pesawat pemancar terhadap penerima ∆y. Hasil perhitungan sudut-sudut dapat
dilihat pada tabel 2.
=
∑ ∑
………………………...………….……3 Setelah melakukan pendugaan sudut yang memiliki nilai kuat pancar
tertinggi, maka dapat ditentukan beberapa posisi yang memungkinkan untuk diprediksi. Penentuannya dengan melihat hasil sudut dugaan pada Tabel 2.
Tabel 4. Sudut Dugaan Pada Diagram Radar
Tabel 2 merupakan hasil hitung pendugaan sudut yang memiliki arah pancar maksimum. Keterangan “ya” dan “tidak” berarti ada atau tidaknya kemungkinan
terbentuknya perpotongan garis yang terbentuk dari arah maksimum yang telah diperoleh.
Untuk menduga jarak yang ditempuh sinyal dari transmitter menuju receiver dengan menggunakan rumus:
ŷ
1
=∆ŷ
2
……………………………………………………………………………4 tanα∆x
1
=tan β∆x
1
+∆x
2
………………………………………………...……5
Depan Belakang
3A 3O
3B 3A
3O 3B
89.66 90.32
90.23 -90.57
-90.43 -90.31
tidak ya
ya tidak
tidak tidak
6A 6O
6B 6A
6O 6B
90.14 90.15
90.28 -90.34
-88.70 -90.17
tidak ya
ya tidak
ya ya
9A 9O
9B 9A
9O 9B
89.97 90.26
90.17 -90.31
-90.18 -90.28
tidak tidak
tidak tidak
ya ya
12A 12O
12B 12A
12O 12B
90.17 90.28
90.12 -90.25
-90.22 -90.12
ya ya
ya tidak
tidak tidak
Dengan menggunakan rumus-rumus tersebut, maka jarak antara pemancar dan penerima dapat ditentukan. Hasilnya seperti yang ditunjukkan Tabel 3.
Tabel 5. Jarak Pancar Dugaan
Hasil yang diperoleh memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan jarak aktual. Kesalahan ini disebabkan jarak aktual antara pesawat pemancar dan
penerima terlalu dekat. Adanya medan magnet disekitar yang timbul di sekitar pesawat pengirim dan penerima saling mempengaruhi.
Intensitas gelombang tersebut merupakan fungsi jarak r dari sumber suara. Nilai power received suatu sumber gelombang bunyi bergantung pada jenis atau
tipe sumber tersebut. Gelombang akan merambat lurus dari transmiter menuju receiver
. Pada saat terdapat halangan dan dapat menyebabkan interferensi destruktif oleh obyek halangan yang diterima receiver.
Selain itu, garis lurus yang terbentuk antara antenna pemancar dan penerima atau RF Line Of Sight RF LoS akan membentuk zona Fresnel. Pada zona
Fresnel, zona gasal memiliki interferensi konstruktif dan zona genap memiliki interferensi destruktif. Hal ini terjadi karena halangan pada zona Fresnel pertama
akan menghasilkan sinyal dengan fasa 0-90 derajat, pada zona kedua berkisar antara 90-270 derajat, zona ketiga berkisar antara 270-450 derajat dan seterusnya.
Forward Backward
3O 3B
6O 6B
954.9075 m 439.4503 m
9O 9B
9O 9B
954.916 m 859.4226 m
12A 12B
1718.862 m -