Model Problem Based Intruction PBI

unsur pokok yaitu perubahan perilaku, pengalaman dan lamanya waktu perubahan perilaku yang dimiliki oleh siswa. Pembelajaran menurut Gestalt adalah usaha guru untuk memberikan materi pelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa mudah mengorganisasinya mengaturnya menjadi suatu gestalt pola bermakna. Sedangkan pembelajaran menurut teori kognitif adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang dipelajari Darsono et all 2000. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran Hamalik 2008. Berdasarkan pengertian tersebut maka pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha guru untuk membelajarkan siswa sehingga siswa paham terhadap suatu konsep dan tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Proses pembelajaran ini tidak terbatas dalam ruang saja, tetapi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti membaca buku, belajar di kelas ataupun di organisasi yang ada di sekolah. Dalam proses pembelajaran diperlukan guru, siswa, kurikulum, lingkungan, dan saranaprasarana agar pembelajaran mencapai keberhasilan. Guru harus mampu memilih model pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi yang dapat mendorong siswa aktif dalam pembelajaran. Jika guru dan siswa sama-sama aktif dalam pebelajaran maka siswa akan termotivasi dan tidak merasa bosan dalam pembelajaran. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Intruction Pembelajaran Berbasis Masalah. Pembelajaran berbasis masalah ini menghadapkan siswa pada suatu masalah yang mampu membangkitkan keingintahuan siswa untuk melakukan penyelidikan, sehingga dapat menemukan sendiri jawaban dari permasalahan dan mengkomunikasikannya kepada orang lain.

2. Model Problem Based Intruction PBI

Model pembelajaran Problem Based Intruction PBI merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan pendekatan kontekstual dimana dalam konsepnya membantu guru dalam menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi kehidupan nyata siswa. Hal ini akan mendorong siswa untuk menghubungkan antara pengetahuan yang diperoleh dengan kehidupan sehari-hari Depdiknas 2003. Menurut Wena 2009 model PBI merupakan suatu model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Dua hal yang harus dijadikan pedoman dalam menyajikan permasalahan yaitu, pertama bahwa permasalahan harus sesuai dengan konsep dan prinsip yang akan dipelajari dan kedua, bahwa permasalahan yang disajikan harus real artinya sesuai dengan kehidupan sehari-hari Prayekti 2006. Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada pemberdayaan peserta didik untuk melakukan riset, mengintegrasikan teori dan konsep, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan solusi yang layak untuk masalah yang didiskusikan Savery 2006. Menurut Arends dalam Trianto 2007 pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri Ibrahim dan Nur 2000. Ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah adalah : a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Masalah yang diajukan berupa situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi tersebut. Masalah yang baik harus memenuhi beberapa kriteria antara lain : 1 Masalah itu harus autentik, artinya bahwa masalah harus lebih berakar pada pengalaman dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu lain. 2 Masalah yang diberikan sebaiknya tidak terdefinisi secara ketat, hal ini untuk mencegah jawaban sederhana dan menghendaki alternatif pemecahan. 3 Bermakna bagi siswa, masalah yang diberikan seharusnya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual mereka. 4 Bersifat luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang diajarkan sesuai dengan waktu, tempat dan sumber daya yang terbatas. Selain itu masalah yang telah disusun tersebut haruslah didasarkan pada tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. 5 Bermanfat, masalah yang dibuat dan dirumuskan harus bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun bagi guru yang membuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah serta meningkatkan motivasi belajar siswa. b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin, artinya masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau dari banyak mata pelajaran. c. Penyelidikan autentik, siswa harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen jika diperlukan, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. d. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dan bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan e. Kerjasama, pelaksanaan pembelajaran paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Kerjasama ini memotivasi siswa untuk terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog, mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir Ibrahim dan Nur 2000. Pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan pada tabel 1. Tabel 1 Sintaks Pengajaran Problem Based Intruction PBI Tahap Aktivitas Guru Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan hal-hal penting yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membagi siswa ke dalam kelompok, kemudian guru membantu siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisir tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka membagi tugas dengan temannya Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang digunakan sumber: Ibrahim dan Nur 2000 Ibrahim dan Nur 2000 menyatakan bahwa kelebihan dan kelemahanhambatan model PBI adalah sebagai berikut: Kelebihan PBI 1. Mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas 2. Mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain 3. Melibatkan siswa dalam penyelidikan. Hal ini memungkinkan siswa menjelaskan dan membangun pemahamannya sendiri mengenai fenomena tersebut 4. Membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Bimbingan guru kepada siswa secara berulang-ulang, mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri. Siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri dalam hidupnya kelak. Kelemahan PBI 1. Kondisi kebanyakan sekolah tidak kondusif untuk pembelajaran dengan model PBI. Dalam pelaksanaannya, PBI memerlukan sarana dan prasarana yang tidak semua sekolah memilikinya. Sebagai contoh, banyak sekolah yang belum memiliki fasilitas laboratorium cukup memadai untuk kelengkapan pelaksanaan PBI 2. Pelaksanaan PBI memerlukan waktu yang cukup lama. Standar 40-50 menit untuk satu jam pelajaran yang banyak dijumpai di berbagai sekolah tidak mencukupi standar waktu pelaksanaan PBI yang melibatkan aktivitas siswa di luar sekolah 3. Model PBI tidak mencakup semua informasi atau pengetahuan dasar. Siswa tidak dapat memperoleh pemahaman materi secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena standar satu jam pelajaran di sekolah yang tidak mencukupi untuk pelaksanaan PBI Beberapa peneliti yang sudah menerapkan model pembelajaran PBI dalam penelitiannya yaitu Afcariano 2008 menyimpulkan bahwa model pembelajaran PBI dapat meningkatkan keterampilan berfikir melalui kemampuan bertanya dan menjawab siswa karena siswa lebih tertarik dan memahami permasalahan yang mereka temukan. Permasalahan yang dihadapi siswa berasal dari kenyataan di lingkungan sekitar pula. Terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada akhir siklus pembelajaran yang dilakukan, karena pembelajaran menggunakan model PBI ini dapat mengaktifkan siswa, guru hanya sebagai fasilitator, motivator, organisator dan melakukan bimbingan dalam mengarahkan penyelidikan Festiyed 2008. Model PBI juga efektif meningkatkan minat belajar, keterampilan pemecahan masalah dan hasil hasil belajar siswa Wayan 2007. Menurut Bilgin et all 2009 pembelajaran berdasarkan masalah berpengaruh positif terhadap prestasi siswa dalam memecahkan masalah, siswa tidak hanya menghafal saja tetapi juga menggunakan pengetahuan yang dia miliki untuk memecahkan masalah.

3. Keterampilan Proses Siswa