Account Officer AO Prosedur Pemberian Pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah

k. Account Officer AO

Fungsi Utama: Melayani pengajuan pembiayaan, melalui analisis kelayakan serta memberikan rekomendasi atas pengajuan pembiayaan sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. Tanggung Jawab: 1. Memastikan seluruh pengajuan pembiayaan telah diproses sesuai dengan proses yang sebenarnya. 2. Memastikan analisis pembiayaan telah dilakukan dengan tepat dan lengkap sesuai dengan kebutuhan dan mempresentasikan dalam rapat komite. 3. Terselesaikannya pembiayaan bermasalah. 4. Melihat peluang dan potensi pasar yang ada dalam upaya pengembangan pasar. 5. Melakukan penanganan atas angsuran pembiayaan yang dijemput ke lokasi pasar.

l. Collector

Fungsi Utama: Menjemput setoran baik angsuran pembiayaan maupun setoran tabungan mitra. Tanggung Jawab: 1. Memastikan angsuran yang harus dijemput telah ditagih sesuai dengan waktunya. 2. Memastikan tidak ada selisih dana antara yang dijemput dengan dana yang disetor ke BMT.

4.1.5. Produk-produk KBMT Wihdatul Ummah

A. Produk Funding 1. Tabungan a. Tamam Tabungan Mitra Muamalah Jenis tabungan yang ditujukan untuk kalangan umum. b. Taawun Tabungan untuk Tolong-Menolong Jenis tabungan yang ditujukan hanya untuk anggota. 2. Deposito Merupakan produk funding dengan setoran minimal Rp 100.000 dan kelipatannya serta menggunakan akad mudharabah. B. Produk Financing Pembiayaan 1. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Jual Beli Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli merupakan penyediaan barang modal maupun investasi untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja maupun investasi. Karena sifatnya jual beli maka transaksi ini harus memenuhi rukun jual beli. Dilihat dari segi manfaatnya sistem jual beli ini dapat dibagi menjadi: Al Murabahah dan Al Ijaroh. a. Al Murabahah Jual beli ini dapat berlaku secara umum untuk semua barang yang dapat diadakan seketika ketika terjadi transaksi. b. Al Ijaroh Merupakan akad perpaduan antara sewa dengan jual beli. Yakni sewa-menyewa yang diakhiri dengan pembelian karena terjadi pemindahan hak. BMT sebagai penyedia barang pada hakikatnya tidak berhajat akan barang tersebut, sehingga angsuran dari nasabah bisa dihitung sebagai biaya pembelian, dan di akhir waktu setelah lunas barang menjadi milik anggotanasabah. 2. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Jasa Pada pembiayaan ini biasanya dalam bentuk Al Hiwalah yaitu pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada si penanggung. Dalam prakteknya Al Hiwalah ini berupa factoring atau anjak piutang yakni mitra anggota yang memiliki piutang mengalihkan piutang tersebut kepada BMT dan BMT membayarkan kepada mitra dan BMT akan menagih kepada orang yang berhutang. 3. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Kerja Sama Merupakan pembiayaan kepada anggota atau mitra BMT yang menyertakan sejumlah modal baik uang tunai maupun barang untuk meningkatkan produktivitas usaha. Atas dasar ini BMT akan bersepakat dalam nisbah bagi hasil. 4. Pinjaman Kebajikan Pembiayaan yang diberikan kepada mitra BMT yang tujuannya untuk kebajikan tolong menolong, sehingga besarnya pengembalian pinjaman adalah sama dengan besarnya pinjaman.

4.1.6. Karakteristik Portofolio Pembiayaan Mitra KBMT Wihdatul

Ummah Secara umum portofolio pembiayaan mitra KBMT Wihdatul Ummah terdiferensiasi atas sektor usaha, wilayah, serta berdasarkan tingkat plafond pinjaman. Berdasarkan sektor usaha, portofolio pembiayaan mitra KBMT Wihdatul Ummah terbagi atas sektor perdagangan, jasa, industri rumahan, industri, dan sektor lain-lain. Pada tahun 2005 sektor perdagangan memiliki persentase paling besar yaitu 63 persen, sektor jasa 32 persen, industri rumahan tiga persen, industri sebesar satu persen dan sektor lain-lain satu persen. Hal ini dapat dilihat pada gambar grafik di bawah ini. , perdagangan 63 industri rumahan, 3 lain-lain, 1 industri, 1 jasa, 32 Gambar 10. Karakteristik portofolio pembiayaan mitra KBMT WU berdasarkan sektor usaha Data internal KBMT WU Sedangkan dari besarnya tingkat plafond, portofolio pembiayaan mitra KBMT Wihdatul Ummah pada tahun 2005 dengan tingkat plafond Rp 200.000- Rp 500.000 sebesar 9,7 persen; Rp 500.000- Rp 1.000.000 sebesar 14,6 persen; Rp 1.000.000– Rp 3.000.000 sebesar 30,5 persen; Rp 3.000.000– Rp 5.000.000 sebesar 15,5 persen; Rp 5.000.000– Rp 1000.000 sebesar 10,5 persen dan plafond diatas Rp 10.000.000 sebesar 19,2 persen. 1-3 Jt, 30.50 3-5 Jt, 15.50 5-10 Jt, 10.50 10 Jt, 19.20 500-1 Jt, 14.60 200-500 Rb, 9.70 Gambar 11. Karakteristik portofolio pembiayaan mitra KBMT WU berdasarkan plafond Data internal KBMT WU Berdasarkan wilayah portofolio pembiayaan mitra KBMT Wihdatul Ummah pada tahun 2005 terbagi atas: 1. Wilayah inti sebesar 71,49 persen mencakup wilayah Gunung batu, pasar Anyar, Merdeka, Taman Topi, Panaragan, Ciomas. 2. Wilayah non inti sebesar 14,05 persen mencakup wilayah Jakarta. 3. Wilayah sekitar inti sebesar 13,22 persen mencakup wilayah Sukasari, Sindang Barang, Cilendek, Warung Jambu 4. Di luar kabupaten sebesar 1,24 persen mencakup Bandung, Ciasem. Seperti yang terlihat pada gambar 12. non inti, 14.05 sekitar inti, 13.22 luar kabupaten, 1.24 inti, 71.49 Gambar 12. Karakteristik portofolio pembiayaan mitra KBMT WU berdasarkan wilayah Data internal KBMT WU

4.1.7. Perkembangan KBMT Wihdatul Ummah A. Perkembangan Aktiva dan Pembiayaan KBMT Wihdatul

Ummah Sejak didirikan pada tahun 1994 hingga sekarang KBMT Wihdatul Ummah mengalami perkembangan baik dari sisi aktiva maupun pembiayaan yang diberikan. Perkembangan jumlah aktiva KBMT Wihdatul Ummah mengalami kenaikan dalam lima tahun terakhir ini. Pada tahun 2000 aktiva KBMT Wihdatul Ummah sebesar Rp 993.109.586,25 kemudian meningkat pada tahun 2001 menjadi Rp 1.350.712.534,80 tetapi pada tahun 2003 mengalami penurunan aktiva dari Rp 1.619.450.205,14 pada tahun 2002 menjadi Rp 1.506.605.721,00. Pada tahun selanjutnya mengalami peningkatan aktiva yang sangat drastis yaitu Rp 2.147.573.077,00 dan pada akhirnya tahun 2005 aktiva KBMT Wihdatul Ummah sebesar Rp 2.660.520.280,00. Seperti yang terlihat pada gambar 13. Pertumbuhan Aktiva BMT Wihdatul Ummah 500000000 1000000000 1500000000 2000000000 2500000000 3000000000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Ru p ia h Gambar 13. Perkembangan aktiva KBMT WU Data internal KBMT WU Demikian juga pembiayaan mengalami kenaikan yang cukup pesat dalam lima tahun terakhir ini. Pembiayaan pada tahun 2000 sebesar Rp 1.798.600.000,00 kemudian meningkat pada tahun 2001 menjadi Rp 2.034.739.479,00. Pada tahun 2003 jumlah pembiayaan mengalami penurunan dari Rp 2.259.322.500,00 pada tahun 2002 menjadi Rp 2.214.713.050,00. Pada tahun 2004 terjadi kenaikan pembiayaan menjadi Rp 3.347.312.150,00 dan pada akhirnya tahun 2005 juga meningkat pesat menjadi Rp 5.711.935.000,00. seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Pertumbuhan Pembiayaan BMT Wihdatul Ummah 1000000000 2000000000 3000000000 4000000000 5000000000 6000000000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Ru p ia h Gambar 14. Perkembangan pembiayaan Data internal KBMT WU

B. Perkembangan Kondisi Kesehatan KBMT Wihdatul Ummah

Perkembangan KBMT Wihdatul Ummah jika ditinjau dari tingkat kesehatan dapat dilihat dari tingkat kecukupan modal Capital Adequacy RatioCAR, kualitas aktiva produktif KAP, rentabilitas, serta likuiditas. Tabel 3. Perkembangan kesehatan KBMT Wihdatul Ummah Tahun 2004 Tahun 2005 Laba Bersih 32.539.151 41.012.448 Dana Pihak Ketiga 2.025.854.695 2.507.557.573 Pembiayaan 1.847.605.372 2.269.539.831 CAR 5.70 6.25 NPF Gross 3.7 10 NPF Net 2.28 7.71 FDR 92.53 90.51 Rasio CPP PPAP 105 94.95 ROA 1.52 1.54 BOPO 97.25 96.16 Sumber: Laporan Keuangan KBMT WU 2004 dan 2005 diolah Tabel di atas menunjukkan kondisi kesehatan KBMT Wihdatul Ummah pada tahun 2004 dan 2005. CAR mencerminkan kemampuan BMT dalam hal permodalan, CAR yang semakin tinggi adalah semakin bagus karena terkait dalam kemampuan BMT untuk menampung kerugian yang lebih tinggi. Data per Desember 2005 menunjukkan CAR KBMT Wihdatul Ummah sebesar 6.25 persen, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 5.7 persen. Apabila dilihat dari sisi rentabilitas kualitas kesehatan KBMT Wihdatul Ummah cenderung meningkat, hal ini dapat dilihat dari kenaikan tingkat ROA Return On Asset dari 1.52 persen pada tahun 2004 meningkat menjadi 1.54 persen pada tahun 2005. ROA mencerminkan kemampuan untuk menghasilkan laba. Pada aspek likuiditas dapat terlihat dari tingkat FDR Financing To Deposit Ratio yang dibentuk dimana hanya mengalami sedikit perubahan yaitu 92.53 persen pada tahun 2004 ke tingkat 90.51 persen pada tahun 2005. Jika dilihat dari tingkat kesehatan dalam pembiayaan KBMT Wihdatul Ummah mengalami penurunan dalam kualitas pembiayaan. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan NPF Non Performing Financing yaitu pembiayaan yang tidak tertagih serta adanya penurunan rasio CPP dari 105 persen pada tahun 2004 ke tingkat 94.95 persen pada tahun 2005. Hal ini mencerminkan penurunan kualitas terhadap pencadangan yang dilakukan terhadap pembiayaan bermasalah yang terjadi. Tingkat kolektibilitas pembiayaan pada tahun 2004 dan 2005 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Perkembangan kolektibilitas KBMT Wihdatul Ummah Klasifikasi 2004 2005 Lancar 96.3 90.0 Kurang lancar 2.4 8.2 Diragukan 0.1 0.7 Macet 1.1 1.1 Sumber: Laporan Keuangan KBMT WU 2004 dan 2005 Persentase pembiayaan macet cenderung tidak mengalami perubahan, sedangkan untuk kolektibilitas diragukan mengalami peningkatan pada tahun 2005. Hal ini lebih disebabkan adanya penggusuran pedagang kaki lima yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor yang berdampak pada pedagang yang sebagaian besar adalah mitra KBMT Wihdatul Ummah.

4.2. Prosedur Pemberian Pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah

Mitra yang melakukan pengajuan ke KBMT Wihdatul Ummah terbagi dua, yaitu mitra anggota dan mitra biasa. a. Mitra Anggota Merupakan mitra BMT yang berasal dari mitra biasa yang telah mendapatkan pelatihan dari KBMT Wihdatul Ummah dan bersedia menjadi anggota KBMT Wihdatul Ummah. Proses yang harus dilewati oleh mitra ini adalah PCAG Pelatihan Calon Anggota dan PAG Pelatihan Anggota. KBMT Wihdatul Ummah memberikan tawaran kepada anggota yang dipandang berprestasi untuk mengikuti pelatihan dalam rangka seleksi untuk menjadi anggota. Proses yang harus ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Pelatihan Tahap 1 bulan Januari

Pada pelatihan ini mitra diberikan materi mengenai koperasi dan BMT baik yang menyangkut anggaran dasar koperasi, hak dan kewajiban anggota serta mengenai SHU Sisa Hasil Usaha.

2. Pendalaman Materi 1

Pendalaman materi dalam pelatihan 1 yang dilakukan pada bulan Februari, Maret, April dan Mei setiap 1 bulan sekali di KBMT Wihdatul Ummah selama 2 jam. 3. Pelatihan Tahap 2 Pada pelatihan ini mitra diberikan pembekalan untuk menghitung Beban Pokok Penjualan, pengaturan ekonomi rumah tangga, pembukuan sederhana, analisis kebutuhan modal. Pelatihan dilakukan pada bulan JuniJuli.

4. Pendalaman Materi 2

Pendalaman materi dalam pelatihan 2 yang dilakukan pada bulan Juli, Agustus, September, Oktober dan November setiap 1 bulan sekali di KBMT Wihdatul Ummah selama 2 jam. 5. Penerimaan Anggota Pelatihan yang diselenggarakan pada bulan Desember untuk menentukan penerimaan anggota. b. Mitra Biasa Merupakan mitra KBMT Wihdatul Ummah yang tidak menjadi anggota. Proses pengajuan pembiayaan pada KBMT Wihdatul Ummah meliputi proses sebagai berikut. 1. Pengajuan Pembiayaan Untuk memperoleh fasilitas pembiayaan maka tahap pertama mitra mengajukan permohonan pembiayaan kepada KBMT Wihdatul Ummah. Mitra dapat melakukan pengajuan pembiayaan secara langsung datang ke BMT atau secara tidak langsung hal ini berlaku untuk mitra lama. Untuk pengajuan pembiayaan dilakukan oleh bagian Janas Jasa Nasabah, di mana mitra pengaju akan diwawancara untuk pengisian APP Aplikasi Permohonan Pembiayaan. Informasi-informasi mitra yang terdapat pada APP menyangkut: a. Identitas diri mitra pengaju b. Tujuan penggunaan dana, jumlah yang diajukan, aqad pembiayaan, rencana pembayaran, jaminan. c. Pendekatan syarat BMT yaitu menyangkut: lama usaha minimal 1 tahun, plafond di bawah BMPK, jangka waktu di bawah 18 bulan, persetujuan istrisuami dan pembiayaan diangsur dari modal kerja. d. Gambaran aktiva keluarga e. Profil keuangan rumah tangga f. Profil usaha g. Denah lokasi rumah dan lokasi usaha Apabila pendekatan syarat BMT tidak terpenuhi maka Janas dapat menyampaikan langsung penolakan pembiayaan kepada mitra pengaju. Setelah data lengkap dan mitra telah melampirkan salinan identitas diri beserta kartu keluarga, maka Janas mendistribusikan APP kepada Kepala Bagian Marketing untuk kemudian diproses selanjutnya. Kepala bagian marketing bertugas untuk menunjuk AO Account Officer yang akan memproses pembiayaan yang diajukan tersebut. 2. Analisis Pengajuan Pembiayaan Sementara usulan pembiayaan diproses oleh AO, AO mengajukan permohonan investigasi pembiayaan, seperti taksasi penilaian jaminan, permohonan informasi calon peminjam melalui analisis yuridis ke bagian administrasi pembiayaan. Investigasi informasi yang berkaitan dengan calon peminjam juga dapat dilakukan dengan wawancara informal kepada pihak-pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha atau calon peminjam seperti tetangga, supplier bahan baku, rekanan usaha, karyawan, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk memastikan capacity kemampuan calon peminjam untuk mengembalikan pinjamannya dan nilai pinjaman yang harus diberikan oleh BMT. Proses ini merupakan proses yang paling penting bagi pihak pemberi dana BMT, untuk memastikan keamanan dana yang diberikan serta meminimalkan risiko yang mungkin terjadi di waktu- waktu yang akan datang. AO yang memproses pembiayaan melakukan investigasi usulan pembiayaan. Langkah awal yang dilakukan adalah analisis data pada APP untuk bahan dalam melakukan survei usaha dan rumah atau biasa disebut dengan On The Spot OTS. Hal ini dilakukan untuk penyelidikan data yang ada pada APP apakah sesuai dengan di lapangan untuk selanjutnya akan dibuat MAP Memorandum Analisa Pembiayaan. Apabila ternyata tidak terdapat kesesuaian antara data pada APP dengan hasil survei maka pembiayaan yang diajukan akan ditolak. Hasil survei digunakan untuk menyusun MAP, di mana terdapat informasi-informasi berupa: a. Profil keluarga b. Profil usaha c. Pengajuan d. Analisis dan rekomendasi Dalam bagian ini terdapat pendekatan syarat BMT, pendekatan karakter, pendekatan kelayakan usaha, pendekatan jaminan, pendekatan saving power, pendekatan titik-titik kritis, rekomendasi dari AO proses untuk menentukan plafond dan jumlah angsuran. e. Keputusan akhir rapat komite Secara umum dalam MAP terdapat penilaian 5 C Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition. 3. Persetujuan Komite Sirkuler BMT Berkas MAP yang telah diproses oleh AO selanjutnya diajukan ke komite sirkuler. Dalam hal ini disebut komite sirkuler yang terdiri dari pejabat 1 yaitu kepala bagian marketing dan pejabat 2 adalah Manajer. Berkas MAP didistribusikan kepada komite 1 dan 2 untuk selanjutnya ada RTL Rencana Tindak Lanjut apabila ada pertanyaan dari komite 1 dan 2 tentang hasil MAP, dan kemudian dikembalikan kepada AO untuk dijawab. Jika pembiayaan telah mendapat persetujuan dari komite maka AO melakukan negosiasi dengan mitra untuk memberitahu besarnya plafond, jumlah angsuran dan cara pembayaran. Apabila mitra menyetujui maka mitra menandatangani lembar persetujuan negosiasi untuk selanjutnya dibuat Surat Persetujuan Pembiayaan SPP dan semua berkas pembiayaan diserahkan kepada bagian Administrasi pembiayaan untuk selanjutnya dimintakan tanda tangan komite pembiayaan. 4. Pengikatan Pembiayaan dan Dropping Dana Setelah usulan pembiayaan tersebut mendapat persetujuan dari Komite Pembiayaan, tahap selanjutnya bagian admistrasi pembiayaan mempersiapkan pengikatan pembiayaan akad pembiayaan. Sebelum dilakukan pengikatan, semua dokumen asli dan dokumen jaminan harus telah diterima. Setelah dilakukan pengikatan pembiayaan, proses dropping realisasi dana dapat dilakukan. Dropping dana dilakukan oleh Kepala Bagian Operasional, apabila yang bersangkutan tidak ada maka diganti oleh Kepala Bagian Marketing, apabila yang bersangkutan juga tidak ada maka dilakukan oleh Admp Admisitrasi Pembiayaan dan apabila tidak ada juga maka diganti oleh AO tetapi bukan AO yang memproses pembiayaannya. Pada waktu droping dibacakan akadnya dan dilakukan verifikasi tanda tangan calon peminjam. 5. Monitoring Kegiatan ini dilakukan setiap hari Selasa dengan tujuan untuk melihat prestasi angsuran dari mitra dalam satu minggunya khususnya untuk mitra dengan sistem angsuran harian. Selain itu tujuan kegiatan ini adalah menentukan tindakan yang seharusnya dilakukan untuk menangani pembiayaan yang bermasalah dari mitra yang angsuran prestasinya kurang bagus.

4.3. Faktor-faktor yang Dijadikan Pertimbangan dalam Pemberian