Analisis pengaruh social capital terhadap repayment rate pada lembaga keuangan mikro syariah (Studi kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor)
ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL
TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN
MIKRO SYARIAH
(
Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor)
Oleh
WAWAN KURNIA
H14103116
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
(2)
RINGKASAN
WAWAN KURNIA
.
Analisis Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate(Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO dan JAENAL EFFENDI).
Usaha kecil dan mikro (UKM) berperan cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi, menyerap tenaga kerja melalui penciptaan lapangan pekerjaan, dan mengatasi masalah kemiskinan. Tetapi dalam perkembangannya, UKM mengalami keterbatasan dalam mengakses permodalan. Porsi kredit yang diberikan perbankan kepada sektor UKM masih terbatas. Kredit perbankan lebih banyak diberikan kepada sektor-sektor ekonomi unggulan dan mempunyai risiko pembiayaan yang rendah.
Salah satu mekanisme pembiayaan yang menjangkau pelaku UKM adalah
Baitul Maal wat Tamwil (BMT). BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah
yang membantu pengembangan UKM. BMT memadukan aktivitas ekonomi dan sosial dalam pengembangan bisnisnya. Salah satu BMT yang memiliki kinerja yang baik di Kota Bogor adalah Koperasi Baitul Maal wat Tamwil (KBMT) Wihdatul Ummah. KBMT Wihdatul Ummah memberikan pembiayaan kepada sektor UKM dengan memberikan kredit secara perorangan dan kelompok. BMT memberikan kredit dengan persyaratan yang lebih mudah, adanya pembinaan kepada nasabahnya berupa pelatihan, dan mengutamakan prinsip kekeluargaan dalam pembiayaannya. Hal tersebut menunjukkan adanya beberapa indikator social capital.
Eksistensi KBMT Wihdatul Ummah dalam memberikan pembiayaan kepada sektor UKM menarik untuk diteliti berkaitan dengan adanya pengaruh social capital
terhadap repayment rate. Oleh karena itu, tujuan umum penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah tetap
survive memberikan pembiayaan kepada UKM berkaitan dengan adanya indikator
social capital. Sedangkan tujuan spesifiknya adalah: (1) Menganalisis secara
deskriptif perbedaan pembiayaan pada kredit perorangan dan kredit kelompok berkaitan dengan indikator social capital yang mempengaruhi repayment rate. (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi repayment rate berkaitan dengan indikator social capital.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder untuk melakukan analisis sesuai dengan tujuan tersebut. Data primer diperoleh melalui studi kasus di KBMT Wihdatul Ummah dengan wawancara langsung terhadap nasabah dan pengurus KBMT Wihdatul Ummah. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode non probabilitas (non acak). Data yang diperoleh diolah dengan
software E-Views 4.1 dan SPSS 13. Metode analisis yang digunakan adalah metode
analisis regresi binary dengan model probit dan analisis secara deskriptif dengan metode frekuensi dan tabulasi silang (cross tabs).
Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data diketahui bahwa mekanisme pembiayaan yang diterapkan di KBMT Wihdatul Ummah memiliki kelebihan dibandingkan mekanisme yang diterapkan di perbankan, yaitu adanya indikator social capital yang mendukung KBMT Wihdatul Ummah tetap survive
(3)
kredit perorangan berkaitan dengan indikator social capital adalah tingkat kepercayaan yang diberikan KBMT Wihdatul Ummah kepada kelompok lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari besarnya kredit yang diberikan dan lebih singkatnya waktu pencairan pada pengajuan kredit pertama kali. Tingkat kepercayaan dan tingkat pengembalian kredit yang lebih baik menunjukkan indikator social capital kredit kelompok lebih baik daripada kredit perorangan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa indikator social capital yang berpengaruh signifikan terhadap repayment rate adalah hubungan antar anggota, jarak antar rumah anggota, kepercayaan, status keanggotaan, jumlah pertemuan, dan jarak antara rumah nasabah dengan KBMT Wihdatul Ummah. Sedangkan indikator diluar
social capital yang berpengaruh signifikan terhadap repaymnent rate adalah capital
dan character.
Indikator social capital yang signifikan tersebut memiliki pengaruh terhadap
repayment rate. Jika semakin dekat hubungan yang dimiliki antar anggota, maka
ikatan kekeluargaan akan semakin kuat dan berpengaruh positif terhadap produktivitas usaha, implikasinya repayment rate-nya semakin lancar. Jika semakin baik tingkat kepercayaan KBMT Wihdatul Ummah kepada nasabah, maka nasabah akan semakin bertanggung jawab sehingga repayment rate-nya semakin baik. Semakin besar capital
yang dimiliki nasabah, produktivitas usahanya akan semakin meningkat sehingga
repayment rate-nya semakin baik. Jika semakin baik character nasabah berupa
ketepatan dalam melunasi pembayaran dan memiliki hubungan yang baik di lingkungannya, maka akan memiliki repayment rate yang semakin baik. Jika semakin jauh jarak rumah nasabah ke KBMT Wihdatul Ummah atau ke rumah anggota lainnya, maka hubungan dengan pengurus atau dengan anggota lainnya semakin berkurang dan repayment rate-nya semakin kurang baik. Sebagian besar nasabah yang berstatus sebagai mitra adalah nasabah yang memiliki aset usaha besar dan tidak ada waktu untuk menghadiri pertemuan sehingga repayment rate-nya berhubungan negatif. Tetapi sebagian besar nasabah merasakan manfaat yang baik dengan adanya pertemuan tersebut.
Kekurangan dalam penelitian ini adalah hasil penelitian ini belum dapat merepresentasikan pengaruh social capital secara nasional karena keterbatasan waktu, biaya, dan akses untuk mendapatkan data nasabah pembiayaan dalam pengambilan sampel. Indikator social capital belum dapat dilihat dengan nilai indeks karena nasabah sibuk dengan usahanya sehingga variasi nilai indeks social capital yang dimiliki terbatas. Maka disarankan untuk penelitian selanjutnya dibidang lain, agar dapat lebih jelas melihat nilai social capital sebaiknya menggunakan nilai indeks.
(4)
ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL
TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN
MIKRO SYARIAH
(
Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor)
Oleh
WAWAN KURNIA
H14103116
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
(5)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Wawan Kurnia
NRP : H14103116
Judul Skripsi :Analisis Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Nunung Nuryartono, Ph.D Jaenal Effendi, S.Ag, MA NIP. 132 104 952 NIP. 132 317 142
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, Ms NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :
(6)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAINNYA.
Bogor, Mei 2007
Wawan Kurnia H14103116
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama Wawan Kurnia lahir di Karawang pada tanggal 1 Januari 1984. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari Ayahanda Rosid dan Ibunda Acem Mugiana. Penulis pernah mengikuti pendidikan di SDN Dayeuh Luhur I dan tamat pada tahun 1996 serta mengikuti pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Jannah hingga lulus tahun 1996. Melanjutkan ke tingkat SLTP, di SLTPN II Tempuran lulus tahun 1999, Selanjutnya penulis melanjutkan ke tingkat SMU, di SMUN I Karawang lulus tahun 2002.
Penulis juga melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis memasuki IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi. Penulis aktif di BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) sebagai Ketua Departemen Kewirausahaan periode 2003 - 2004. Ditingkat dua, penulis juga aktif di Himpunan Profesi, yaitu HIPOTESA (Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan) sebagai Ketua Umum periode 2004 - 2005 serta Menjadi Ketua Kajian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuam Agama Islam di ROHIS EKBANG 40 (Rohani Islam Ekonomi Pembangunan). Di tingkat tiga Penulis juga aktif di DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa periode 2005 - 2006) sebagai Ketua Komisi III/Komisi Eksternal, di samping itu masih aktif di HIPOTESA sebagai Dewan Penasehat Hipotesa (DPH HIPOTESA).
Selain aktif di berbagai organisasi penulis pernah menjadi Asisten Dosen Mata Kuliah Ekonomi Umum dari tahun 2004 - 2006. Penulis juga pernah mendapat Beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) periode 2004 - 2005 dan pada tahun 2006 sampai tahun 2007 penulis mendapatkan beasiswa dari Yayasan Goodwill International Leadership hingga menyelesaikan kuliah di IPB.
(8)
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “ Analisis Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Jl. Gunung Batu, Kota Bogor) ”.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa tarima kasih kepada Nunung Nuryartono, Ph.D dan Jaenal Effendi, S.Ag, MA yang telah memberikan masukan dan bimbingan selama penulisan skripsi ini, serta pengurus KBMT Wihdatul Ummah dan rekan-rekan yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis membutuhkan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini. Penulis berharap agar penelitian selanjutnya mampu melengkapi kekurangan yang ada dalam karya penulisan ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi perkembangan perekonomian syariah di Indonesia.
Bogor, Mei 2007
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
DAFTAR SINGKATAN ... xvi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA... 11
2.1. Kredit Perbankan ... 11
2.2. Pembiayaan Mikro (Microfinance) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) ... 13
2.3. UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)... 16
2.4. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ... 18
2.4.1. Pengertian dan Latar Belakang BMT... 18
2.4.2. Ciri-ciri BMT ... 20
2.4.3. Badan Hukum BMT... 21
2.4.3.1. BMT dalam Bentuk KSM ... 21
2.4.3.2. BMT dalam Bentuk Koperasi ... 21
2.4.4. Kegiatan-kegiatan BMT... 22
2.4.4.1. Kegiatan bidang keuangan ………....22
2.4.4.2. Kegiatan non Keuangan ... 24
2.4.5. Permodalan BMT... 25
2.5. Perkembangan Teori Kapital ... 25
(10)
2.5.2. Kapital Menurut Teori Social Capital... 26
2.5.2.1. Definisi Social Capital ... 27
2.5.2.2. Indikator untuk Mengukur Social Capital... 28
2.5.2.3. Fungsi Social Capital... 30
2.6. Model Probit ... 32
2.7. Penelitian–penelitian Terdahulu ... 33
2.8. Kerangka Pemikiran... 36
2.9. Hipotesis Penelitian ... 38
III. METODE PENELITIAN... 39
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39
3.2. Jenis dan Sumber Data... 39
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 40
3.4. Metode Pengambilan Sampel ... 42
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 44
IV. GAMBARAN UMUM KBMT WIHADATUL UMMAH ... 46
4.1. Latar Belakang Pendirian KBMT Wihdatul Ummah ... 45
4.2. Perkembangan KBMT Wihdatul Ummah... 48
4.2.1. Kinerja KBMT Wihdatul Ummah ... 48
4.2.2. Alokasi Pembiayaan Berdasarkan Sektor Usaha ... 49
4.2.3. Penghimpunan Dana Tahun 2005... 50
4.2.4. Tingkat Kesehatan dan Kualitas Aktiva Produktif KBMT Wihdatul Ummah... 51
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 56
5.1. Karakteristik Responden ... 56
5.1.1. Karakteristik Individu ... 56
5.1.2. Karakteritik Usaha ... 58
5.1.3. Karakteristik Pembiayaan ... 62
5.2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah Tetap Survive Memberikan Pembiayaan kepada UKM Berkaitan dengan Adanya Indikator Social Capital... 72
(11)
ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL
TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN
MIKRO SYARIAH
(
Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor)
Oleh
WAWAN KURNIA
H14103116
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
(12)
RINGKASAN
WAWAN KURNIA
.
Analisis Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate(Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO dan JAENAL EFFENDI).
Usaha kecil dan mikro (UKM) berperan cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi, menyerap tenaga kerja melalui penciptaan lapangan pekerjaan, dan mengatasi masalah kemiskinan. Tetapi dalam perkembangannya, UKM mengalami keterbatasan dalam mengakses permodalan. Porsi kredit yang diberikan perbankan kepada sektor UKM masih terbatas. Kredit perbankan lebih banyak diberikan kepada sektor-sektor ekonomi unggulan dan mempunyai risiko pembiayaan yang rendah.
Salah satu mekanisme pembiayaan yang menjangkau pelaku UKM adalah
Baitul Maal wat Tamwil (BMT). BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah
yang membantu pengembangan UKM. BMT memadukan aktivitas ekonomi dan sosial dalam pengembangan bisnisnya. Salah satu BMT yang memiliki kinerja yang baik di Kota Bogor adalah Koperasi Baitul Maal wat Tamwil (KBMT) Wihdatul Ummah. KBMT Wihdatul Ummah memberikan pembiayaan kepada sektor UKM dengan memberikan kredit secara perorangan dan kelompok. BMT memberikan kredit dengan persyaratan yang lebih mudah, adanya pembinaan kepada nasabahnya berupa pelatihan, dan mengutamakan prinsip kekeluargaan dalam pembiayaannya. Hal tersebut menunjukkan adanya beberapa indikator social capital.
Eksistensi KBMT Wihdatul Ummah dalam memberikan pembiayaan kepada sektor UKM menarik untuk diteliti berkaitan dengan adanya pengaruh social capital
terhadap repayment rate. Oleh karena itu, tujuan umum penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah tetap
survive memberikan pembiayaan kepada UKM berkaitan dengan adanya indikator
social capital. Sedangkan tujuan spesifiknya adalah: (1) Menganalisis secara
deskriptif perbedaan pembiayaan pada kredit perorangan dan kredit kelompok berkaitan dengan indikator social capital yang mempengaruhi repayment rate. (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi repayment rate berkaitan dengan indikator social capital.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder untuk melakukan analisis sesuai dengan tujuan tersebut. Data primer diperoleh melalui studi kasus di KBMT Wihdatul Ummah dengan wawancara langsung terhadap nasabah dan pengurus KBMT Wihdatul Ummah. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode non probabilitas (non acak). Data yang diperoleh diolah dengan
software E-Views 4.1 dan SPSS 13. Metode analisis yang digunakan adalah metode
analisis regresi binary dengan model probit dan analisis secara deskriptif dengan metode frekuensi dan tabulasi silang (cross tabs).
Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data diketahui bahwa mekanisme pembiayaan yang diterapkan di KBMT Wihdatul Ummah memiliki kelebihan dibandingkan mekanisme yang diterapkan di perbankan, yaitu adanya indikator social capital yang mendukung KBMT Wihdatul Ummah tetap survive
(13)
kredit perorangan berkaitan dengan indikator social capital adalah tingkat kepercayaan yang diberikan KBMT Wihdatul Ummah kepada kelompok lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari besarnya kredit yang diberikan dan lebih singkatnya waktu pencairan pada pengajuan kredit pertama kali. Tingkat kepercayaan dan tingkat pengembalian kredit yang lebih baik menunjukkan indikator social capital kredit kelompok lebih baik daripada kredit perorangan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa indikator social capital yang berpengaruh signifikan terhadap repayment rate adalah hubungan antar anggota, jarak antar rumah anggota, kepercayaan, status keanggotaan, jumlah pertemuan, dan jarak antara rumah nasabah dengan KBMT Wihdatul Ummah. Sedangkan indikator diluar
social capital yang berpengaruh signifikan terhadap repaymnent rate adalah capital
dan character.
Indikator social capital yang signifikan tersebut memiliki pengaruh terhadap
repayment rate. Jika semakin dekat hubungan yang dimiliki antar anggota, maka
ikatan kekeluargaan akan semakin kuat dan berpengaruh positif terhadap produktivitas usaha, implikasinya repayment rate-nya semakin lancar. Jika semakin baik tingkat kepercayaan KBMT Wihdatul Ummah kepada nasabah, maka nasabah akan semakin bertanggung jawab sehingga repayment rate-nya semakin baik. Semakin besar capital
yang dimiliki nasabah, produktivitas usahanya akan semakin meningkat sehingga
repayment rate-nya semakin baik. Jika semakin baik character nasabah berupa
ketepatan dalam melunasi pembayaran dan memiliki hubungan yang baik di lingkungannya, maka akan memiliki repayment rate yang semakin baik. Jika semakin jauh jarak rumah nasabah ke KBMT Wihdatul Ummah atau ke rumah anggota lainnya, maka hubungan dengan pengurus atau dengan anggota lainnya semakin berkurang dan repayment rate-nya semakin kurang baik. Sebagian besar nasabah yang berstatus sebagai mitra adalah nasabah yang memiliki aset usaha besar dan tidak ada waktu untuk menghadiri pertemuan sehingga repayment rate-nya berhubungan negatif. Tetapi sebagian besar nasabah merasakan manfaat yang baik dengan adanya pertemuan tersebut.
Kekurangan dalam penelitian ini adalah hasil penelitian ini belum dapat merepresentasikan pengaruh social capital secara nasional karena keterbatasan waktu, biaya, dan akses untuk mendapatkan data nasabah pembiayaan dalam pengambilan sampel. Indikator social capital belum dapat dilihat dengan nilai indeks karena nasabah sibuk dengan usahanya sehingga variasi nilai indeks social capital yang dimiliki terbatas. Maka disarankan untuk penelitian selanjutnya dibidang lain, agar dapat lebih jelas melihat nilai social capital sebaiknya menggunakan nilai indeks.
(14)
ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL
TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN
MIKRO SYARIAH
(
Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor)
Oleh
WAWAN KURNIA
H14103116
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
(15)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Wawan Kurnia
NRP : H14103116
Judul Skripsi :Analisis Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Nunung Nuryartono, Ph.D Jaenal Effendi, S.Ag, MA NIP. 132 104 952 NIP. 132 317 142
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, Ms NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :
(16)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAINNYA.
Bogor, Mei 2007
Wawan Kurnia H14103116
(17)
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama Wawan Kurnia lahir di Karawang pada tanggal 1 Januari 1984. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari Ayahanda Rosid dan Ibunda Acem Mugiana. Penulis pernah mengikuti pendidikan di SDN Dayeuh Luhur I dan tamat pada tahun 1996 serta mengikuti pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Jannah hingga lulus tahun 1996. Melanjutkan ke tingkat SLTP, di SLTPN II Tempuran lulus tahun 1999, Selanjutnya penulis melanjutkan ke tingkat SMU, di SMUN I Karawang lulus tahun 2002.
Penulis juga melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis memasuki IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi. Penulis aktif di BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) sebagai Ketua Departemen Kewirausahaan periode 2003 - 2004. Ditingkat dua, penulis juga aktif di Himpunan Profesi, yaitu HIPOTESA (Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan) sebagai Ketua Umum periode 2004 - 2005 serta Menjadi Ketua Kajian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuam Agama Islam di ROHIS EKBANG 40 (Rohani Islam Ekonomi Pembangunan). Di tingkat tiga Penulis juga aktif di DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa periode 2005 - 2006) sebagai Ketua Komisi III/Komisi Eksternal, di samping itu masih aktif di HIPOTESA sebagai Dewan Penasehat Hipotesa (DPH HIPOTESA).
Selain aktif di berbagai organisasi penulis pernah menjadi Asisten Dosen Mata Kuliah Ekonomi Umum dari tahun 2004 - 2006. Penulis juga pernah mendapat Beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) periode 2004 - 2005 dan pada tahun 2006 sampai tahun 2007 penulis mendapatkan beasiswa dari Yayasan Goodwill International Leadership hingga menyelesaikan kuliah di IPB.
(18)
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “ Analisis Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Jl. Gunung Batu, Kota Bogor) ”.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa tarima kasih kepada Nunung Nuryartono, Ph.D dan Jaenal Effendi, S.Ag, MA yang telah memberikan masukan dan bimbingan selama penulisan skripsi ini, serta pengurus KBMT Wihdatul Ummah dan rekan-rekan yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis membutuhkan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini. Penulis berharap agar penelitian selanjutnya mampu melengkapi kekurangan yang ada dalam karya penulisan ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi perkembangan perekonomian syariah di Indonesia.
Bogor, Mei 2007
(19)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
DAFTAR SINGKATAN ... xvi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA... 11
2.1. Kredit Perbankan ... 11
2.2. Pembiayaan Mikro (Microfinance) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) ... 13
2.3. UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)... 16
2.4. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ... 18
2.4.1. Pengertian dan Latar Belakang BMT... 18
2.4.2. Ciri-ciri BMT ... 20
2.4.3. Badan Hukum BMT... 21
2.4.3.1. BMT dalam Bentuk KSM ... 21
2.4.3.2. BMT dalam Bentuk Koperasi ... 21
2.4.4. Kegiatan-kegiatan BMT... 22
2.4.4.1. Kegiatan bidang keuangan ………....22
2.4.4.2. Kegiatan non Keuangan ... 24
2.4.5. Permodalan BMT... 25
2.5. Perkembangan Teori Kapital ... 25
(20)
2.5.2. Kapital Menurut Teori Social Capital... 26
2.5.2.1. Definisi Social Capital ... 27
2.5.2.2. Indikator untuk Mengukur Social Capital... 28
2.5.2.3. Fungsi Social Capital... 30
2.6. Model Probit ... 32
2.7. Penelitian–penelitian Terdahulu ... 33
2.8. Kerangka Pemikiran... 36
2.9. Hipotesis Penelitian ... 38
III. METODE PENELITIAN... 39
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39
3.2. Jenis dan Sumber Data... 39
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 40
3.4. Metode Pengambilan Sampel ... 42
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 44
IV. GAMBARAN UMUM KBMT WIHADATUL UMMAH ... 46
4.1. Latar Belakang Pendirian KBMT Wihdatul Ummah ... 45
4.2. Perkembangan KBMT Wihdatul Ummah... 48
4.2.1. Kinerja KBMT Wihdatul Ummah ... 48
4.2.2. Alokasi Pembiayaan Berdasarkan Sektor Usaha ... 49
4.2.3. Penghimpunan Dana Tahun 2005... 50
4.2.4. Tingkat Kesehatan dan Kualitas Aktiva Produktif KBMT Wihdatul Ummah... 51
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 56
5.1. Karakteristik Responden ... 56
5.1.1. Karakteristik Individu ... 56
5.1.2. Karakteritik Usaha ... 58
5.1.3. Karakteristik Pembiayaan ... 62
5.2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah Tetap Survive Memberikan Pembiayaan kepada UKM Berkaitan dengan Adanya Indikator Social Capital... 72
(21)
5.3. Perbedaan Pembiayaan pada Kredit Perorangan dan Kredit Kelompok Berkaitan dengan Indikator Social Capital
yang Mempengaruhi Repayment Rate... 75
5.3.1. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Status Keanggotaan... 76
5.3.2. Analisis Crosstab Hubungan Skema Kredit dan Jumlah Kredit ... 77
5.3.3. Analisis Crosstab Hubungan Skema Kredit dan Lama Pencairan pada Pengajuan Kredit Pertama ... 77
5.3.4. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Lama Pencairansetelah Pengajuan Kredit Pertama... 79
5.3.5. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Repayment Rate... 80
5.3.6. Analisis Crosstab Hubungan Skema Kredit dan Repayment Rate (lancar atau tidak lancar)... 81
5.4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Repayment Rate... 82
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 88
6.1. Kesimpulan ... 89
6.2. Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 92
(22)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1. Kontribusi Usaha Kecil, Menengah dan Besar Terhadap PDB
Tahun 2001 s.d. 2004 (dalam persentase)... 2 1.2. Jumlah Unit Usaha, Penyerapan Tenaga kerja, dan Produktivitas
Berdasarkan Skala Usaha Tahun 2003 dan 2004... 3 1.3. Perkembangan BMT di Indonesia... 5 l.4. Posisi Kredit Rupiah dan Valuta Asing pada Bank-bank Umum
tahun 2000 s.d 2004 (dalam milyar rupiah) ... 7 3.1. Data yang Digunakan dalam Penelitian ... 40 4.1. Kinerja KBMT Wihdatul Ummah ... 48 4.2. Alokasi Pembiayaan Berdasarkan Sektor Usaha ... 49 4.3. Penghimpunan Dana Tahun 2005 ... 49 4.4. Tingkat Kesehatan KBMT Wihdatul Ummah ... 50 4.5. Kesehatan KBMT Wihdatul Ummah Tahun 2005 dan Proyeksi Tahun 2006... 52 4.6. Kualitas Aktiva Produktif 2005 dan Proyeksi 2006 ... 54 5.1. Hubungan Skema Kredit dengan Bidang Usaha Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah... 57 5.2. Hubungan Skema Kredit dan Besarnya Usaha Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah... 58 5.3. Alasan Memilih BMT ... 63 5.4. Manfaat dan Kesejahteraan yang dirasakan Nasabah KBMT
Wihdatul Ummah... 68 5.5. Bentuk Kesejahteraan yang dirasakan Nasabah KBMT Wihdatul
Ummah... 68 5.6. Kondisi Usaha setelah Pembiayaan ... 69 5.7. Tingkat Pendapatan sebelum dan sesudah Pembiayaan ... 70 5.8. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Status
Keanggotaan... 75 5.9. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Jumlah Kredit ... 77 5.10. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Lamanya
(23)
Pencairan pada Pinjaman Pertama ... 78 5.11. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Lamanya
Pencairan setelah Pinjaman Kredit Pertama ... 79 5.12. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Repayment Rate... 80 5.13. Analisis CrosstabsRepayment Rate (lancar/tidak lancar) dan Skema
Kredit ... 81 5.14. Hasil Estimasi Koefisien Faktor-faktor yang Mempengaruhi
(24)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1. Sistem Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia ... 15 2.2. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 37 3.1. Metode Pengambilan Sampel Nasabah Pembiayaan KBMT Wihdatul
Ummah... 5.1. Usia Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah ... 55 5.2. Tingkat Pendidikan Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah ... 56 5.3. Besarnya Pengeluaran Per Hari Responden Nasabah KBMT
Wihdatul Ummah... 56 5.4. Lama Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Menekuni
Usaha... 59 5.5. Jumlah Tenaga Kerja Responden KBMT Wihdatul Ummah ... 59 5.6. Sumber Modal Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah... 60 5.7. Besarnya Pendapatan Per Tahun Responden Nasabah KBMT
Wihdatul Ummah... 61 5.8. Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang Ikut
Menabung selain Melakukan Pinjaman ... 64 5.9. Besarnya Tabungan Responden Nasabah KBMT Wihdatul
Ummah... 64 5.10. Banyaknya Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah
Mendapatkan Pinjaman... 65 5.11. Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang Mengajukan
Kembali Pinjaman setelah Pinjaman Pertama ... 66 5.12. Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang
Mengalami Peningkatan Pinjaman... 66 5.13. Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang Pernah
(25)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Contoh Kuisioner ... 96 2. Hasil Analisis Probit... 102 3. Karakteristik Responden ... 103 4. Indikator Social Capital... 108
(26)
DAFTAR SINGKATAN
ADB Asian Development Bank
BI Bank Indonesia
BKD Badan Kredit Desa
BMT Baitul Maal wat Tamwil
BOPO Biaya Operasional
BPR Bank Perkreditan Rakyat
BPRS Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPS Badan Pusat Statistik
BRI Bank Rakyat Indonesia
CAMEL Capital Asset Management Earning Liquidity
CAR Capital Adequacy Ratio
DBS Dana Bergulir Syariah
KBMT Koperasi Baitul Maal wat Tamwil KOPONTREN Koperasi Pondok Pesantren KSM Kelompok Swadaya Masyarakat
KSP Koperasi Simpan Pinjam
KUD Koperasi Unit Desa LDR Loan to Deposit Ratio
LKM Lembaga Keuangan Mikro
PINBUK Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil PDB Produk Domestik Bruto
ROA Return On Asset
ROE Return On equito
TPK Tempat Pelayanan Koperasi
UKM Usaha Kecil Mikro
UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah
U2O Unit Usaha Otonom
USP Unit Simpan Pinjam
(27)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan sejumlah kajian di beberapa negara menunjukkan bahwa Usaha Kecil dan Mikro (UKM) berperan cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi, menyerap tenaga kerja melalui penciptaan lapangan pekerjaan, menyediakan barang dan jasa dengan harga murah, serta mengatasi masalah kemiskinan. Disamping itu, UKM juga merupakan salah satu komponen utama dalam pengembangan ekonomi lokal.
Berdasarkan data BPS tahun 2006, kondisi UKM dari tahun 2003 sampai 2006 menunjukkan perkembangan positif. Selama periode ini, kontribusi UKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) rata-rata mencapai 54,8 persen. Secara sektoral aktivitas UKM ini didominasi oleh sektor pertanian, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran (Tabel 1.1).
Kontribusi yang diberikan berdasarkan skala usaha rata-rata tahun 2003 sampai 2006 berdasarkan Tabel 1.1, usaha kecil memiliki persentase PDB tanpa migas terbesar (43,1 persen) dibandingkan usaha menengah (17,6 persen) dan usaha besar (39,3 persen). Usaha Kecil memiliki keunggulan dalam bidang usaha yang memanfaatkan sumber daya alam (pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan perikanan) dan sektor tersier seperti perdagangan, hotel dan restoran. Penciptaan nilai tambah usaha kecil di masing-masing sektor tersebut tercatat rata-rata 87,3 persen dan 75,5 persen selama periode 2003 - 2006.
(28)
Tabel 1.1. Kontribusi Usaha Kecil, Menengah dan Besar terhadap PDB Tahun 2003 - 2006 (dalam persentase)
Rata-Rata Tahun 2003 – 2006 No Lapangan Usaha
Usaha Kecil
Usaha Menengah
Usaha Besar
Jumlah
1 Pertanian 87,3 8,7 4,1 100
2 Pertambangan dan Penggalian
8,2 3,3 88,6 100
3 Industri Pengolahan 13,1 11,9 75,0 100
4 Listrik, Gas, Dan Air 0,5 7,7 91,7 100
5 Bangunan 44,3 21,8 33,9 100
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
75,5 20,8 3,8 100
7 Pengangkutan dan Komunikasi
29,9 24,2 45,9 100
8 Keuangan, Sewa, dan Jasa 17,0 46,9 36,1 100
9 Jasa-jasa 39,7 7,9 52,4 100
PDB 38,8 15,9 45,3 100
PDB tanpa migas 43,1 17,6 39,3 100
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2007).
Data BPS menunjukkan bahwa jumlah usaha kecil pada tahun 2006 meningkat 3,9 persen dibandingkan dengan tahun 2005 menjadi 48.822.925 unit. Jumlah ini merupakan bagian terbesar dari pelaku usaha di Indonesia. Tenaga kerja yang diserap oleh usaha kecil tahun 2006 mencapai 80.933.384 orang, bertambah 2,5 persen dibandingkan tahun 2005 (Tabel 1.2). Dengan semakin produktifnya usaha kecil maka akan semakin banyak tenaga kerja yang diserap sehingga diharapkan pengangguran akan berkurang dan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan. Tabel 1.2. Jumlah Unit Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Skala
(29)
Tahun Perkembangan No Indikator Satuan
2005 2006 Jumlah Persen
Usaha Kecil (unit) 47.006.889 48.822.925 1.816.036 3,9 Usaha
Menengah
(unit) 95.855 106.711 10.856 11,3
Usaha Besar (unit) 6.811 7.204 393 5,8
1
Total Unit Usaha
(unit) 47.109.555 48.936.840 1.827.285 3,9 Usaha Kecil (orang) 78.994.872 80.933.384 1.938.512 2,5 Usaha
Menengah
(orang) 4.238.921 4.483.109 244.188 5,8 Usaha Besar (orang) 3.212.033 3.388.462 176.429 5,5 2
Total Tenaga Kerja
(orang) 86.445.826 88.804.955 2.359.129 2,7 Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2007).
Usaha kecil memiliki kontribusi yang besar terhadap PDB, jumlah unit usaha, dan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu harus didukung dengan permodalan yang cukup. Salah satu lembaga keuangan mikro yang memberikan pembiayaan kepada UKM adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT). BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang banyak membantu pengembangan usaha mikro dan kecil dalam pengembangan bisnisnya serta dapat memadukan aktivitas ekonomi dan sosial.
Kondisi yang memungkinkan BMT lebih banyak mendorong perkembangan usaha mikro dan kecil disebabkan layanan keuangan syariah BMT mudah diakses berbagai pelaku bisnis UKM yang unbankable. Sektor UKM yang mendapat dukungan BMT meliputi berbagai jenis usaha, di antaranya perdagangan, kerajinan, jasa, dan pertanian. Dengan memperoleh dana dari BMT, diharapkan usaha masyarakat kecil dan mikro dapat terbantu dan berkembang.
Perkembangan BMT cukup pesat akhir-akhir ini. Dalam periode satu dasawarsa pertama tahun 1995 sampai dengan tahun 2005, Pusat Inkubasi Usaha
(30)
Kecil (PINBUK) berhasil memfasilitasi perkembangan lebih dari 3.000 BMT di seluruh Nusantara yang memiliki aset (konsolidasi) lebih dari Rp. 1 Triliun dengan jumlah pengelola lebih dari 20.000 orang, hampir setengahnya lulusan S-1 dan berjenis kelamin wanita. BMT melayani lebih dari 2 juta penabung dan memberikan pinjaman kepada lebih dari 1,5 juta pengusaha mikro dan kecil (PINBUK, 2003).
BMT termasuk dalam salah satu lembaga keuangan mikro disamping lembaga keuangan formal (BPR, BRI, BKD, KSP, USP, dll) memiliki peranan penting untuk menyalurkan kredit UKM. Menurut laporan program Dana Bergulir Syariah (DBS) Kementerian Koperasi UKM, kinerja BMT semakin baik yang diindikasikan dengan dana yang disalurkan sejak tahun 2003 kepada 127 BMT mencapai Rp. 6,35 milyar. Sedangkan kredit macetnya (Non Performing Loan) juga kecil, yaitu 2 persen. Implikasi dari keberhasilan tersebut, pada tahun 2005 dana untuk program ditambah menjadi Rp. 53 milyar yang diberikan kepada 256 BMT di seluruh Indonesia. Berdasarkan data dari PINBUK, pada bulan Juni 2006 total konsolidasi pembiayaan seluruh BMT di Indonesia sebesar Rp. 2 trilyun dan total konsolidasi simpanannya Rp. 209 milyar (Tabel 1.3).
(31)
No Propinsi Jumlah (unit) Aset Th. 2005 (milyar Rp) Konsolidasi Simpanan Th. 2005 (milyar Rp) Konsolidasi Pembiayaan Th. 2005 (milyar Rp) Jumlah Penabung Th. 2005 (milyar Rp)
1 DKI Jakarta 72 16,39 4,23 4,45 17,76
2 Jawa Barat 377 181,89 16,99 63,41 41,91
3 Jawa Tengah
512 718,60 71,47 77,88 139,76
4 D.I. Yogyakarta
108 55,76 17,07 16,74 23,77
5 Jawa Timur 362 236,97 34,56 38,30 57,72
2005 2.401 1,33 276,82 247,71 387,67
Juni 2006 3.200 - 209 2000
-Sumber: Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (2007).
Keberhasilan BMT dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor UKM tidak terlepas dari sistem yang diterapkan di BMT. Sistem yang diterapkan di BMT menerapkan prinsip syariah yang pelaksanaannya mengutamakan kesejahteraan bersama tanpa ada salah satu pihak yang dirugikan, kejujuran, kepercayaan dan mendukung peran serta nasabahnya. Hal tersebut menunjukkan adanya beberapa indikator modal sosial (social capital) yang diterapkan di BMT untuk mengoptimalkan fungsinya.
Social capital merupakan ciri-ciri organisasi sosial seperti norma-norma,
jaringan, dan kepercayaan yang memfasilitasi kerja sama dan koordinasi untuk saling menguntungkan (Putnam, 1995). Social capital juga merupakan isu menarik yang banyak dibicarakan dan dikaji akhir-akhir ini. Dalam laporan tahunannya yang berjudul Entering the 21st Century, Bank Dunia mengungkapkan bahwa tingkat social
capital memiliki dampak yang signifikan terhadap proses-proses pembangunan
(32)
adanya social capital terbukti mengurangi moral hazard dan kesalahan yang diakibatkan negative personal shock. Penelitian lainnya dilakukan oleh Bastelaer dan Leathers (2006), hasilnya menemukan bahwa semakin kecil grup, tingkat interaksinya semakin kuat sehingga menunjukkan adanya social capital berpengaruh signifikan terhadap repayment rate dari kredit yang diberikan.Grootaert (1999) juga melakukan penelitian serupa, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rumah tangga dengan
social capital yang tinggi menghabiskan lebih banyak pendapatan, mereka juga
memiliki lebih banyak aset, lebih banyak tabungan, dan lebih baik dalam mengakses kredit. Rupasingha, Goetz, dan Freshwater (2002) juga melakukan penelitian yang menemukan bukti signifikan bahwa pendapatan per kapita tumbuh dengan cepat di negara Amerika dengan tingkat social capital yang tinggi. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan melihat pengaruh adanya indikator social capital tersebut dalam perkembangan BMT terutama dalam repayment rate-nya.
1.2. Permasalahan
Pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan lebih diutamakan pada lembaga usaha yang dianggap lebih menguntungkan (usaha besar) dan kurang menjangkau sektor UKM. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) dari tahun 2000 – 2004, porsi pembiayaan bagi usaha besar lebih tinggi dibandingkan usaha kecil dan semakin menurun dari 21 persen hingga 17 persen (Tabel 1.4). Berdasarkan laporan triwulan BI IV-2005 dan triwulan IV-2006 pembiayaan untuk sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami peningkatan. Tetapi jika dilihat dari kredit UMKM yang benar-benar disalurkan untuk usaha produktif (kredit konsumsi dihilangkan)
(33)
maka jumlahnya hanya mencapai 49,9 persen dari total kredit UMKM atau 26 persen dari total kredit perbankan.
Tabel 1.4. Posisi Kredit Rupiah dan Valuta Asing pada Bank-bank Umum tahun 2000 - 2004
Korporasi (Usaha Besar) Usaha Kecil Tahun Total
Kredit (milyar rupiah)
Nominal (milyar rupiah)
Porsi (persen)
Nominal (milyar rupiah)
Porsi (persen)
2000 269.000 212.375 79 56.625 21
2001 307.594 245.025 80 62.569 20
2002 365.410 303.145 83 62.265 17
2003 437.942 363.974 83 73.968 17
2004 553.548 459.933 83 93.615 17
Sumber: Bank Indonesia (2004).
Pembiayaan kepada UMKM memiliki berbagai kendala disamping memiliki potensi dan peluang. Berdasarkan salah satu hasil survei Bank Indonesia (BI) tahun 2005 mengenai profil UMKM di Indonesia adalah bahwa UMKM masih enggan mengambil kredit ke bank karena tidak adanya agunan (untuk debitur mikro) atau terlalu tingginya suku bunga bank (untuk debitur kecil dan menengah). Selain itu, survei BI tersebut juga mendukung realita mengapa jumlah UMKM di Indonesia hanya sekitar 12 persen saja yang mengambil kredit bank. Hal ini karena untuk kredit di atas Rp. 50 juta, pada umumnya bank telah mensyaratkan dilengkapinya berbagai dokumen seperti ijin usaha dan legalitas perusahan (badan hukum), sedangkan kedua hal ini masih jarang dimiliki oleh sebagian besar UMKM.
Keterbatasan akses sumber-sumber pembiayaan yang dihadapi oleh UMKM terhadap lembaga-lembaga keuangan formal seperti perbankan
(34)
menyebabkan UKM bergantung pada sumber-sumber informal. Bentuk dari sumber-sumber ini beraneka ragam mulai dari lembaga informal seperti pelepas uang (rentenir) hingga berkembang menjadi bentuk yang lebih formal seperti unit-unit simpan pinjam dan koperasi.
BMT sebagai salah satu lembaga alternatif untuk mendapatkan pinjaman bagi sektor UKM memberikan kelebihan, yaitu tidak adanya jaminan atau agunan yang memberatkan seperti yang disyaratkan oleh perbankan. Pinjaman BMT lebih didasarkan pada kepercayaan karena biasanya peminjam beserta aktivitasnya sudah dikenal oleh BMT. BMT juga melakukan pembinaan usaha bagi peminjam. Kemudahan lain adalah mekanisme pencairan dan pengembalian pinjaman fleksibel serta disesuaikan dengan cash flow peminjam.
BMT juga dalam memberikan pembiayaannya tidak hanya kepada UKM secara perorangan tetapi juga memberikan kredit secara berkelompok. Kelompok tersebut dapat dibentuk langsung oleh BMT secara sengaja atau dapat juga diajukan oleh kelompok sendiri. Pembiayaan secara berkelompok berbeda dengan pembiayaan secara perorangan. UKM dengan pembiayaan secara kelompok dapat memperoleh pembiayaan yang lebih besar dibandingkan dengan pembiayaan secara perorangan, di dalam kelompok juga diterapkan peraturan yang disepakati bersama, dan adanya tanggung renteng (joint liability).
Sistem yang digunakan di BMT berbeda dengan perbankan maupun lembaga keuangan mikro lainnya. Berdasarkan hal tersebut maka pertanyaan penting dalam penelitian ini dapat dipilah menjadi pertanyaan umum dan pertanyaan spesifik. Adapun pertanyaan umumnya adalah mekanisme apa yang
(35)
menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah tetap survive dalam memberikan pembiayaan kepada UKM berkaitan dengan adanya indikator social capital ?
Sedangkan pertanyaan spesifiknya adalah:
1. Bagaimana perbedaan pembiayaan pada kredit perorangan dan kredit kelompok berkaitan dengan indikator social capital yang mempengaruhi
repayment rate ?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi repayment rate berkaitan dengan indikator social capital ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut tujuan umum penelitian ini adalah mengidentifikasi mekanisme yang menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah tetap
survive memberikan pembiayaan kepada UKM berkaitan dengan adanya indikator
social capital. Sedangkan tujuan spesifiknya adalah:
1. Menganalisis secara deskriptif perbedaan pembiayaan pada kredit perorangan dan kredit kelompok berkaitan dengan indikator social capital yang mempengaruhi repayment rate.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi repayment rate berkaitan dengan indikator social capital.
1.4. Manfaat Penelitian
(36)
1. Menjelaskan mekanisme yang menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah tetap
survive memberikan pembiayaan kepada UKM berkaitan dengan adanya
indikator social capital.
2. Menjelaskan perbedaan pembiayaan pada kredit perorangan dan kredit kelompok berkaitan dengan indikator social capital yang mempengaruhi
repayment rate.
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi repayment rate berkaitan dengan social capital.
4. Sebagai masukan bagi pemerintah agar mendukung BMT melalui kebijakan yang efektif dengan adanya social capital yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pemberdayaan usaha mikro dan kecil.
(37)
2.1. Kredit Perbankan
Kata kredit berasal dari bahasa latin credere yang berarti kepercayaan. Kepercayaan yang dimaksud di dalam perkreditan adalah kepercayaan yang terjadi antara pemberi dan penerima kredit. Menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang Pokok-pokok Perbankan, pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan (Simorangkir, 2004).
Perbankan memiliki beberapa tujuan dalam menyalurkan kreditnya. Menurut Simorangkir (2004), tujuan kredit yang diberikan oleh perbankan, khususnya bank pemerintah adalah sebagai berikut:
1. Turut mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan.
2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat.
3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya.
Menurut Simorangkir (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi bank dalam menilai calon peminjam dalam memberikan kredit adalah sebagai berikut: 1. Karakter (character), yaitu tabiat serta kemauan pemohon kredit untuk
memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah dijanjikan. Karakter yang diteliti dalam hal ini, yaitu sifat-sifat, kebiasaan, kepribadian, cara hidup, dan
(38)
keadaan keluarga. Karena penilaian aspek itu sukar, maka bank melakukannya dengan sangat hati-hati.
2. Kemampuan (capability). Capability merupakan kesanggupan calon peminjam kredit untuk mengembalikan pinjaman dan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lainnya. Kemampuan calon peminjam kredit tergantung pada kecakapan, sifat, keadaan perusahaan, dan situasi perekonomian pada umumnya.
3. Modal (capital). Penyelidikan terhadap aspek modal tidak terbatas pada besar kecilnya modal yang ditanam, tetapi bagaimana penyebaran modal tersebut dalam alat-alat produksi.
4. Bidang usaha (condition). Bank kurang tertarik memberikan kredit kepada usaha yang sudah jenuh. Misalnya, di suatu daerah usaha pengangkutan sudah melebihi kebutuhan, maka bank tidak bersedia lagi memberikan kredit di bidang pengangkutan.
5. Rekening. Bank memperhatikan perputaran keuangan yang disalurkan dalam rekening nasabah, yaitu mutasi penyetoran dan penarikannya. Mutasi ini diperlukan untuk waktu tiga atau enam bulan terakhir.
6. Pergaulan sosial. Seseorang mempunyai lingkungan hidup sendiri atau berbagai ragam. Ada lingkungan pergaulan sosial, lingkungan bisnis, lingkungan intelektual, dan sebagainya. Misalnya, dikalangan pengusaha ia mempunyai nama yang baik dan dikenal sebagai orang yang dapat dipercaya, tidak pernah memberi cek kosong.
(39)
7. Permintaan produksi. Bank ingin mengetahui perkembangan permintaan barang yang diproduksi oleh calon peminjam kredit. Bank meneliti tentang apa yang menyebabkan permintaan terhadap barang yang dijual oleh pemohon kredit dapat meningkat.
8. Persaingan. Bank juga akan menyelidiki persaingan dalam pemasaran barang-barang calon peminjam kredit.
2.2. Pembiayaan Mikro (Microfinance) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
Pembiayaan Mikro (Microfinance) adalah usaha untuk meningkatkan akses pinjaman dan untuk menyelamatkan masyarakat yang memiliki pendapatan dan kesejahteraan rendah serta merupakan cara terbaik untuk mengurangi kemiskinan (Schreiner, 1999). Menurut Bank Indonesia kredit mikro adalah kredit yang diberikan kepada para pelaku usaha produktif baik perorangan maupun kelompok yang mempunyai hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun. Prinsip umum lembaga keuangan mikro menurut PINBUK (2003), yaitu sebagai berikut:
1. Modal LKM haruslah bersumber dari anggotanya sendiri yang dihimpun dari simpanan pokok dan simpanan wajib serta dapat pula kita tambahkan istilah simpanan pokok khusus sebagai penguat modal, semacam saham di PT./bank. Selain itu LKM dapat membuka berbagai jenis tabungan (simpanan sukarela). 2. Layanan kredit/pinjaman/pembiayaan hanya diberikan kepada anggota LKM
(40)
3. Jaminan barang boleh diterapkan, namun pertimbangan yang terbaik berdasarkan watak/karakter peminjam sendiri.
Lembaga keuangan yang terlibat dalam penyaluran kredit mikro umumnya disebut Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Menurut Asian
Development Bank (ADB), lembaga keuangan mikro (microfinance) adalah
lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan (deposits), kredit (loans), pembayaran berbagai transaksi jasa (payment services) serta money transfers yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil (insurance to poor and
low-income households and their microenterprises). Sedangkan bentuk LKM
dapat berupa lembaga formal misalnya bank desa dan koperasi, lembaga semiformal misalnya organisasi non pemerintah, dan sumber-sumber informal misalnya pelepas uang (Wijono, 2005).
LKM di Indonesia menurut Bank Indonesia dibagi menjadi dua kategori yaitu LKM yang berwujud bank dan non bank. Sedangkan menurut Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK), LKM dibagi menjadi bank dan non bank dan LKM yang berwujud non bank dibedakan menjadi formal dan non formal (Gambar 2.1).
(41)
Gambar 2.1. Sistem Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia Sumber : Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (2003).
LKM
Bank
Non Bank
Pengaturan : UU Perbankan No.10/1998
Perijinan : BI Pengawasan : BI BRI unit
Pengaturan : UU Perbankan No.10/1998
Perijinan : BI
Pengawasan : BRI cabang, BI
BKD unit
Pengaturan : UU Perbankan No.10/1998
Perijinan : BI
Pengawasan : BRI atas nama BI
Formal
Non Formal
Koperasi
Pengaturan : UU Koperasi No.25/1992
Perijinan : Kementrian Negara Koperasi & PKM Pengawasan : Kementrian Negara Koperasi & PKM
BKD Unit Pengaturan : -
Perijinan : Gubernur setiap propinsi
Pengawasan : Pemda Tingkat I KSM
BMT Arisan
(42)
2.3. UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)
Terdapat berbagai definisi UMKM baik dari lembaga lokal maupun asing. Salah satunya berdasarkan Kesepakatan Bersama Menko Kesra Sebagai Ketua Komite Penanggulangan Kemiskinan dengan Gubernur Bank Indonesia tentang Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (No.11/KEP/MENKO/KESRA/IV/2002– No.4/2/KEP.GBI/2002 tanggal 22 April 2002). Definisi UMKM berdasarkan kesepakatan bersama tersebut, yaitu (Rudjito, 2003):
1. Kredit Usaha Mikro adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha mikro. Pemberian kredit dilakukan secara langsung maupun tidak langsung serta dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati miskin dengan kriteria penduduk miskin menurut Badan Pusat Statistik dengan plafon kredit maksimal sebesar Rp. 50 juta.
2. Kredit Usaha Kecil adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 200 juta diluar tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan maksimal Rp. 1 milyar per tahun, dengan plafon kredit maksimum sebesar Rp. 500 juta.
3. Kredit Usaha Menengah adalah kredit yang diberikan kepada pengusaha di luar usaha mikro dan usaha kecil atau kepada pengusaha yang kriterianya akan ditetapkan kemudian, dengan plafon di atas Rp. 500 juta sampai dengan Rp. 5 milyar.
(43)
Menurut Rudjito (2003), terdapat juga beberapa definisi usaha kecil dan usaha menengah yang diberikan oleh beberapa lembaga, diantaranya sebagai berikut:
1. UU No. 9 Tahun 1995.
Usaha Keciladalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan atau yang memiliki omzet paling banyak Rp. 1 milyar per tahun dan milik Warga Negara Indonesia.
2. Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1999.
Usaha Menengah adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200 juta sampai dengan paling banyak Rp. 10 milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan, milik Warga Negara Indonesia, bukan merupakan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar, berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, dan atau badan usaha yang berbadan hukum.
3. Surat Edaran Bank Indonesia kepada Semua Bank Umum di Indonesia No.3/9/BKr, Tanggal 17 Mei 2001.
Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan, memiliki omzet paling banyak Rp. 1 milyar per tahun, milik Warga Negara Indonesia, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung, maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar, berbentuk usaha perorangan, dan merupakan badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
(44)
Menurut PINBUK (2003), usaha mikro atau usaha kecil bawah adalah usaha yang memiliki omzet lebih kecil dari Rp. 50 juta per tahun. Sedangkan usaha kecil adalah usaha dengan omzet antara Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 500 juta per tahun.
2.4. Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
BMT merupakan salah satu lembaga keuangan mikro yang berbentuk syariah. Legalitas BMT diberikan oleh Departemen Koperasi dan Usaha Kecil. Sedangkan pembinaannya dibawah Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). 2.4.1. Pengertiandan Latar Belakang BMT
Penggunaan istilah BMT diambil dari kata-kata Baitul Maal wa Baitul
Tamwil, yang kemudian dalam perkembangannya menjadi Baitul Maal wat
Tamwil yang disingkat menjadi BMT. Ada dua bagian dari BMT yang keduanya
memiliki fungsi dan pengertian yang berbeda.
Menurut asal katanya Baitul maal (Bait = rumah, Maal = harta) merupakan lembaga penerima zakat, infak, sadaqoh dan sekaligus menjalankannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Sedangkan Baitut
Tamwil (Bait = rumah, at-Tamwil = pengembangan harta) adalah lembaga
keuangan yang berorientasi bisnis dengan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kehidupan ekonomi masyarakat terutama masyarakat dengan usaha skala kecil. Dalam perkembangannya BMT juga diartikan sebagai Balai usaha Mandiri Terpadu yang singkatannya juga BMT (PINBUK, 2003).
(45)
Istilah Baitul Maal telah ada dan tumbuh sejak zaman Rasulullah SAW, meskipun saat itu belum terbentuk suatu lembaga yang permanen dan terpisah. Kelembagaan Baitul Maal secara mandiri sebagai lembaga ekonomi berdiri pada masa khalifah Umar bin Khathab atas usulan seorang ahli fiqh bernama Walid bin Hisyam.
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan sebuah Lembaga Keuangan
Mikro Syariah yang berbadan hukum koperasi simpan pinjam. Saat ini BMT telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama yang berdomisili di pedesaan. Usaha pendirian ini biasanya dimotori oleh para tokoh masyarakat, baik yang berada di lingkungan masjid, organisasi kemasyarakatan Islam, ataupun pesantren. BMT menjadi dekat dengan masyarakat karena proses kelahirannya tidak terlepas dari budaya lokal lingkungan masyarakatnya.
Latar belakang pendirian BMT merupakan usaha-usaha pemberdayaan umat yang selama ini berada dalam kondisi di bawah garis kesejahteraan. Latar belakang ini juga tidak terlepas dari sistem perekonomian yang tidak pernah memihak kepada umat. Lebih parah lagi jeratan para rentenir yang semakin mencekik dengan kelipatan bunga (riba) yang tak mampu dibayar.
Secara financial, Baitul Maal menggali dana dari zakat, infak, dan
sadaqah (ZIS), sedangkan Baitul Tamwil merupakan akumulasi simpanan
shohibul maal. Dengan demikian, Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan
(46)
2.4.2. Ciri-ciri BMT
Menurut PINBUK (2003), BMT memiliki ciri-ciri utama dan ciri-ciri khas. Ciri-ciri utama BMT adalah sebagai berikut:
1. Berorientasi bisnis dan mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya.
2. Bukan lembaga sosial tapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infaq, sadaqah, dan wakaf bagi kesejahteraan orang banyak.
3. Ditumbuhkan dari bawah berdasarkan peran serta masyarakat dan sekitarnya. 4. Milik bersama masyarakat kecil bawah (mikro) dan kecil dari lingkungan
BMT itu sendiri, bukan milik perorangan atau orang dari luar masyarakat itu. Sedangkan ciri-ciri khas BMT, yaitu sebagai berikut:
1. BMT adalah lembaga milik dan di bawah kendali masyarakat setempat sehingga keuntungan yang diperolehnya adalah juga akan menjadi milik dan hak masyarakat setempat, disamping itu maju mundurnya BMT ini akan sangat ditentukan oleh masyarakat setempat itu sendiri.
2. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, proaktif, dinamis tidak menunggu tetapi menjemput calon anggota penyimpan/peminjam, baik anggota yang dihimbau untuk menempatkan dana simpanan maupun untuk pembiayaan usaha. Istilah populernya adalah menjemput bola, tidak menunggu.
3. BMT mengadakan pengajian rutin secara berkala yang waktu dan tempatnya (biasanya di madrasah, masjid atau mushalla) ditentukan sesuai dengan kegiatan nasabah atau anggota BMT. Setelah pengajian ilmu-ilmu agama
(47)
biasanya dilanjutkan dengan “balam” (bagi-bagi pengalaman) pembicaraan bisnis dari para anggota pengelola usaha kecil.
4. Manajemen BMT adalah profesional dan islami.
2.4.3. Badan Hukum BMT
BMT dapat didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau berbentuk Koperasi.
2.4.3.1. BMT dalam Bentuk KSM
Jika BMT didirikan dalam bentuk KSM, maka BMT akan mendapat sertifikasi operasi dari Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) yang mendapat pengakuan dari Bank Indonesia sebagai lembaga pengembangan swadaya masyarakat yang mendukung program yang menghubungkan antara bank dengan KSM. KSM juga dapat berfungsi sebagai pra koperasi dengan tujuan mempersiapkan segala sesuatu agar BMT dapat menjadi koperasi BMT. Jika para pengurus siap untuk mengelola BMT dengan baik dengan badan hukum koperasi, maka BMT dapat dikembangkan dengan badan hukum koperasi.
2.4.3.2. BMT dalam Bentuk Koperasi
Jika pada awal pendirian telah ada kesiapan, maka BMT langsung didirikan sebagai badan hukum koperasi. Dalam hal ini ada beberapa alternatif yang bisa diambil:
(48)
b. Sebagai Koperasi Unit Desa (KUD), dengan ketentuan yang diatur oleh Menteri Koperasi dan pengusaha kecil tanggal 20 Maret 1995, yaitu bila di suatu wilayah telah ada KUD dan berjalan dengan baik, maka BMT dapat menjadi Unit Usaha Otonom (U2O) atau Tempat Pelayanan Koperasi (TPK). Bila KUD tersebut belum berfungsi dengan baik, maka KUD tersebut dapat difungsikan sebagai BMT dan pengurus dipilih dalam suatu rapat anggota. Jika di daerah tersebut belum ada KUD, maka dapat didirikan KUD BMT. Dalam pendirian KUD diperlukan minimal 20 orang anggota.
c. Sebagai Koperasi Pondok Pesantren (KOPONTREN), BMT juga dapat menjadi U2O dan TPK dari Kopontren dan juga dapat didirikan Kopontren BMT. Dalam hal ini panitia pendirian BMT dapat berkonsultasi dengan Departemen Agama dan Departemen Koperasi di kabupaten/kota setempat.
2.4.4. Kegiatan-kegiatan BMT
Kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan oleh BMT, yaitu: 2.4.4.1. Kegiatan bidang keuangan
Ada dua kegiatan BMT dalam bidang keuangan, yaitu pelayanan jasa simpanan dan pembiayaan, kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jasa Simpanan
Jasa simpanan merupakan salah satu produk BMT yang memiliki keragaman sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan. Jasa simpanan sering disebut juga dengan tabungan. Ada beberapa jenis tabungan (simpanan), yaitu:
(49)
a. Tabungan Wadi’ah
Menurut Antonio (1999), Al Wadiah adalah titipan murni dari satu pihak kepada pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan harus dikembalikan kapan saja penitip menghendaki. Tabungan atau simpanan dengan prinsip wadi’ah adalah titipan dana yang setiap waktu dapat ditarik pemiliknya.
b. Tabungan Mudharabah
Tabungan atau simpanan dengan prinsip mudharabah dilakukan dengan cara dana dipercayakan oleh pemilik harta kepada BMT digunakan untuk kegiatan usaha yang menguntungkan, namun secara implisit pemilik dana bersedia menanggung kerugian selama BMT tidak dapat menutupi kerugian dengan cara lain (Antonio, 1999). Pemilik mendapatkan bagian bagi hasil dari modal tersebut sesuai dengan kesepakatan.
Produk simpanan ini bermacam-macam, yaitu simpanan Mudharabah
biasa, haji, nikah, dan sebagainya. 2. Pembiayaan
Kegiatan pembiayaan adalah upaya BMT dalam membiayai usaha-usaha yang dilakukan oleh anggota sesuai dengan kebutuhan usaha tersebut. Pembiayaan dapat berbentuk:
1. Mudharabah.
Menurut Antonio (1999), pada sisi penghimpunan dana, mudharabah
(50)
a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan qurban, dan sebagainya.
b. Deposito biasa.
c. Deposito spesial (special investment), dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya untuk murabahah atau ijarah saja.
2. Musyarakah.
Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek.
musyarakah dilakukan dengan cara bank dan nasabah bersama–sama
menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut dengan sistem bagi hasil. (Antonio, 1999).
3. Murabahah.
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati (Antonio, 1999). Al murabahah banyak digunakan di KBMT yang memberikan pembiayaan kepada para pedagang.
4. Qardhul hasan.
Qardhul hasan adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan (Antonio, 1999). Biasanya Al qard hanya diberikan kepada kaum dhuafa dan merupakan penyaluran dana zakat, infak, atau shodaqah.
(51)
2.4.4.2. Kegiatan non Keuangan
Prioritas utama dari BMT adalah melakukan kegiatan bidang keuangan, namun bila ada kesempatan dan peluang tidak ada halangan bagi BMT untuk bergerak dalam sektor riil. Kegiatan tersebut antara lain:
1. Membuka usaha dagang.
2. Menyediakan jasa konsultasi bisnis, dll.
2.4.5. Permodalan BMT
BMT dapat didirikan dengan modal awal Rp. 10 juta atau lebih. Namun jika terdapat kesulitan dalam mengumpulkan dana maka dapat juga didirikan dengan dana Rp. 5 juta. Modal ini dapat ditambah sejalan dengan bertambahnya usia BMT.
Berdasarkan sumber modal, BMT dapat didirikan dengan modal beberapa orang, yayasan, BAZIS. Namun dari awal minimal untuk mendirikan sebuah BMT harus ada 7 orang, sedangkan jumlah yang sebaiknya adalah 20 - 44 orang.
2.5. Perkembangan Teori Kapital
Pengertian kapital memiliki perkembangan yang berbeda. Kapital yang dulu dianggap sebagai sesuatu yang berwujud, tetapi sekarang kapital tidak hanya dilihat dari sisi fisik saja. Perbedaannya dapat dilihat menurut teori ekonomi konvensional dan teori tentang social capital.
(52)
2.5.1. Kapital Menurut Teori Ekonomi Konvensional
Kapital adalah sesuatu yang menghasilkan pendapatan dan tidak dikonsumsi tetapi mengalami penyusutan input melalui proses produksi. Kapital tersebut harus diciptakan dan harus dipertahankan melalui usaha manusia (Goeorgi, 2002).
Menurut Adam Smith dan Marshall, yang termasuk modal adalah hukum, gereja, literatur, kesenian, dan pendidikan. Menurut Irving Fisher yang disebut modal adalah semua yang termasuk manusia dan bentuk organisasi sosial. Joseph Schumpeter dan Theodere Schultz menunjukkan bahwa sumber daya manusia merupakan faktor yang paling dominan dibandingkan sumber daya alam (Deliarnov, 2003).
Teori ekonomi klasik menekankan akumulasi kapital secara fisik dan harta kekayaan sebagai mesin dari perekonomian. Jika semakin banyak modal fisik yang dimiliki seperti tenaga kerja, peralatan, gedung, tanah dll, maka produktifitas akan semakin meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat.
Hal serupa juga dinyatakan oleh teori konvensional neo klasik tentang perusahaan yang secara umum mengasumsikan tidak ada ketergantungan antara modal secara fisik dan modal sosial yang mempengaruhi transaksi atau pertukaran. Kritikan dari teori konvensional ini dilakukan oleh Coleman dan Putnam yang beralasan bahwa adanya aturan yang saling mempengaruhi atau timbal balik harus dimasukan ke dalam model ekonomi kita (Wilson, 2000).
(53)
2.5.2. Kapital Menurut Teori Social Capital
Kapital menurut teori ekonomi konvensional berbeda dengan kapital menurut teori social capital. Perbedaannya bisa dilihat dari definisi dan indikatornya.
2.5.2.1 Definisi Social Capital
Coleman (1988) mendefinisikan social capital sebagai keragaman dari kesatuan yang berbeda dengan dua elemen di dalam kesamaan, yang terdiri dari beberapa aspek struktur sosial dan memudahkan kegiatan yang pasti baik perorangan ataupun korporasi di dalam struktur. Menurut Putnam (1995), social
capital adalah ciri-ciri organisasi sosial seperti norma-norma, jaringan, dan
kepercayaan yang memfasilitasi kerja sama dan koordinasi untuk saling menguntungkan.
Social capital merupakan aturan informal dalam instansi yang
memajukan kerja sama di antara dua atau lebih individu. Tidak hanya adanya aturan-aturan dari institusi tetapi juga institusi tersebut harus bekerja sama dalam kelompok-kelompok yang berkaitan dengan kebaikan tradisional seperti kejujuran, menjaga komitmen, dapat dipercaya dalam melakukan tugas, adanya timbal balik dan hal-hal yang dianggap baik (Fukuyama, 1999). Social capital
berhubungan dengan konsep pada tingkat mikro, meso, maupun makro. Pada tingkat makro, social capital termasuk institusi seperti pemerintah, aturan hukum, kewarganegaraan, dan partai politik. Pada tingkat mikro dan meso, social capital
(54)
antara individu-individu, rumah tangga, dan komunitas. Pada tingkat komunitas maupun perkumpulan lokal dapat diwujudkan dari social capital, tetapi harus ditekankan bahwa social capital dan perkumpulan lokal tidak sama. Social capital
berada di luar konteks perkumpulan lokal baik formal maupun informal (Grootaert, 1999).
Social capital membutuhkan investasi seperti aset ekonomi yang
lainnya. Social capital memiliki nilai ekonomi, nilai tersebut dapat menurun terutama jika tidak terus menerus dipertahankan. Social capital juga dapat ditransfer dari satu organisasi ke organisasi lain melalui merger dan ditransfer dari karyawan dengan hubungan bisnisnya (Wilson, 2000). Social Capital tidak terlepas dengan manusia yang saling berhubungan sebagai pelaku social capital. Individu social capital adalah orang yang memiliki karakteristik sosial, termasuk kemampuan sosial, kharisma, serta dapat membuatnya mencapai pengembalian pasar dan non pasar dari interaksi dengan yang lain (Glaeser, Laibson, dan Sacerdote, 2002). Social capital memiliki beberapa ide utama, yaitu social capital
menumbuhkan eksternalitas positif untuk anggota atau grup, eksternalitas positif ini diterima melalui berbagai kepercayaan, aturan-aturan, dan nilai serta konsekuensi yang diakibatkan oleh harapan dan tingkah laku (Durlauf, Steven, dan Fafchamps, 2004).
2.5.2.2. Indikator untuk Mengukur Social Capital
Putnam (1995) telah mencoba untuk mengukur social capital dengan hitungan kelompok dalam masyarakat sipil, menggunakan suatu nomor, jumlah
(55)
(n) untuk mengetahui ukuran keanggotaan dalam sports club, liga bowling, masyarakat berkaitan kesusasteraan, politic clubs, dan semacamnya. Ukuran yang pertama untuk total social capital dalam suatu masyarakat adalah penjumlahan dari keanggotaan semua kelompok.
SC = n1,t. (1)
Persatuan grup menghasilkan negatif eksternalitas yang dapat dianggap sebagai radius ketidakpercayaan atau rn. Jika semakin besar nilai rn, maka semakin
besar pertanggungjawaban grup yang mewakili lingkungan masyarakat. Oleh karena itu ukuran untuk grup social capital tunggal rp.cn harus digandakan dengan
timbal balik dari rn. Ukuran yang terakhir berkembang menjadi seperti dibawah ini
(Fukuyama, 1999).
SC = (rp.cn)1.t (2)
Grootaert (1999), mengukur social capital dengan enam indikator, yaitu:
1. Jumlah anggota dalam komunitas.
2. Heterogenitas internal dari perkumpulan (umur, jenis kelamin, pendidikan, agama dan sebagainya).
3. Kehadiran dalam pertemuan.
4. Keaktifan dalam membuat keputusan.
5. Pembayaran hak dari institusi atau negara kepada masyarakat. 6. Tujuan komunitas.
Social capital dapat diukur dengan berbagai indikator. Putnam (2000)
(56)
keterlibatan di dalam masyarakat dan hidup organisasi, perikatan publik (voting), sukarelawan yang bersosialisasi secara informal (mengunjungi para teman), dan kepercayaan tingkat interpersonal.
Menurut Karlan (2001) untuk mengetahui pengaruh social capital
terhadap tingkat repayment dan tingkat saving dapat menggunakan beberapa indikator, yaitu heterogenitas budaya, penyebaran geografi, dan strategi identifikasi.Rupasingha, Stephan, Goetz, dan Freshwater (2002) melihat pengaruh
social capital terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka mengukur social capital
melalui indikator kepadatan anggota organisasi, rata-rata tingkat kejahatan, pemberian amal sosial, dan partisipasi dalam memberikan suara.
Bastelaer dan Leathers (2006) menggunakan beberapa indikator social
capital, yaitu ukuran kelompok, umur grup, dan kestabilan anggotanya, geografi
(jarak), sistem tanggung renteng, tipe hukuman yang diterapkan, pelatihan dalam kelompok, dan jaringan interpersonal untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi repayment rate yang baik terhadap peminjaman benih di Zambia Selatan.
2.5.2.3. Fungsi Social Capital
Fungsi social capital menurut beberapa ahli ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Fungsi ekonomi social capital adalah untuk mengurangi biaya transaksi yang dihubungkan dengan mekanisme koordinasi formal seperti kontrak, hierarki, dan aturan birokrasi (Fukuyama, 1999).
(57)
2. Adanya pengakuan pertumbuhan yang berbeda dalam pertumbuhan ekonomi baik pada tingkat individu, rumah tangga, atau pada tingkat wilayah yang tidak dapat dijelaskan secara lengkap oleh input tradisional seperti tenaga kerja, tanah, dan modal fisik. Social capital dapat memberikan peranan dalam mempengaruhi kesejahteraan keluarga, tingkat komunitas, dan bangsa (Grootaert, 1999).
3. Social capital juga memberikan peranan dalam dunia agribisnis karena
agribisnis merupakan sebuah sistem yang berhubungan dengan manusia. Adanya social capital dapat mendorong terbentuknya kepercayaan yang memberikan keeratan atau kohesi yang menjaga hubungan ini secara bersama dalam mendukung tujuan bisnis, dan kepercayaan juga dapat mengurangi ketidakpastian dalam transaksi bisnis (Wilson, 2000).
4. Efek ekonomi yang utama dari social capital adalah mengurangi biaya informasi dan transaksi. Ketika biaya transaksi dan biaya perkumpulan dikurangi maka penghamburan informasi juga dapat dikurangi dengan melibatkan sedikit risiko dan memperluas cakupan transaksi serta interaksi.
Social capital juga memiliki efek negatif ketika social capital yang baik dapat
memudahkan tindakan kolektif dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi.
Social capital yang tidak baik dapat melumpuhkan kerjasama dan
pembangunan ekonomi (Rupasingha, Goetz, dan Freshwater, 2000).
5. Social capital dapat berperan untuk bidang ekonomi dan sosial. Social capital
(58)
membantu kawan sebaya membedakan kesalahan yang disebabkan oleh moral
hazard dan yang diakibatkan guncangan negatif perorangan (Karlan, 2001).
2.6. Model Probit
Menurut Gujarati (1997), penggunaan model Probit yaitu untuk menjelaskan perilaku suatu variabel tak bebas (dependent) yang dummy atau
dichotomous. Variabel dependennya bernilai 0 atau 1. Modelnya secara sederhana
sebagai berikut:
Yi = α + β Xi + Ui (3)
Yi bersifat dikotomi sebagai fungsi linear dari variabel yang menjelaskan Xi , E
(Yi/Xi) merupakan harapan bersyarat dari Yi untuk Xi tertentu.
Sedangkan menurut Koop (2003), model Probit digunakan ketika variabel dependennya berupa data kualitatif sebagai dummy yang bernilai 0 dan 1. Ketika individu membuat sebuah pilihan diantara dua pilihan, secara ekonomi akan dirumuskan dengan fungsi utilitas. Jika utilitas dari individu i adalah Uji
(untuk J = 0,1). Individu akan memilih 1 jika U1i > U0i dan sebaliknya jika
pilihannya 0. Dengan demikian pilihan tergantung dari perbedaan utilitas. Model
Probit mengasumsikan perbedaan utilitas ini mengikuti regresi linear normal yang
dinyatakan sebgai berikut:
(59)
ahli ekonomi tidak meninjau Yi* secara langsung, tetapi hanya pilihan yang
sebenarnya dibuat oleh individu i.
Goldberger dalam Maddala (1994) mengasumsikan adanya variabel respon yang mendasar yaitu Yi* di dalam model analisis Probit yang didefinisikan
oleh hubungan regresi sebagai berikut:
Yi* = β' xi + Ui (5)
Menurut Maddala (1994) dalam prakteknya Yi* tidak dapat diobservasi.
Sedangkan yang dapat kita observasi adalah variabel Dummy Y yang didefinisikan sebagai berikut:
Y = 1 jika Yi*> 0
Y = 0 jika sebaliknya
Prob (Yi = 1) = Prob (Ui > - β' Xi)
= 1- F (-β' Xi )
Nilai pengamatan dari Y dalam model Probit ini hanya dapat direalisasikan sebagai sebuah proses binomial dengan probabilitas seperti diatas. Oleh karena itu kemungkinan fungsinya adalah:
L = П yi = 0 F(- β' Xi) П yi = 1 [ 1 – F (-β' Xi ) ] (6)
2.7. Penelitian–penelitian Terdahulu
Grootaert (1999) mengestimasi secara empiris bagaimana social capital
mempengaruhi kesejahteraan dan kemiskinan di Indonesia. Fokus penelitiannya anggota rumah tangga dalam perkumpulan lokal terutama aspek dari social
(1)
yang bapak/Ibu ikuti dan secara
langsung menjadi anggota) ? kali bapak menghadiri pertemuan yang diadakan oleh organisasi Ybs dalam tiga bulan
aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan? 1=tidak terlalu aktif 2=kadang-kadang 3=sangat aktif
rupiah uang yang bapak keluarkan
sebagai wujud kontribusi dalam
organisasi tsb setiap bulannya?
Rp. Per bulan
hari bapak terlibat/bekerja untuk kepentingan organisasi yang bersangkutan dalam 12 bulan
terakhir ini Pertama:
….. …….……….. …….………..
Kedua
….. …….……….. …….………..
17. Keaktifan di lingkungan Bagaiman keaktifan
Bapak/Ibu di lingkungan tempat
tinggal ?
Aktivitas yang berkaitan dengan pemeliharaan dan perawatan infrastruktur di desa ini 1= tidak pernah, 2= kadang-kadang 3 = selalu berpartisipasi atau sering ikut serta jalan saluran Irigasi Gedung Pertemuan
LAMPIRAN 2 Dependent Variable: X3
Method: ML - Binary Probit (Quadratic hill climbing) Date: 04/07/07 Time: 22:59
Sample: 1 63
Included observations: 60 Excluded observations: 3
Convergence achieved after 15 iterations
Covariance matrix computed using second derivatives
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
X1 20.50461 8.739640 2.346162 0.0190
X2 -24.66887 10.79315 -2.285604 0.0223
X3 36.98944 16.38199 2.257933 0.0239
X4 -15.19327 6.494122 -2.339542 0.0193 X5 -1.311588 0.596842 -2.197546 0.0280 X6 -23.94696 10.47681 -2.285710 0.0223
X7 13.25671 6.793204 1.951466 0.0510
X8 7.84E-07 3.11E-07 2.518995 0.0118
X9 28.00861 12.21378 2.293198 0.0218
X10 3.882123 5.445618 0.712889 0.4759
(2)
S.E. of regression 0.161079 Akaike info criterion 0.491570 Sum squared resid 1.271372 Schwarz criterion 0.875533 Log likelihood -3.747107 Hannan-Quinn criter. 0.641759 Restr. Log likelihood -19.50498 Avg. log likelihood -0.062452 LR statistic (10 df) 31.51574 McFadden R-squared 0.807890 Probability(LR stat) 0.000482
Obs with Dep=0 6 Total obs 60
Obs with Dep=1 54 Keterangan :
Keterangan:
Y = 1 (repayment rate lancar) Y = 0 (repayment rate tidak lancar)
X1 = Hubungan dengan anggota lain X6 = Jarak rumah nasabah ke BMT (km)
X2 = Jarak antar rumah anggota X7 = Dummy Kenal dekat X3 = Dummy pengajuan kredit X8 = Capital (Rp)
X4 = Status keanggotaan X9 = Dummy Character X5 = Jumlah pertemuan (kali) X10 = Dummy Collateral
(3)
Lampiran 3: Indikator social capital
No Nama Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 x10 1 Omi 1 3 3 0 1 0 2 1 2000000 0 0 2 Nenah 1 3 2 1 1 20 2 1 3000000 1 0 3 Enjang 1 3 2 1 1 0 2 0 3000000 0 0 4 Marni 1 3 2 1 1 15 2 0 2000000 0 0 5 Muryati 1 3 1 1 4 15 1 0 2000000 0 0 6 Hamidah 1 3 2 1 1 10 1 0 2000000 0 0 7 Onah 1 3 3 1 4 10 1 0 1000000 0 0 8 Wiwiek 1 3 2 1 1 20 1 0 2000000 0 0 9 Suhartini 0 3 3 1 4 10 1 0 3000000 0 0 10 Yeyet 1 3 3 1 1 5 2 0 5000000 0 0 11 Naman Sanusi 1 3 2 1 1 20 2 0 30000000 0 0 12 Suherman 1 1 1 . 1 0 1 1 10000000 0 0 13 Budi Permana 1 1 2 1 3 10 2 1 10000000 1 0 14 Sana Muhana 1 2 1 1 1 10 3 0 1000000 0 0 15 Dede S 1 2 1 . 1 20 2 0 5000000 0 0 16 M Sholeh 1 1 1 1 4 20 1 0 6000000 0 1 17 Wawan 1 4 2 1 1 10 2 1 100000000 0 1 18 M. Karbini 1 4 1 1 2 20 2 1 10000000 0 0 19 Ujang S. 1 1 1 1 1 0 1 1 20000000 0 0 20 Kusoy 1 1 1 . 1 5 2 1 1500000 0 0 21 Yayat S. 1 1 2 1 2 20 2 1 10000000 1 0 22 H.M Natsir 1 4 1 1 1 20 3 0 100000000 0 0 23 Pian Sopian 1 1 1 1 1 10 2 1 100000000 1 0 24 Sarman 0 1 1 0 1 0 3 1 6000000 0 0 25 Aam Suryana 1 3 2 1 2 20 1 1 30000000 1 1 26 Muchtar H.M 0 4 2 0 1 15 3 0 1000000 0 0 27 Didih Rohendi 1 3 2 1 2 10 1 0 3000000 1 0 28 Ade Abdullah 1 4 2 1 3 20 1 0 3000000 1 0 29 Dedi H. 1 1 1 1 3 20 2 0 1500000 1 0 30 Nahrowi 1 3 2 1 4 10 2 0 4000000 1 0 31 Ali Nurdin 1 3 2 1 4 20 2 0 20000000 0 0 32 Agus Dari 1 3 1 0 1 0 2 0 100000000 1 0 33 Luthfi 1 2 2 1 2 20 2 0 6000000 1 0 34 Ade Sukirman 1 1 1 1 3 20 1 0 200000000 1 1 35 Ayi Sodikin 1 3 2 1 4 20 1 0 20000000 1 1 36 Edi Junaedi 1 4 1 0 2 15 3 0 15000000 1 0 37 Ajuk 1 3 1 1 1 20 3 0 5000000 0 1 38 Amin 1 1 1 0 1 5 1 1 1000000 0 0 39 M. Nuh 1 3 1 0 4 15 3 1 5000000 1 0 40 Tana Wijaya 1 1 1 1 1 5 2 0 50000000 1 1 41 Supandi 1 1 1 1 1 0 2 0 2000000 0 0 42 Muhammad 1 1 1 1 3 20 2 1 35000000 1 1 43 Nanih Sumarni 1 4 2 0 4 20 1 0 25000000 1 0 44 Wita S 0 1 2 1 4 20 1 0 2000000 1 0
(4)
46 Sana Sumirat 1 3 2 0 1 0 1 0 700000 0 0 47 Fauzi Salim 1 3 2 1 4 15 1 0 100000000 0 1 48 Aep Saepudin 1 1 2 1 2 20 1 0 3000000 0 0 49 Sihabudin 1 1 1 0 1 15 2 0 70000000 1 0 50 Supriyatna 0 1 2 1 3 10 1 0 1500000 0 0 51 Muchtar 1 3 2 1 4 20 1 1 5000000 0 0 52 Emang Sanusi 1 2 1 1 3 5 2 1 2000000 1 0 53 Firdaus 1 2 1 1 4 10 2 0 2000000 1 0 54 Nasril 1 4 2 1 3 5 1 1 5000000 0 0 55 Marison 1 2 2 0 1 0 2 0 1300000 0 0 56 Ujang 1 3 2 0 1 10 1 1 2000000 0 0 57 Amir 1 4 1 0 1 3 1 1 4000000 0 0 58 Syafrizal 1 3 2 1 2 15 1 1 5000000 1 0 59 Zulkifli 1 3 1 1 2 15 2 0 1500000 1 0 60 Marlinda 1 2 1 0 2 10 1 0 3000000 1 0 61 Abdul Muthalib 0 3 2 0 4 10 1 0 11000000 0 1 62 Fadli S.Sati 1 3 2 1 2 10 1 0 1000000 1 0 63 Tarmizi 1 4 2 0 4 20 2 0 2000000 1 1
Keterangan:
Y = 0 (repayment rate tidak lancar)
1 (repayment rate lancar) X1 = Hubungan dengan anggota lain
1 = tidak ada hubungan 2 = tetangga jauh 3 = tetangga dekat 4 = ada sebagian saudara 5 = semuanya saudara
X3 = Dummy pengajuan kredit 0 = Besranya kredit yang diajukan dengan yang disetujui tidak sama 1 = Besranya kredit yang diajukan dengan yang disetujui sama
X4 = Status keanggotaan 1 = mitra
2 = calon anggota
3 = anggota angkatan kedua
4 = anggota angkatan pertama X5 = Jumlah pertemuan (kali)
X6 = Jarak rumah nasabah ke BMT 1 = sangat jauh ( > 10 km) 2 = jauh (5 – 10 km) 3 = dekat (1-5 km)
X7 = Dummy Kenal dekat 0 = tidak kenal dekat 1 = kenal dekat X8 = Capital (Rp) X9 = Dummy Character 0 = berkarakter tidak baik
1 = berkarakter baik X10 = Dummy Collateral 0 = jaminan berupa barang elektronik
1 = jaminan berupa surat berharga
(5)
Keterangan:
Y = 1 (repayment rate lancar) = 0 (repayment rate tidak lancar) 1 = berkarakter tidak baik
X1 = Hubungan dengan anggota lain
1 = tidak ada hubungan 2 = tetangga jauh 3 = tetangga dekat 4 = ada sebagian saudara 5 = semuanya saudara
X3 = Dummy pengajuan kredit
0 = Besranya kredit yang diajukan dengan yang di setujui tidak sama 1 = Besranya kredit yang diajukan dengan yang di setujui sama
X4 = Status keanggotaan 1 = mitra
2 = calon anggota
3 = anggota angkatan kedua
4 = anggota angkatan pertama X5 = Jumlah pertemuan (kali)
X6 = Jarak rumah nasabah ke BMT 1 = sangat jauh ( > 10 km)
2 = jauh (5 – 10 km) 3 = dekat (1-5 km)
X7 = Dummy Kenal dekat 0 = tidak kenal dekat
1 = kenal dekat
1 = berjauhan 2 = sebagian dekat, sebagian jauh 3 = semuanya dekat 4 = semuanya sangat dekat
(6)
(km)
X2 = Jarak antar rumah anggota X7 = Dummy Kenal dekat X3 = Dummy pengajuan kredit X8 = Capital (Rp)
X4 = Status keanggotaan X9 = Dummy Character X5 = Jumlah pertemuan (kali) X10 = Dummy Collateral