5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Ketajaman Penglihatan Ikan Layur
Hasil analisis histologi retina mata ikan Layur memperlihatkan susunan sel reseptor yang terdiri dari sel kon tunggal single cone cell dan sel kon ganda twine
cone cell dengan posisi sel kon tunggal dikelilingi 4 buah sel kon ganda membentuk
susunan mozaik. Gambar 8
Gambar 8 Bentuk mozaik sel kon tunggal dan sel kon ganda pada ikan Layur
Pada umumnya retina mata ikan terdiri dari 3 tipe pada lapisan indra penglihatannya visual cell layer, yaitu sel kon tunggal single cone cell, sel kon
ganda twine cone cell dan sel rod. Sel kon tunggal dan sel kon ganda pada ikan layur sebagaimana pada ikan- ikan pada umumnya, merupakan sel reseptor
penglihatan. dimana sel kon ganda tersusun dari kombinasi sel kon tunggal. Sehingga sel kon ganda mempunyai kemampuan lebih sensitif terhadap cahaya dibandingkan
dengan sel kon tunggal, sedangkan sel rod umumnya hanya dimiliki oleh ikan dasar yang selama hidupnya tidak pernah terkena sinar matahari.
Dilihat dari susunan sel sebagaimana tercantum pada Gambar 8 ikan layur
dapat dikelompokan kedalam jenis ikan yang aktif memburu mangsa dengan menggunakan indra penglihatannya, sebagaimana disebutkan oleh Dwiponggo et al.,
single cone
cell twine
cone cell
0,05 0,1 mm
single cone cell twine cone cell
1991 bahwa ikan layur merupakan ikan pemangsa ikan- ikan kecil. Kemampuan ikan untuk melihat objek pada jarak tertentu dapat diketahui melalui nilai ketajaman
penglihatan visual acuity, dimana ketajaman penglihatan tersebut dipengaruhi oleh diameter lensa dan kepadatan sel kon pada retina. Apabila dihubungkan dengan
panjang ikan, diameter lensa akan berbanding lurus dengan panjang ikan, dalam artian semakin panjang tubuh ikan maka ukuran diameter lensanya akan semakin
besar pula, sebagaimana terlihat pada Gambar 9. Sedangkan kepadatan sel kon akan
berbanding terbalik dengan panjang tubuh ikan, dalam artian semakin panjang tubuh
ikan maka kepadatan sel kon ikan akan berkurang seperti terlihat pada Gambar 10.
Gambar 9 Hubungan antara panjang tubuh ikan dengan diameter lensa ikan layur
Dari gambar diatas dapat kita simpulkan bahwa terdapat hubungan linier antara panjang tubuh ikan dengan diameter lensa mata ikan layur, sesuai denga n apa yang
dinyatakan oleh Purbayanto 1999 bahwa diameter lensa mata ikan akan meningkat seiring dengan bertambah panjangnya ukuran tubuh ikan. Ikan layur yang berukuran
650 mm memiliki diameter lensa 6,15 mm, sedangkan ikan yang berukuran panjang total 850 mm memiliki diameter lensa 9,15 mm. Dari persamaan diatas didapatkan
nilai regresi linear sebasar 0,9968 yang menunjukan hubungan panjang tubuh dengan diameter lensa mata ikan sangat erat, dimana setiap kenaikan satu satuan dari panjang
total dapat menjelaskan perubahan diameter lensa mata sebesar 99, dan dapat
y = 0.0152x - 3.71 r = 0.9984
5 6
7 8
9 10
600 650
700 750
800 850
900
Panjang Total mm Diameter lensa mm
dikatakan pula dengan semakin besar diameter lensa maka ketajaman penglihatannya akan semakin baik.
Gambar 10 Hubungan antara panjang total dan kepadatan sel kon per 0.1
mm
2
ikan layur
Gambar diatas memperlihatkan bahwa adanya hubungan linier antara panjang total dengan kepadatan sel kon, semakin panjang ukuran tubuh ikan maka kepadatan
sel kon akan berkurang, hal ini dikarenakan sel kon tersebut membesar seiring dengan pertumbuhan badan ikan sehingga semakin tumbuh ikan maka kepadatan selnya akan
semakin menurun. Kepadatan sel kon tertinggi terletak pada daerah ventro temporal, yaitu sebesar 126 sel0,1mm
2
untuk ikan dengan panjang total 850 mm dan 226 sel0,1 mm
2
untuk ikan berukuran panjang total 650 mm, dengan nilai regresi linier sebesar 0,9860 yang menunjukan hubungan panjang total dengan kepadatan sel kon
sangat erat, dimana setiap kenaikan satu satuan dari panjang total dapat menjelaskan perubahan diameter lensa mata sebesar 98, dan dapat dikatakan pula dengan
semakin berkurangnya kepadatan sel kon ikan maka ketajaman penglihatannya akan semakin baik.
Setelah mengetahui diameter lensa dan kepadatan sel kon, selanjutnya dapat ditentukan nilai sudut pembeda terkecil á dan ketajaman penglihatan ikan.hubungan
linier antara panjang total dengan sudut pembeda terkecil á ikan Layur dapat dilihat
pada Gambar 11, serta hubungan linier antara panjang total dengan ketajaman penglihatan ikan layur dapat dilihat pada Gambar 12 .
y = -0.488x + 535 r = 0.9860
50 100
150 200
250
500 600
700 800
900
Panjang total mm Kepadatan sel kon
per 0.1mm2
Gambar 11 Hubungan antara panjang total dan sudut pembeda terkecil menit ikan layur
Gambar diatas menunjukan hubungan linier antara panjang total dengan sudut pembeda terkecil ikan layur. Dimana semakin panjang ukuran tubuh ikan maka sudut
pembeda terkecilnya akan semakin turun. Ikan dengan ukuran panjang total 650 mm memiliki nilai sudut pembeda terkecil sebesar 7,29 menit dan ikan dengan ukuran
panjang total 850 mm memiliki sudut pembeda terkecil sebesar 6,59 menit. Nilai regresi r sebesar 0.9292 yang berarti antar panjang total tubuh ikan layur
dengan sudut pembeda terkecil memiliki hubungan yang sangat erat, dan dapat diktakan pula bahwa setiap kenaikan satu satuan dari panjang total dapat menjelaskan
nilai sudut pembeda terkecil sebesar 92. Semakin kecil nilai sudut pembeda terkecil maka penglihatan ikan terhadap suatu objek akan semakin tajam.
Gambar 12 Hubungan antara panjang total dan ketajaman penglihatan ikan layur
y = -0.0039x + 9.8512 r = 0.9292
5.40 5.90
6.40 6.90
7.40
500 600
700 800
900
Panjang total mm sudut pembeda terkecil
menit
y = 8E-05x + 0.0838 r = 0.9319
0.12 0.13
0.14 0.15
0.16
550 600
650 700
750 800
850 900
Panjang total mm Ketajaman penlihatan
Hubungan linier antara panjang total ikan dan ketajaman penglihatan ikan layur
dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar tersebut menunjukan bahwa semakin panjang
ukuran tubuh ikan maka ketajaman penglihatannya pun akan semakin meningkat. Ikan yang berukuran panjang 650 mm memilki nilai ketajaman penglihatan sebesar
0,14, sedangkan ikan yang berukuran 850 mm memiliki nilai ketajaman penglihatan sebesar 0,15. nilai regresi linier didapatkan sebesar 0,9319 yang berarti adanya
hubungan yang sangat erat antara panjang total ikan dengan ketajaman penglihatan ikan layur. Dari persamaan diatas juga dapat dikatakan bahwa setiap kenaikan satu
satuan dari ukuran panjang total dapat menjelaskan nilai ketajaman penglihatan sebesar 93.
Nilai ketajaman penglihatan ikan layur yang semakin tinggi ini berhubungan erat dengan nilai sudut pembeda terkecil yang semakin menurun, seiring dengan
bertambah panjangnya ukuran tubuh ikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran ikan maka ketajaman penglihatannya akan semakin meningkat.
Namun karena terbatasnya jumlah sampel ikan yang diamati batas maksimum nilai ketajaman penglihatan ikan layur belum dapat ditentukan.
Nilai ketajaman penglihatan ikan layur ini cukup baik, walaupun ikan layur ini umumnya hidup di perairan pantai yang dalam dengan dasar lumpur, namun ikan ini
biasanya muncul ke permukaan pada waktu senja atau sore hari, sebagaimana disebutkan oleh Araga et al., 1975. Agustini 2005 dalam penelitiannya
menyebutkan nilai ketajaman penglihatan ikan gulamah yang merupakan ikan demersal berkisar antara 0,8 – 0,10 untuk ukuran 100-300 mm selain itu Geonita
2004 juga menyebutkan nilai ketajaman penglihatan ikan kakap merah Lutjanus malabaricus yang juga termasuk ikan demersal, berkisar antara 0,08 – 0,13 untuk
kisaran panjang ikan antara 100 – 185 mm. Hal ini menunjukan bahwa kondisi perairan yang gelap dan kurang mendapatkan cahaya akan berpengaruh terhadap
daya penglihatan ikan- ikan yang berada jauh dari permukaan air. Berbeda dengan ikan-ikan yang pelagis sebagaimana dinyatakan oleh Alatas 2004 dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa ketajaman penglihatan ikan Tongkol Euthynnus affinis berkisar antara 0,14 – 0,19 untuk ukuran ikan 285 – 375 mm. Besarnya
ukuran ikan dan kondisi perairan yang cukup terang menyebabkan ikan tersebut mempunyai ketajaman penglihatan yang cukup baik.
5.2 Sumbu penglihatan Visual Axis