82
pasar output dan input. Dampak penyebaran terbagi menjadi dua yaitu koefisen penyebaran dan kepekaan penyebaran.
4.4.1 Koefisien Penyebaran
Koefisien penyebaran adalah keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang dibobot dengan jumlah sektor, lalu
dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Koefisien penyebaran menunjukkan efek relatif yang
ditimbulkan oleh keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang antar suatu sektor dengan semua sektor. Dengan kata lain,
efek yang ditimbulkan suatu sektor karena peningkatan output sektor lain yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut baik secara
langsung maupun tidak langsung. Konsep koefisien penyebaran daya penyebaran ke belakang digunakan untuk mengetahui
distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap pengembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar
input.
Tabel 4.5 Koefisien Penyebaran Sektor Perekonomian
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013. Kode
Sektor Koefisien
Penyebaran
1 Pertanian
0,79340 2
Pertambangan dan Galian 0,75700
3 Industri Pengolahan
1,12458
4 Listrik, Gas dan Air Bersih
1,22799
5 Bangunan
1,25509
83
Kode Sektor
Koefisien Penyebaran
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
0,94467 7
Pengangkutan Komunikasi
1,12218
8 Keuangan, Persewaan dan Perusahaan
0,78116 9
Jasa-Jasa 0,99394
Sumber : Analisis Tabel I-O Jawa Tengah 2013, diolah Berdasarkan Tabel 4.5, Sektor-sektor perekonomian Provinsi
Jawa Tengah diatas yang memiliki nilai koefisien penyebaran lebih dari satu 1, diantaranya adalah sektor industri pengolahan
1,12458, sektor listrik, gas dan air bersih 1,22799, sektor bangunan 1,25509, dan sektor pengangkutan komunikasi
1,12218. Nilai koefisien penyebaran yang lebih dari satu ini berarti, bahwa sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih,
sektor bangunan, dan sektor pengangkutan komunikasi di Provinsi Jawa Tengah mampu untuk menarik pertumbuhan sektor-sektor
hulunya. Sedangkan sektor yang memiliki nilai koefisien penyebaran kurang dari satu 1 diantaranya sektor pertanian,
sektor pertambangan dan galian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan perusahaan, dan sektor
jasa-jasa. Berdasarkan hasil analisis koefisien penyebaran menunjukkan
bahwa sektor bangunan merupakan sektor yang mempunyai nilai koefisien penyebaran paling tinggi yaitu sebesar 1,25509, memiliki
nilai koefisien penyebaran yang lebih dari satu 1. Nilai yang lebih
84
dari satu ini berarti bahwa sektor bangunan mampu untuk menarik pertumbuhan sektor-sektor hulunya.
Selanjutnya dari hasil koefisien penyebaran sektor industri pengolahan mempunyai nilai koefisien penyebaran tertinggi pada
urutan ketiga yaitu sebesar 1,12458, memiliki nilai koefisien penyebaran yang lebih dari satu 1. Nilai yang lebih dari satu ini
berarti bahwa sektor industri pengolahan mampu untuk menarik pertumbuhan sektor-sektor hulu di Provinsi Jawa Tengah.
Sedangkan sektor yang memiliki nilai koefisien penyebaran yang paling rendah dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah adalah
sektor pertambangan dan galian yaitu sebesar 0,75700. Identifikasi dari hasil analisis koefisien penyebaran tersebut
mengindikasikan bahwa sektor yang memiliki nilai koefisien penyebaran yang tinggi yaitu sektor bangunan, berarti sektor
bangunan merupakan sektor yang banyak digunakan sebagai input untuk pertumbuhan sektor lain di Provinsi Jawa Tengah. Sebab
sektor bangunan memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan produksi sektor hulunya, dengan cara pembangunan
dan perluasan gedung pabrik, perbaikan infrastruktur hal ini secara langsung dan tidak langsung akan meningkatkan produksi sektor-
sektor perekonomian di Provinsi Jawa Tengah.
85
4.4.2 Kepekaan Penyebaran