dalam usaha pendederan benih ikan lele dumbo. Sayangnya, informasi padat penebaran maksimum benih ikan lele dumbo masih sangat sedikit.
1.2 Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pertumbuhan bobot dan panjang mutlak serta kelangsungan hidup benih ikan lele dumbo
Clarias sp. pada padat penebaran 15, 20, 25, dan 30 ekorliter dalam pendederan secara indoor dengan sistem resirkulasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Lele Dumbo Clarias sp.
Ikan lele dumbo adalah salah satu ikan hibrida yang berasal dari Taiwan dan pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1985 melalui sebuah
perusahaan swasta di Jakarta Suyanto, 1986. Rustidja 1999 berpendapat bahwa lele dumbo merupakan ikan hibrida antara Clarias gariepinus dengan
Clarias fuscus, yang pertumbuhannya cepat sehingga lebih diminati untuk dibudidayakan dibanding dengan lele lokal Clarias batrachus. Ikan lele dumbo
banyak mewarisi sifat induk jantan yang berasal dari Afrika Clarias gariepinus, antara lain warna tubuh, perbandingan panjang batok kepala dengan panjang
badan dan kecepatan tumbuh Suyanto, 1986. Saanin 1984, klasifikasi ikan lele dumbo Clarias sp. adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata Kelas : Pisces
Sub-kelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea Famili : Clariidae
Genus : Clarias Lele dumbo mempunyai ciri-ciri yang membedakan dengan jenis ikan
lainnya, yaitu: perkembangan badannya lebih memanjang, bagian badan bulat tinggi dan memipih ke arah ekor, tidak bersisik serta licin mengeluarkan lendir,
kepalanya pipih dan simetris, memiliki patil yang tidak beracun, mulutnya lebar, tidak bergigi, dan memiliki sepasang sungut mandibular dan sepasang sungut
maksilar yang lebih panjang dan tegar. Sifatnya tenang, lebih jinak dan kepala sampai punggung berwarna coklat kehitaman Suyanto, 1986.
2.2 Pertumbuhan
Ikan lele dumbo memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif cepat bila dibandingkan dengan ikan lele lokal, dalam waktu kurang lebih tiga bulan bobot
ikan lele dumbo dapat mencapai 0.2 sampai 0.3 kg, sedangkan ikan lele lokal memerlukan waktu sekitar 12 bulan untuk mencapai bobot tersebut Najiyati,
2001. Padat penebaran ikan dalam satu wadah budidaya adalah salah satu faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan ikan. Menurut Hepher dan Pruginin
1981, pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi sifat genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal yang
berhubungan dengan pakan dan lingkungan. Faktor-faktor eksternal tersebut diantaranya adalah komposisi kimia air dan tanah dasar, suhu air, bahan
buangan metabolit produksi eksternal, ketersediaan oksigen dan ketersediaan pakan.
Padat tebar yang dilakukan pada sistem budidaya resirkulasi, dengan wadah indoor akan memberikan hasil yang lebih baik, bila dibandingkan dengan
cara konvensional, karena lingkungan kualitas air mudah dikontrol. Menurut Bardach et al. 1972 tingkat padat penebaran akan mempengaruhi keagresifan
ikan. Ikan yang dipelihara dalam kepadatan yang rendah akan lebih agresif, sedang ikan yang dipelihara dalam kepadatan yang tinggi akan lambat
pertumbuhannya karena tingginya tingkat kompetisi dan banyaknya sisa-sisa metabolisme yang terakumulasi dalam media air. Menurut Hepher dan Pruginin
1981, peningkatan kepadatan ikan tanpa disertai dengan peningkatan jumlah pakan yang diberikan dan kualitas air yang terkontrol akan menyebabkan
penurunan laju pertumbuhan ikan critical standing crop dan jika telah sampai pada batas tertentu carrying capacity maka pertumbuhannya akan terhenti
sama sekali. Benih yang dipelihara dengan kepadatan tinggi dalam wadah sistem
konvensional menyebabkan terjadinya persaingan makanan dan kanibalisme apabila makanan yang tersedia terbatas. Padat penebaran ikan yang tinggi dapat
meningkatkan biomassa ikan sebagai total hasil produksi, tetapi belum tentu dapat mempertahankan bobot rata-rata ikan. Hal ini dimungkinkan karena pada
padat penebaran yang tinggi tingkat persaingan ikan untuk mendapatkan pakan juga meningkat,
sedangkan pemanfaatan pakan
oleh ikan untuk pertumbuhannya akan menurun Suresh dan Lin, 1992.
2.3 Kelangsungan Hidup