Rancangan Percobaan Pembahasan 20, 25, DAN 30 EKORLITER DALAM PENDEDERAN SECARA INDOOR DENGAN SISTEM RESIRKULASI

3.7.2 Kelangsungan hidup

Sedangkan tingkat kelangsungan hidup atau survival rate SR dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : SR = N t N o x 100 Keterangan ; SR : Survival Rate N t : jumlah individu waktu ke-t N o : jumlah individu saat tebar Zonneveld et al., 1991

3.7.3 Efisiensi Pemberian Pakan

Waktu menghitung efisiensi serta konversi pakan digunakan rumus sebagai berikut : Efisiensi pakan = W t + W d - W o X 100 F Keterangan ; F : jumlah total pakan g W t : bobot total ikan akhir g W o : bobot total ikan awal g W d : bobot total ikan mati g National Research Council,1977

3.8 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yanng digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap RAL dengan empat perlakuan dan masing-masing dengan tiga kali ulangan, dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Yij = µ + ti + eij Keterangan ; Yij : Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ : Nilai tengah dari pengamatan ti : Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i eij : Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Steel dan Torrie,1991 y = 0,0194x 2 - 0,8911x + 25,099 R 2 = 0,9416 15 15 15 15 16 16 16 16 16 10 15 20 25 30 Padat Penebaran ekor liter Laju Pertumbuhan Harian y = -0,0002x 3 + 0,0128x 2 - 0,2778x + 5,6417 R 2 = 1 3,68 3,70 3,72 3,74 3,76 3,78 3,80 10 15 20 25 30 Padat Penebaran Panjang Mutlak cm

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 4.1.1 Pertumbuhan bobot dan panjang Laju pertumbuhan bobot individu yang diperoleh berkisar antara 14.8702 hari hingga 16.1517 hari Lampiran 3. Pertumbuhan bobot benih ikan lele dumbo menurun dari 16.15 menjadi 14.87 dengan meningkatnya padat penebaran dari 15 menjadi 20 ekorliter, kemudian meningkat dari 14.87 menjadi 15.77 Gambar 1 dengan meningkatnya padat penebaran dari 20 menjadi 30 ekorliter P0.05. Gambar 1. Laju pertumbuhan bobot individu benih ikan lele dumbo Clarias sp. yang dipelihara dengan kepadatan 15, 20, 25, dan 30 ekorliter. Pertumbuhan panjang mutlak cm yang diperoleh pada semua tingkat kepadatan berkisar antara 3,71 cm hingga 3,77 cm Lampiran 4. Panjang rata- rata ikan pada akhir percobaan berkisar antara 5,1 cm hingga 5,2 cm Lampiran 2. Gambar 2. Pertumbuhan panjang mutlak benih ikan lele dumbo Clarias sp. yang dipelihara dengan kepadatan 15, 20, 25, dan 30 ekorliter. y = -0,0044x 2 + 0,1811x + 97,573 R 2 = 0,8579 99,0 99,1 99,2 99,3 99,4 99,5 10 15 20 25 30 Padat Penebaran ekor liter S R y = 0,0396x 2 - 1,2982x + 33,618 R 2 = 0,9872 5 10 15 20 25 30 35 10 15 20 25 30 Padat Penebaran ekor liter Efisiensi Pakan

4.1.2 Kelangsungan Hidup

Berdasarkan jumlah individu yang hidup selama masa pemeliharaan, dilakukan pendugaan terhadap tingkat kelangsungan hidup benih ikan lele pada masing-masing perlakuan Lampiran 5. Kelangsungan hidup benih ikan lele dumbo antar perlakuan adalah sama 99.06 - 99.38 . Gambar 3. Tingkat kelangsungan hidup benih ikan lele dumbo Clarias sp. yang dipelihara dengan kepadatan 15, 20, 25, dan 30 ekorliter.

4.1.3 Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan yang diperoleh pada tiap perlakuan yang diberikan berkisar antara 23.07 hingga 30.20 Lampiran 6. Efisiensi pakan meningkat dari 23 menjadi 30 dengan meningkatnya padat penebaran dari 15 menjadi 30 ekorliter P0.05. Gambar 4. Efisiensi pakan benih ikan lele dumbo Clarias sp. yang dipelihara dengan kepadatan 15, 20, 25, dan 30 ekorliter.

4.1.4 Kualitas Air

Parameter kualitas air pada masing-masing perlakuan selama masa percobaan berlangsung terlihat semakin menurun dengan meningkatnya padat penebaran dan bertambahnya waktu pemeliharan, tetapi penurunan tersebut masih berada dalam kisaran untuk kehidupan dan pertumbuhan benih ikan lele. Salah satu parameter fisika-kimia yang jelas terlihat terjadi penurunan adalah kandungan oksigen terlarut. Oksigen terlarut DO sejak minggu ke – 0 awal penebaran benih sampai dengan minggu ke – 3 pada tiap padat penebaran rata-rata menurun dari 7.48 mgl menjadi 4.14 mgl, dan kandungan oksigen terlarut meningkat pada minggu ke – 4 setelah dilakukan pencucian filter pada sistem resirkulasi menjadi rata-rata 4.62 mgl, sedangkan untuk peubah fisika- kima yang lain terlihat pada Lampiran 7.

4.2 Pembahasan

Terjadi penurunan laju pertumbuhan bobot antara padat penebaran 15 dengan 20 ekorliter. Hal ini dipengaruhi oleh adanya persaingan memperoleh ruang gerak dan makanan. Namun demikian, laju pertumbuhan meningkat kembali pada perlakuan 20 sampai 30 ekorliter. Analisis ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata perlakuan padat penebaran terhadap laju pertumbuhan bobot individu Lampiran 8, hal ini disebabkan oleh adanya penambahan frekuensi pemberian pakan pada masing-masing perlakuan. Frekuensi pemberian pakan yang berbeda pada tiap padat penebaran menyebabkan nilai feeding rate FR yang berbeda pula Lampiran 2, sehingga menimbulkan fluktuasi yang nyata Gambar 1 terhadap laju pertumbuhan bobot benih ikan lele dumbo yang dipelihara. Selama kondisi pakan tercukupi dan kondisi perairan terkontrol dan mendukung sistem budidaya, maka peningkatan kepadatan tidak menurunkan laju pertumbuhan, sehingga hasil yang akan diperoleh juga akan semakin meningkat dengan meningkatnya kepadatan ikan. Lingkungan pemeliharaan yang terkontrol dengan baik serta pakan yang masih tercukupi juga dapat mendukung kelangsungan hidup ikan yang tinggi selama masa pemeliharaan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan Lampiran 9. Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Unisa 2000, bahwa pengaruh perlakuan padat penebaran benih ikan lele dumbo dalam sistem resirkulasi sampai kepadatan 20 ekorliter terhadap kelangsungan hidup ikan tidak berbeda nyata. Hasil yang hampir serupa juga diperoleh pada percobaan ini, dimana dilakukan peningkatan padat penebaran sampai 30 ekorliter. Perlakuan tingkat kepadatan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak Lampiran 10 pada percobaan yang telah dilakukan, walaupun terlihat adanya fluktuasi panjang mutlak pada masing- 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 1 2 3 4 masa pemeliharaan minggu ke- Konsentrasi Oksigen mgl 15 ekorl 20 ekorl 25 ekorl 30 ekorl masing perlakuan, namun nilai fluktuasi tersebut sangat kecil sehingga tidak terjadi pengaruh yang nyata bagi pertumbuhan benih ikan lele dumbo. Menurut Allen 1974, secara umum peningkatan kepadatan selain akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan juga akan mempengaruhi terhadap efisiensi pakan. Hasil ragam menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan berpengaruh nyata terhadap efisiensi pakan Lampiran 11. Padat penebaran benih ikan lele dumbo yang semakin tinggi dapat memanfaatkan pakan lebih efisien Seperti tampak pada Grafik konsentrasi oksigen terlarut pada tiap-tiap padat penebaran selama masa pemeliharaan di bawah ini : Gambar 5. Konsentrasi oksigen terlarut dalam media pemeliharaan ikan lele dumbo Clarias sp. yang dipelihara dengan kepadatan 15, 20, 25, dan 30 ekorliter selama 4 empat minggu. Sampel pengambilan peubah DO dilakukan pada bagian tengah media pemeliharaan. Salah satu penyebab menurunnya konsentrasi oksigen terlarut pada wadah pemeliharaan dipengaruhi oleh beberapa hal, nafsu makan ikan yang semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhannya menyebabkan terjadinya penumpukan produk metabolit ikan dan menyebabkan limbah organik, sehingga oksigen lebih banyak diperlukan oleh bakteri untuk melakukan proses penguraian. Biomassa yang semakin meningkat dengan wadah pemeliharaan yang tetap sejak penebaran benih, menjadi faktor lain menurunnya konsentrasi oksigen terlarut, dimana terjadi kompetisi yang semakin tinggi untuk mendapatkan oksigen antar individu, seperti yang terlihat pada grafik di atas di mana padat penebaran tertinggi 30 ekorl memiliki konsentrasi oksigen terlarut terendah, bahkan pada minggu ke-3 konsentrasi oksigen terlarut mencapai angka 3.85 mgl di mana angka ini adalah angka di bawah kondisi normal untuk budidaya benih ikan lele. Dengan adanya alat pernafasan tambahan 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 masa pemeliharaan minggu ke- Konsentrasi oksigen mgl Outlet Inlet arborescent memungkinkan benih ikan lele dumbo untuk mengambil oksigen secara langsung di udara. Aerasi dipasang hanya pada bak tandon, dan tidak dipasang pada media pemeliharaan sehingga ikut mempengaruhi penurunan laju konsentrasi DO pada media pemeliharaan, dengan sistem resirkulasi yang ada akan mendapatkan konsentrasi oksigen tambahan, khususnya dengan debit yang dihasilkan dari sirkulasi air. Sistem resirkulasi membantu mempertahankan kandungan oksigen terlarut dalam wadah pemeliharaan, seperti terlihat pada grafik di bawah ini, : Gambar 6. Konsentrasi oksigen terlarut pada outlet dan inlet sistem resirkulasi untuk pemeliharaan ikan lele dumbo Clarias sp. Dari gambar di atas, terlihat konsentrasi oksigen terlarut pada inlet menunjukkan kandungan DO yang lebih tinggi dari pada konsentrasi oksigen terlarut pada outlet. Selama masa pemeliharaan benih ikan lele dumbo, terlihat adanya peningkatan amoniak Tabel 1. Meningkatnya kandungan amoniak dalam perairan sebagian besar disebabkan oleh adanya akumulasi bahan organik dari pembuangan hasil metabolisme ikan. Menurut Boyd 1990, sumber amoniak terbesar dalam budidaya ikan berasal dari ekskresi langsung oleh ikan. 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 1 2 3 4 Masa pemeliharaan minggu ke- Kadar amonia mgliter 15 ekorliter 20 ekorliter 25 ekorliter 30 ekorliter Tabel 1. Konsentrasi amoniak mgl pada sistem budidaya benih ikan lele dumbo Clarias sp. selama masa pemeliharaan Minggu ke- Ulangan Padat Penebaran ekorliter 15 20 25 30 Outlet Inlet 1 0.015 0.016 0.021 0.021 2 0.011 0.019 0.014 0.019 3 0.014 0.022 0.027 0.029 Rata-rata 0.013 0.019 0.021 0.023 0.039 0.016 I 1 0.021 0.035 0.042 0.061 2 0.019 0.037 0.044 0.058 3 0.029 0.038 0.055 0.049 Rata-rata 0.023 0.037 0.047 0.056 0.062 0.041 II 1 0.051 0.057 0.077 0.088 2 0.045 0.047 0.085 0.09 3 0.046 0.049 0.082 0.084 Rata-rata 0.047 0.051 0.081 0.087 0.091 0.058 III 1 0.112 0.098 0.136 0.145 2 0.132 0.124 0.141 0.142 3 0.102 0.137 0.139 0.151 Rata-rata 0.115 0.120 0.139 0.146 0.132 0.095 IV 1 0.148 0.16 0.188 0.194 2 0.141 0.162 0.181 0.192 3 0.147 0.156 0.179 0.191 Rata-rata 0.145 0.159 0.183 0.192 0.185 0.174 Meningkatnya konsentrasi amoniak selain disebabkan oleh semakin tingginya padat penebaran, juga dipengaruhi oleh waktu masa pemeliharaan sampai dengan periode tertentu. Terjadinya penurunan kualitas air akibat melimpahnya kandungan amoniak dalam wadah budidaya dapat membahayakan organisme budidaya, karena bersifat toksik. Adanya sistem resirkulasi dapat membantu menjaga kualitas air dengan baik dengan filterisasi, ataupun debit air yang membantu suplai oksigen, walaupun demikian perlu adanya pembersihan filter, sipon dan penambahan volume air pada sistem, karena adanya peningkatan konsentrasi amoniak pada sistem resirkulasi pada percobaan ini, seperti terlihat pada grafik di bawah ini : Gambar 7. Konsentrasi amoniak media pemeliharaan ikan lele dumbo Clarias sp. yang dipelihara dengan kepadatan 15, 20, 25, dan 30 ekorliter.selama 4 empat minggu. 0,00 0,02 0,04 0,06 0,08 0,10 0,12 0,14 0,16 0,18 0,20 1 2 3 4 Masa pemeliharaan minggu ke- Kadar amonia mgliter Outlet Inlet Perlakuan dengan padat penebaran paling rendah 15 ekorliter memiliki kadar amoniak paling rendah pula, dan terjadi sebaliknya dengan tingkat padat penebaran yang paling tinggi 30 ekorliter. Terlihat tingkat padat penebaran berbanding lurus dengan konsentrasi amoniak yang terdapat dalam wadah pemeliharaan, namun perbedaan ini tidak terlalu signifikan, karena walaupun dilakukan pemilihan wadah budidaya secara acak, tapi dengan cara kerja sistem resirkulasi, dengan adanya sirkulasi air dari sumber yang sama yang telah melewati proses filtrasi, akan membantu mengeliminir NH 3 dalam perairan. Kandungan amoniak pada outlet lebih tinggi bila dibandingkan dengan kandungan amoniak pada inlet, seperti tampak pada gambar di bawah ini, Gambar 8. Konsentrasi amoniak pada outlet dan inlet wadah pemeliharaan ikan lele dumbo Clarias sp. yang dipelihara dengan kepadatan 15, 20, 25, dan 30 ekorliter selama 4 empat minggu. Hal ini membuktikan kinerja sistem resirkulasi memberikan dampak positif untuk mengurangi kadar amoniak yang ada selama masa pemeliharaan. Salah satu komponen pendukung sistem resirkulasi adalah adanya filter, yang terdiri atas filter fisik dan bio-kimia . Filter fisik mekanis merupakan penyaring padatan zat pencemar kotoran dari air, termasuk eksresi dari ikan pemeliharaan dalam wadah budidaya. Filter bio-kimia didefinisikan sebagai mineralisasi senyawa-senyawa nitrogen organik, nitrifikasi dan denitrifikasi oleh bakteri yang tersuspensi dalam lingkungan perairan yang melekat pada butiran- butiran filter Spotte, 1970. Filterisasi dari sistem resirkulasi ini diharapkan dapat membantu menjaga kondisi perairan budidaya dengan mengeliminir bahan- bahan dalam bentuk berbahaya seperti amoniak, dengan cara mengubahnya ke dalam bentuk yang relatif tidak berbahaya seperti nitrat Landau, 1992.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan