Perumusan Masalah Batasan Penelitian Tinjauan Penelitian Terdahulu

memperhatikan lingkungan dengan melakukan pembuangan limbah perusahaan sembarangan. Sering juga tidak mengerjakan kewajibannya di dalam proses pengeboran sehingga dampak negatif terhadap alam yang berimbas terhadap masyarakat pun terjadi. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh good corporate governance, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Perkebunan dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah apakah variabel good corporate governance yang diproksikan dalam komite audit dan proporsi dewan komisaris, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di BEI?

1.3 Batasan Penelitian

Agar penelitian ini lebih terfokus pada topik yang telah dipilih, maka peneliti membuat batasan penelitian sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Objek penelitian adalah perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di BEI b. Periode penelitian yang diamati adalah tahun 2009-2011

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah variabel good corporate governance yang diproksikan dalam komite audit dan proporsi dewan komisaris, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai tanggung jawab sosial di dalam sebuah perusahaan dan bagaimana pengaruh dari faktor-faktor yang diteliti terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan tersebut. b. Bagi pihak stakeholder perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber masukan dan Universitas Sumatera Utara bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan terutama yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. c. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat menjadi sebuah masukan atau informasi bagaimana kewajiban dari sebuah perusahaan untuk menjalankan tanggung jawab sosialnya bagi lingkungan dan juga masyarakat yang adalah pasar dari output yang diproduksi oleh perusahaan. d. Bagi pihak akademisi penelitian ini dapat dijadikan sebuah informasi yang menambah wawasan dan menjadi sebuah referensi untuk melakukan penelitian sejenis. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori

Agensi Jensen dan Meckling 1976 mendefinisikan teori keagenan sebagai hubungan antara agen manajemen suatu usaha dan principal pemilik usaha. Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih principal memerintah orang lain agent untuk melakukan suatu jasa atas nama principal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal. Hubungan keagenan timbul pada saat seseorang atau lebih individu yang disebut sebagai principal : 1 menggaji individu lain yang disebut sebagai agent untuk memberikan jasa kepadanya, 2 kemudian mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Eisenhard 1989 dikutip dalam hartati 2012 menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori agensi yaitu: 1 manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri self interst, 2 manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang bounded rationality , dan 3 Universitas Sumatera Utara manusia selalu menghindari resiko risk averse. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya. Jensen dan Meckling 1976 menyatakan permasalahan yang timbul dari konflik kepentingan ini adalah 1 Moral hazard, yaitu permasalahan muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang disepakati bersama dalam kontrak kerja. 2 Adverse selection, yaitu suatu keadaan di mana prinsipal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.

2.1.2 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Social

Responsibility Rudito dan Famiola 2007:207 dalam bukunya “etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia” menuliskan bahwa: Keberlanjutan dalam bidang ekonomi, lingkungan dan sosial dapat dilakukan oleh korporasi yang mempunyai kebudayaan perusahaan sebagai suatu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan corporate social responsibility. Corporate social responsibility dapat dipahami sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan komunitas secara lebih luas Sankat, Clement K, 2002. Pengertian ini sama dengan apa yang telah ditelorkan oleh The World Business Council for Universitas Sumatera Utara Sustainable Development WBCSD yaitu komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat lokal dan komunitas secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Secara umum Corporate Social Responsibility merupakan peningkatan kualitas kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota komunitas untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada, dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan- perubahan yang ada sekaligus memelihara. Atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas. Atau dapat dikatakan sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholders baik secara internal pekerja, shareholders, dan penanaman modal maupun eksternal kelembagaan pengaturan umum, anggota- anggota komunitas, kelompok komunitas sipil, dan perusahaan lain. Tanggung jawab sosial memiliki arti bahwa perusahaan harus bertanggungjawab atas tindakannya yang mempengaruhi masyarakat, lingkungan, dan komunitasnya. Tanggung jawab sosial tidak hanya meliputi tanggungjawab terhadap dirinya sendiri dengan melindungi kepentingan-kepentingannya sendiri, tetapi juga bertanggungjawab terhadap masyarakat atas akibat yang ditimbulkan dari aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan perusahaan. Dari sini tersirat suatu pernyataan bahwa sasaran usaha adalah komunitas secara lebih luas menjadi inti dari CSR, dijelaskan bahwa anggota komunitas yang lebih luas termasuk di dalamnya adalah karyawan perusahaan, anggota keluarga karyawan serta komunitas lingkungan sosial dari perusahaan itu sendiri. Universitas Sumatera Utara Ketentuan mengenai kegiatan CSR di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan perseroan atau penanam modal untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Ketentuan ini bertujuan untuk mendukung terjalinnya hubungan yang serasidan seimbang antara perusahaan dengan lingkungan sesuai dengan nilai norma, dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan CSR juga bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya Wahyudi dan Azheri, 2008.

2.1.3 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Pengungkapan ada yang bersifat wajib mandatory yaitu pengungkapan informasi yang wajib dilakukan oleh perusahaan yang didasarkan pada peraturan atau standart tertentu, dan ada yangbersifat sukarela voluntary yaitu pengungkapan informasi melebihi persyaratan minimum dari peraturan yang berlaku. Pengungkapan CSR pada laporan tahunan perusahaan sering kali dilakukan secara sukarela oleh perusahaan Indrawati, 2009. Pengungkapan tanggungjawab sosial yang sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting mathews, 1995 atau corporate social responsibility disclosure Hackston dan Milne, 1996 merupakan proses Universitas Sumatera Utara pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan Sembiring, 2005. Menurut Gray et. al., 1995 dalam Sembiring 2005 ada dua pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap masyarakat keuangan sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua dengan meletakkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Belkaoui dalam hartati 2012 mengemukakan ada enam tujuan pengungkapan, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keuangan, 2. untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk menyediakan ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut, 3. untuk menyediakan informasi untuk membantu investor kreditor dalam menentukan resiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui, 4. untuk menyediakan informasi yang penting yang dapat digunakan oleh pengguna aporan keuangan untukmembandingkan antar perusahaan dan antar tahun, 5. untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan kas keluar dimasa mendatang, 6. untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung

Jawab Sosial 2.1.4.1 Good Corporate Governance Forum for Corporate Governance FCGI dalam publikasi yang pertamanya mempergunakan definisi Cadbury Committee , yaitu: seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus Universitas Sumatera Utara pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Wibisono 2007:10 dalam bukunya “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR” menuliskan bahwa: Good Corporate Governance GCG merupakan suatu sistem dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dlam arti sempit hubungan antara pemegang saham dan dewan komisaris serta dewan direksi demi tercapainya tujuan korporasi. Dalam arti luas mengatur hubungan seluruh kepentingan stakeholders dapat dipenuhi secara proporsional. GCG dimaksud untuk mengatur hubungan-hubungan tersebut dan mencegah terjadinya kesaalahan-kesalahan signifikan dalam strategi korporasi. GCG juga untuk memastikan bahwa kesalahan- kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera. Dari defenisi yang telah dijabarkan di atas kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa Good corporate governance adalah suatu kerangka hubungan, struktur, pola, sistem yang berdasarkan pada prinsip-prinsip dasar dan undang-undang yang berlaku dengan mempertemukan, menjelaskan, mengarahkan dan mengendalikan hubungan antara shareholders, manajemen, kreditur, pemerintah dan stakeholders lainnya pada hak dan kewajiban masing-masing pihak tersebut, Universitas Sumatera Utara yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan nilai- nilai jangka panjang yang diinginkan oleh pemegang saham. Penelitian ini menggunakan komite audit dan proporsi dewan komisaris sebagai proksi mekanisme dari Good Corporate Governance . Komite audit adalah suatu komite yang dibentuk oleh Dewan komisaris membantu pelaksanaan tugasnya. Surya dan Yustiavandana 2008 menjelaskan bahwa komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Independensi komite audit tidak dapat dipisahkan moralitas yang melandasi integritasnya. Komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan. Dalam pedoman GCG Indonesia KNKG, 2006 dijelaskan bahwa, Komite Audit membantu Dewan Komisaris untuk memastikan bahwa: a laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, b struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, c pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan d tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. Universitas Sumatera Utara Keberadaan komisaris independen telah diatur dalam ketentuan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek Indonesia No. 1-A tanggal 14 Juli tahun 2004 dimana jumlah komisaris independen sekurang – kurangnya 30 dari jumlah seluruh anggota komisaris Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006. Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan Surya dan Yustiavandana, 2008:135

2.1.4.2 Ukuran Perusahaan

Menurut Meek, Robert, dan Gray 1995 perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan besar memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas dari perusahaan kecil. Semakin besar perusahaan maka semakin banyak pula jumlah karyawan yang direkrut. Dengan jumlah karyawan yang besar itu akan semakin besar pula tanggung jawab manajemen untuk memperhatikan Universitas Sumatera Utara kepentingan tenaga kerja. Selain itu, perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti. Menurut Cowen et.al . 1987 dalam Hartati 2012, secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan, dan perusahaan yang lebih besar dengan aktifitas operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program-program sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkan tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin luas. Dari sisi tenaga kerja, dengan semakin banyaknya jumlah tenaga kerja dalam suatu perusahaan, maka tekanan pada pihak manajemen untuk memperhatikan kepentingan tenaga kerja yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan, akan semakin banyak dilakukan oleh perusahaan.

2.1.4.3 Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Universitas Sumatera Utara Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Kasmir, 2008:196 Profitabilitas merupakan suatu indikator yang menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit dalam suatu periode tertentu. Return On Equity sebagai proksi profitabilitas menunjukkan berapa persen laba diperoleh bila diukur dari modal pemilik. Laba yang diperoleh perusahaan pertama akan dipakai untuk membayar bunga hutang, lalu saham preferen, baru kemudian kalau ada sisa diberikan ke pemegang saham biasa Hanafi dan Halim, 2007:179. Menurut Walsh 2004:56 Rasio ini bisa dikatakan sebagai rasio yang paling penting dalam keuangan perusahaan. ROE mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan kepada para pemegang saham. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal itu juga akan memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar, dan seterusnya. Semua hal tersebut dapat menciptakan nilai yang tinggi dan pertumbuhan yang berkelanjutan atas kekayaan para pemiliknya. Perusahaan yang memiliki tingkat rasio pengembalian modal ROE tinggi sebagai pengukur profitabilitas perusahaan akan meningkatan pengungkapan Universitas Sumatera Utara pertanggungjawaban sosialnya. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Hanafi dan Halim, 2008:179. Menurut Heal dan Garret 2004 dalam Dahlia dan Siregar 2008:2 menunjukkan bahwa aktivitas CSR dapat menjadi elemen yang menguntungkan sebagai strategi perusahaan, memberikan kontribusi kepada manajemen risiko dan memelihara hubungan yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Perusahaan yang mengungkapkan pertanggungjawaban sosialnya akan mendapatkan keuntungan secara sosial dengan kemudahan operasionalitas dengan lingkungan sekitar stakeholder dan keuntungan ekonomi perusahaan secara jangka panjang.

2.1.4.4 Leverage

Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari pihak luar kreditor dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal Harahap, 2007:306. Rasio leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembayaran Universitas Sumatera Utara semua hutang, baik hutang jangka panjang maupun jangka pendek, atau kenaikan bila mengalami likuidasi. Semakin tinggi tingkat leverage perusahaan,maka akan semakin besar pula agency cost. Hal ini terkait dengan biaya-biaya yang dikeluarkan kreditur sebagai pengawasan terhadap perusahaan. Dilakukan penilaian oleh investor apakah perusahaan dengan tingkat utang tinggi leverage, mampu melunasi hutangnya. Hal ini mendorong kreditur meningkatkan biaya agensinya. Manajer dalam hal ini kaitannya dengan pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan akan memilih metode akutansi, memaksimalkan laba sekarang lebih tinggi daripada laba yang akan datang, dengan melaporkan laba yang lebih tinggi maka mengurangi perusahaan melanggar perjanjian hutang. Kontrak hutang tersebut biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan akan menjaga tingkat leverage tertentu rasio utangekuitas, modal kerja dan ekuitas pemegang saham, Watt Zimmerman 1990 dalam Anggraini 2006:9 dengan pelaporan laba yang tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Berdasar Beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan Universitas Sumatera Utara bahwa leverage berhubungan negatif dengan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Rasio “hutang terhadap ekuitas” merupakan salah satu ukuran yang paling mendasar dalam keuangan perusahaan. Rasio ini merupakan pengujian yang baik bagi kekuatan keuangan perusahaan. Tujuan dari rasio ini adalah untuk mengukur bauran dana dalam neraca dan membuat perbandingan antara dana yang diberikan oleh pemilik dan dana yang dipinjam. Walsh, 2004:118.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Silitonga 2011 melakukan penelitian mengenai Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dalam laporan tahunan. Penelitian tersebut mengambil sampel 10 perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di BEI pada 2007 sampai 2009. Variabel independen yang diteliti adalah Ukuran Perusahaan, Basis Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Likuiditas. Variabel dependen adalah Pengungkapan tanggung jawab sosial. Variabel ukuran perusahaanSIZE, basis perusahaanBASIS, profitabilitasPROFIT, leverageLEV, dan likuiditasLIKUID tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan. Sitepu 2009 melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan Universitas Sumatera Utara pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Peneliti menggunakan Variabel Independen: Ukuran dewan komisaris, Tingkat leverage, Ukuran perusahaan, Profitabilitas. Variabel Dependen: Jumlah informasi sosial yang diungkapkan. Hasil penelitian variabel ukuran dewan komisaris, dan profitabilitas, memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan oleh perusahaan, sedangkan tingkat leverage dan ukuran perusahaan, tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi yang diungkapkan. Hartati 2012 melakukan penelitian mengenai pengaruh Good Corporate Governance , Profitabilitas, dan Ukuran perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial. Proksi dari GCG yang digunakan pada penelitian tersebut adalah Kepemilikan institusional, Dewan komisaris independen, Kepemilikan manajerial dan Komite audit. Peneliti meneliti pada perusahaan-perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2010, sampel perusahaan yang digunakan 32 perusahaan. Hasil penelitian yang diperoleh adalah variabel kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan memberikan pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, dewan komisaris independen dan profitabilitas memberikan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, kepemilikan manajerial dan komite audit memberikan pengaruh negatif yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Silitonga 2011 Variabel Independen: Ukuran perusahaan, Basis perusahaan, Profitabilitas, Leverage , Likuiditas Variabel Dependen: Pengungkapan tanggung jawab sosial. Variabel ukuran perusahaanSIZE, basis perusahaanBASIS, profitabilitasPROFIT, leverage LEV, dan likuiditasLIKUID tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan 2 Sitepu 2009 Variabel Independen: Ukuran dewan komisaris, Tingkat leverage, Ukuran perusahaan, Profitabilitas Variabel Dependen: Jumlah informasi sosial yang diungkapkan. Variabel ukuran dewan komisaris, dan profitabilitas, memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan oleh perusahaan, sedangkan tingkat leverage dan ukuran perusahaan, tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi yang diungkapkan. 3 Hartati 2012 Variabel Independen: Good Corporate Governance , Profitabilitas, dan Ukuran perusahaan Variabel dependen: Pengungkapan tanggung jawab sosial Indikator Good Corporate Governance terdiri dari: kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial dan komite audit. Variabel kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan memberikan pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, dewan komisaris independen dan profitabilitas memberikan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, kepemilikan manajerial dan komite audit memberikan Universitas Sumatera Utara Penelitian terdahulu adalah penelitian yang berhubungan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial.

2.3 Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2007-2010)

1 46 99

DAMPAK UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI tahun.

0 0 104

Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 13

Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 19

Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

DAMPAK UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI tahun 2009-2011) SKRIPSI

0 0 20

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE,PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2007-2010

0 0 14