BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan CSR Corporate Social Responsibility
merupakan hal yang ramai
dibicarakan belakangan ini. CSR adalah suatu tindakan atau konsep dalam
bentuk tanggung jawab yang dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan kemampuan perusahaan terhadap pihak yang terkena dampak dari setiap
aktivitas yang dilakukan. Bentuk tanggung jawab ini beragam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
pertanggungjawaban dan perbaikan lingkungan, pertanggungjawaban terhadap produk yang dihasilkan, peningkatan SDM melalui pemberian
beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pembangunan dan pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk masyarakat desa yang
bersifat sosial dimana berguna untuk masyarakat luas, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut, dan berbagai hal
lainnya yang dilakukan perusahaan dalam rangka tanggung jawabnya terhadap pihak tersebut diatas.
Dalam konsep CSR, hal yang menjadi fokus adalah pengungkapannya. Di satu sisi, Pengungkapan CSR yang lebih rinci dapat
memfasilitasi investor dan pemegang saham dalam menilai laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Dalam hal ini investor dan pemegang
Universitas Sumatera Utara
saham dapat menganalisis apakah kebijakan untuk CSR yang diambil oleh perusahaan sejalan dengan kepentingan mereka. Namun disisi lain
masyarakat pada saat ini sudah memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terhadap kontrol sosial pada perusahaan.
Seperti yang terjadi pada kasus Lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur pada tahun 2006. Hal ini dikarenakan PT Lapindo
Brantas tidak memenuhi standar operasional pengeboran yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam program tertulis dinding harus dipasang hingga
kedalaman 8.500 kaki, namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dikerjakan oleh perusahaan, bahkan pengeboran terus dilakukan hingga
kedalaman 9,297 kaki. Akibat dari dinding yang tidak dipasang hingga kedalaman tersebut maka tekanan air dari dalam terus naik ke atas dan
mencari celah yang akhirnya menyembur tidak jauh dari sumur pengeboran. Sumber bacaan:
www.suarapembaruan.comhomesemburan-lumpur- lapindo-kesalahan-operasi-pengeboran23227
.
Akibat yang terjadi dari kasus diatas adalah kerugian yang kemudian dialami oleh berbagai pihak. Protes warga datang terhadap
pengeboran minyak dan gas di sejumlah daerah di Jawa timur karena warga mengalami ketakutan bencana lumpur lapindo akan terulang lagi. Akibat
nya banyak investor minyak dan gas yang mengalami kerugian karena terpaksa menghentikan kegiatan eksplorasinya. Hal ini kemudian dapat
Universitas Sumatera Utara
berdampak terhadap terganggunya iklim investasi di Jawa timur karena investor menjadi enggan untuk berinvestasi.
PT Freeport Indonesia salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun
1969, sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik yang berkepanjangan dengan masyarakat lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran
adat, maupun kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi Wibisono,2007. Konflik akibat operasinal PT Caltex Pacific Indonesia
CPI di wilayah Provinsi Riau, akibat masalah pencemaran lingkungan, dimana masyarakat menuntut kompensasi hingga tingkat DPR pusat terkait
dampak negatif operasional perusahaan tersebut terhadap kondisi ekonomi, kesehatan dan lingkungan yang semakin memburuk Mulyadi, 2003.
Dari permasalahan di atas dapat kita lihat CSR sangat penting untuk diperhatikan dalam sebuah perusahaan. Pertumbuhan dan perkembangan
suatu usaha tidak lepas dari pihak pemangku kepentingan dalam perusahaan tersebut, seperti: pelanggankonsumen, pemasoksupplier, competitors,
lembaga keuangan, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya. Pihak pemangku kepentingan ini seharusnya menjadi objek dari tanggung jawab sosial
perusahaan. Perusahaan di dalam menjalankan roda bisnisnya tidak hanya fokus terhadap peningkatan laba tetapi juga harus memperhitungkan
tanggung jawabnya kepada pihak tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Dengan adanya konsep CSR maka perusahaan seharusnya tidak lagi berpijak hanya pada single bottom line, yaitu nilai dari perusahaan hanya
direfleksikan pada kondisi keuangan saja. Namun lebih dari itu, perusahaan seharusnya berpijak pada konsep triple bottom lines dimana perusahaan juga
memperhatikan masalah sosial dan lingkungan. Karena seperti pada kasus PT Lapindo Brantas, kondisi keuangan dai perusahaan tersebut tidak
menjamin keberlangsungan hidupnya. Global Compact Initiative 2002 menyebut pemahaman ini dengan 3P Profit, People, Planet yaitu tujuan
bisnis tidak hanya mencari laba profit, tetapi juga menyejahterakan orang people,
dan menjamin keberlanjutan hidup planet Bumi planet Wibisono, 2007.
Di dalam perkembangan pengungkapan dan pelaporan CSR di Indonesia, pemerintah mempunyai andil yang cukup besar yaitu dengan
dikeluarkannya regulasi yang mengatur tentang hal tersebut. Pemerintah telah mengeluarkan suatu ketentuan yang tertuang dalam UU No.40 tahun
2007 pasal 74 ayat 3, yang berisi bahwa perusahaan yang tidak melaksanakan program tanggung jawab sosial dalam laporan keuangan akan
dikenai sanksi sesuai dengan peraturan undang-undang. Dalam UU No.40 tahun 2007 pasal 66 ayat 2, dinyatakan bahwa setiap perusahaan perseroan
di Indonesia diwajibkan untuk memuat laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan.
Selain peraturan perundang-undangan yang berlaku tersebut, perihal mengenai kewajiban perusahaan dalam mengungkapkan tanggungjawab
Universitas Sumatera Utara
sosialnya dalam laporan tahunan juga didukung oleh Keputusan ketua Bapepam dan LK No. Kep-134BL2006 tanggal 7 Desember 2006,
dinyatakan bahwa salah satu kewajiban bagi perusahaan dalam menyusun laporan tahunan untuk melampirkan uraian mengenai aktivitas dan biaya
yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan.
Dengan adanya regulasi tersebut maka tentunya CSR menjadi hal yang seharusnya wajib untuk dikerjakan oleh setiap perusahaan yang
bergerak di Indonesia. Oleh karena hal tersebut diataslah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial
pada perusahaan perkebunan dan pertambangan di Indonesia. Peneliti ingin melihat sudah sejauh mana perusahaan mengungkapkan tanggung jawab
sosialnya. Sitepu 2009 di dalam penelitiannya memiliki temuan bahwa variabel
independennya yang adalah dewan komisaris dan profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan
oleh perusahaan, sedangkan tingkat leverage dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang
diungkapkan. Silitonga 2011 yang meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan,
basis perusahaan, profitabilitas, leverage, dan likuiditas sebagai variabel independen penelitian menemukan bahwa secara simultan variabel ukuran
perusahaan, basis perusahaan, profitabilitas, leverage, dan likuiditas tidak
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan.
Hartati 2012 dalam penelitiannya menggunakan variabel independen yaitu good corporate governance, profitabilitas dan ukuran perusahaan
menemukan bahwa kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial. Sedangkan kepemilikan manajerial dan komite audit memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial. Penelitian ini adalah penelitian lanjutan dari penelitian yang dilakukan
oleh Hartati 2012 yang berjudul Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2010.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah: 1.
Penelitian ini menggunakan data dari perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaaftar di BEI pada tahun 2009-2011,
sedangkan penelitian terdahulu mengambil data dari perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2010
2. Penelitian ini hanya memakai 2 proksi GCG untuk variabel
independen yaitu komite audit dan proporsi dewan komisaris, sedangkan peneliti terdahulu memakai 4 proksi yaitu kepemilikan
manajerial, komite audit, kepemilikan institusional dan komposisi
Universitas Sumatera Utara
dewan komisaris. Peneliti hanya menggunakan 2 proksi GCG karena peneliti tertarik untuk melihat sejauh mana pihak independensi
mempengaruhi kebijakan dalam suatu perusahaan dalam hal ini mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial. Di dalam menilai
GCG pada perusahaan, peneliti menggunakan skala nominal, sedangkan peneliti terdahulu menggunakan penghitungan variabel
dummy. 3.
Peneliti menambahkan leverage sebagai variabel independen. 4.
Penelitian ini menggunakan enam variabel, dimana variabel independen terdiri dari komite audit, proporsi dewan komisaris,
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage serta Pengungkapan tanggung jawab sosial sebagai variabel dependen, sedangkan
penelitian terdahulu menggunakan 7 variabel. Peneliti menggunakan data dari perusahaan perkebunan dan
pertambangan karena beberapa hal. Negara Indonesia adalah Negara yang kaya dengan sumber daya alam yang ada. Perkebunan dan pertambangan
merupakan bidang usaha yang berkembang pesat saat ini. Namun disisi lain kita dapat melihat masih banyaknya perusahaan perkebunan yang tidak
memperhatikan dampak lingkungan dari operasi bisnis yang dikerjakan. Untuk memperoleh lahan sering sekali dilakukan penebangan dan
pembakaran hutan yang tentunya berpengaruh negatif terhadap lingkungan. Sering juga terjadi konflik antara warga disekitar areal perkebunan dengan
perusahaan. Perusahaan pertambangan juga sering sekali tidak
Universitas Sumatera Utara
memperhatikan lingkungan dengan melakukan pembuangan limbah perusahaan sembarangan. Sering juga tidak mengerjakan kewajibannya di
dalam proses pengeboran sehingga dampak negatif terhadap alam yang berimbas terhadap masyarakat pun terjadi.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh good corporate governance, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage
terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Perkebunan dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah