cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta memanfaatkan peluang usaha yang dapat
memberikan keuntungan. Resiko kerugian merupakan hal yang biasa karena mereka memegang prinsip bahwa faktor kerugian pasti ada. Bahkan semakin besar resiko
kerugian yang kemungkinan dihadapi, semakin besar pula peluang keuntungan yang dapat diraih. Tidak ada istilah rugi selama seoang melakukan usaha dengan penuh
keberanian dan penuh perhitungan. Inilah yang disebut dengan jiwa wirausaha.
C. Pandangan Terhadap Kewirausahaan
Menurut Sukirno 2004, definisi dan pandangan terhadap kewirausahaan banyak dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi, psikologi dan sosiologi. Seorang yang
bertekad untuk berkecimpung di bidang perusahaan dapat didorong oleh keinginan sendiri psikologi yang didasarkan oleh bentuk dan cara berpikir. Keputusan
seseorang untuk berdagang juga didasarkan oleh kebutuhan ekonomi dan karena adanya masyarakat di sekeliingnya yang menjadi potensi langganannya. Berikut
adalah pandangan-pandangan tentang kewirausahaan mengikut perspektif yang berbeda yaitu menurut bidang ekonomi, psikologi, sosiologi, serta menurut Islam.
1. Perspektif Kewirausahaan Bidang Ekonomi
Dari sudut pandang bidang ekonomi, kewirausahaan adalah sebagian dari input atau faktor produksi selain bahan mentah, tanah dan modal. Biaya untuk bahan
mentah ialah harga, biaya untuk tanah ialah sewa dan biaya untuk modal ialah bunga. Untuk seorang wirausaha ganjarannya nilai atau perolehan adalah
keuntungan. Keuntungan adalah ganti rugi yang dibayar karena resiko yang diambil oleh seorang wirausaha.
2. Perspektif Kewirausahaan Bidang Psikologi
Di dalam bidang psikologi, sifat kewirausahaan dikaitkan dengan perilaku diri yang lebih cenderung kepada fokus dari dalam diri di mana keberhasilan dicapai
dari hasil kekuatan dan usaha diri, bukannya karena faktor nasib. Ini termasuk sifat-sifat pribadi seperti tekun, rajin, inovatif, kreatif, dan semangat yang terus-
menerus berkembang untuk bersikap independen. 3.
Perspektif Kewirausahaan Bidang Sosiologi Seorang wirausaha dari sudut pandang pengkaji sosial ialah seorang oportunis
yang pandai mengambil peluang dan kesempatan yang ada dalam lingkungannya. Seorang wirausaha adalah orang yang pandai bergaul, mempengaruhi masyarakat
untuk meyakinkan mereka bahwa apa yang ditawarkan olehnya sangat berguna untuk masyarakat.
4. Perspektif Kewirausahaan Menurut Islam
Kesemua kegiatan manusia haruslah dihubungkan dengan pemiliknya. Amalan ekonomi di dalam semua cabangnya termasuk mengelola perusahaan dan segala
aktivitas yang berkaitan dengan-Nya hendaklah berlandaskan etika dan peraturan yang telah digariskan oleh syariat Islam. Termasuk di dalamnya aspek
halalharam, wajibsunat dan harusmakruhnya. Dengan berlandaskan dasar-dasar dan ruang lingkup ciri-cirinya, nyata bahwa tujuan ekonomi Islam adalah bersifat
ibadah dan melaksanakannya berarti melaksanakan sebagian dari ibadah yang menyeluruh.
Dengan itu, kewirausahaan dan segala aktivitasnya baik kecil maupun besar merupakan usaha yang dipandang sebagai ibadah dan diberi pahala jika dilakukan
menurut syarat-syarat yang telah ditetapkan baik dari segi memenuhi tuntutan aqidah, akhlak maupun syariat. Berikut adalah beberapa dasar pertimbangan yang
menjadikan aktivitas ekonomi yang dilakukan dipandang sebagai : a.
Ibadah seperti aqidah harus benar Umat Islam harus berkeyakinan bahwa amalan dalam sistem ekonomi Islam
adalah satu-satunya sistem yang mendapat ridha Allah. b.
Niat harus lurus Niat yang lurus memiliki kaitan dengan kesucian hati. Segala kegiatan
ekonomi mestilah diniatkan untuk Allah, yaitu mendapat keridhaanNya bukan bertujuan untuk selain-Nya, seperti bermegah-megah dan memamerkan diri.
Niat ikhlas ini lahir dari keyakinan yang kukuh terhadap kemanfaatan dunia dan akhirat dengan mengamalkan perintah-perintah Allah.
c. Cara melakukan kerja yang sesuai dengan ajaran Islam
Ini meliputi tekun, sabar, amanah, berbudi, berpribadi mulia, bersyukur dan tidak melakukan penindasan dan penipuan.
d. Hasilnya betul dan membawa faedah kepada masyarakat luas
Hasil ekonomi harus dibelanjakan ke arah jalan yang benar dan sesuai dengan kehendak Islam. Di samping digunakan untuk keperluan sendiri dan keluarga,
hasil ini perlu dimanfaatkan untuk keperluan orang banyak. Di sini timbulnya kewajiban berzakat dan kemuliaan bersedekah.
e. Tidak meninggalkan ibadah wajib yang khusus.
Kegiatan perusahaan yang berbentuk ibadat umum tidak seharusnya menjadi alasan untuk meninggalkan ibadat khusus, seperti shalat dan puasa. Kesibukan
mencari rezeki tidak seharusnya menyebabkan pengabaian tanggung jawab terhadap Allah.
D. Berbagai Macam Profil Wirausaha