Perumusan Masalah Kerangka Konseptual Hipotesis Penelitian Terdahulu

Jalan Sei Mencirim Medan merupakan salah satu jalan yang dipenuhi salon. Hampir semua salon yang ada di sepanjang jalan itu dimiliki oleh wanita dan salon – salon itu letaknya berdekatan, bahkan saling bersebelahan antara salon yang satu dengan salon yang lainnya. Hal ini menjadi fenomena tersendiri karena salon – salon itu bersaing secara sehat sejak belasan tahun yang lalu dan tetap eksis sampai sekarang. Merebaknya bisnis yang dijalankan para wanita ini semakin menambah jumlah pengusaha. Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia IWAPI mencatat jumlah wanita yang menjadi pengusaha meningkat setiap tahunnya. Anggota IWAPI saat ini disebutkan telah mencapai lebih dari 16.000 orang. Bagi Adler, minat ibu rumah tangga untuk berbisnis itu tak menjadi masalah, selama dia bisa mengurus keluarga dengan baik, karena hal ini merupakan peran utama mereka dalam keluarga web.bisnis.com. Kesadaran akan risiko dan ketidakpastian dalam hidup menyadarkan wanita untuk berbisnis. Badai krisis moneter atau kasus dalam keluarga memberi pelajaran pada kaum ibu untuk mempersiapkan masa depan. Risiko dalam kehidupan keluarga memang akan terus ada. Tapi, kemampuan mengantisipasi risiko itu yang lebih penting. Berdasarkan uraian ini, maka penulis tertarik untuk mengetahui faktor – faktor penghambat tersebut sehingga penulis membuat penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Menghambat Women Entrepreneur Dalam Berwirausaha Studi Kasus Pada Wanita Pengusaha Salon Di Jalan Sei Mencirim Medan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitan ini, maka permasalahan yang ingin dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. faktor-faktor apakah yang menghambat women entrepreneur dalam berwirausaha. 2. faktor-faktor apakah yang paling dominan menghambat women entrepreneur dalam berwirausaha.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui faktor – faktor yang menghambat women entrepreneur dalam berwirausaha. b. Untuk mengetahui faktor-faktor paling dominan yang menghambat women entrepreneur dalam berwirausaha.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi pelaku bisnis khususnya pengusaha wanita, sebagai sumber informasi untuk menjadi pertimbangan dalam berwirausaha dan sebagai bahan masukan kepada para calon wirausahawan yang ingin mencoba untuk berwirausaha. b. Bagi Fakultas Ekonomi USU, diharapkan dapat menambah atau memperluas khazanah penelitian yang terdapat di lembaga itu. c. Bagi peneliti, memberikan kontribusi bagi pemikiran untuk memperluas cakrawala berpikir khususnya dalam bidang kewirausahaan. d. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

D. Kerangka Konseptual

Menurut Alma 2005:43, faktor penghambat wanita dalam berwirausaha, antara lain : 1. Faktor kewanitaan Sebagai seorang ibu rumah tangga ada masa hamil dan menyusui sehingga agak mengganggu jalannya bisnis. 2. Faktor sosial budaya dan adat istiadat Wanita sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab penuh dalam urusan rumah tangga. 3. Faktor emosional Faktor emosional yang dimiliki wanita, disamping menguntungkan juga bisa merugikan. Misalnya dalam pegambilan keputusan, karena ada faktor emosional maka keputusan yang diambil akan kehilangan rasionalitasnya. 4. Faktor administrasi Faktor administrasi yang berbelit merupakan satu faktor yang sangat menghambat wanita dalam memulai membuka usaha. 5. Faktor pendidikan Faktor pendidikan yang rendah menjadi alasan lain yang menghambat wanita berwirausaha. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka kerangka konseptual dapat dibuat secara skematis sebagai berikut : Sumber : Alma 2005 dimodifikasi Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian

E. Hipotesis

Adapun hipotesis yang dikemukakan sehubungan dengan permasalahan di atas adalah: 1. Faktor-faktor yang menghambat wanita untuk berwirausaha adalah faktor kewanitaan, faktor sosial budaya dan adat istiadat, faktor emosional, faktor administrasi, dan faktor pendidikan. 2. Faktor administrasi merupakan faktor yang paling dominan yang menjadi penghambat wanita dalam berwirausaha.

F. Metode Penelitian

1. Batasan dan Identifikasi Variabel Penelitian

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan, maka penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang 1. Faktor Kewanitaan 2. Faktor Sosial Budaya dan Adat Istiadat 3. Faktor Emosional 4. Faktor Administrasi

5. Faktor Pendidikan

Faktor Penghambat Women Entrepreneur dalam berwirausaha menghambat women entrepreneur dalam berwirausaha dan dalam hal ini wanita pengusaha salon di Jalan Sei Mencirim Medan. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah Faktor Kewanitaan, Faktor Sosial Budaya dan Adat Istiadat, Faktor Emosional, Faktor Administrasi dan Faktor Pendidikan.

2. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang dioperasionalkan adalah semua variabel yang termasuk dalam hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian, maka perlu defenisi variabel-variabel yang akan diteliti sebagai berikut : a. Faktor kewanitaan adalah wanita sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai masa untuk hamil dan menyusui. b. Faktor sosial budaya dan adat istiadat adalah wanita sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab penuh dalam urusan rumah tangga. c. Faktor emosional adalah faktor dalam diri wanita yang sering kali kehilangan rasionalitasnya dalam mengambil keputusan. d. Faktor administrasi adalah faktor-faktor yang berbelit-belit dalam mengurus prosedur dalam memulai usaha. e. Faktor pendidikan adalah pendidikan formal yang ditamatkan oleh wanita yang berwirausaha. Tabel 1.1. Definisi Operasionalisasi Variabel VARIABEL INDIKATOR SKALA UKUR Faktor Kewanitaan 1. masa kehamilan 2. masa menyusui 3. perilaku pada saat PMS Guttman Faktor Sosial Budaya dan Adat Istiadat 1. bertanggung jawab penuh dalam urusan rumah tangga 2. menyelesaikan urusan rumah tangga sebelum pergi bekerja 3. suami yang bertanggung jawab memberi nafkah untuk keluarga Guttman Faktor emosional 1. mengambil keputusan berdasarkan hati nurani 2. elemen – elemen emosional bersifat rasional dalam mengambil keputusan 3. elemen – elemen emosional mempengaruhi hubungan dengan karyawan Guttman Faktor Administrasi 1. prosedur peminjaman uang ke bank berbelit - belit Guttman VARIABEL INDIKATOR SKALA UKUR 2. menghadapi kesulitan dalam memperoleh pinjaman 3. merasa didiskriminasi dalam mengurus administrasi membuka usaha Faktor Pendidikan 1. pendidikan sangat penting Guttman 2. pengetahuan tentang bisnis harus luas 3. lulus sarjana dalam bidang bisnis Sumber : Alma 2005 diolah 3. Skala Pengukuran Variabel Variabel faktor penghambat women entrepreneur dalam berwirausaha diukur dengan menggunakan skala pengukuran Guttman. Skala ini digunakan untuk mengklasifikasikan obyek atau kejadian ke dalam kelompok kategori terpisah untuk menunjukkan kesamaan atau perbedaan tertentu dari obyek. Dalam penelitian ini terdiri dari dua kategori, pada setiap jawaban akan diberi skor. Pembagiannya adalah : a. Ya = 1 b. Tidak = 0

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di salon kecantikan Jl. Sei Mencirim Medan. Penelitian akan dilakukan selama bulan Pebruari - Maret 2008.

5. Populasi dan Sampel

Menurut Kuncoro 2003, Populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah women entrepreneur yang mendirikan salon di Jl. Sei Mencirim Medan yang berjumlah 10 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Nonprobability Sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Metode Nonprobability Sampling yang digunakan adalah teknik Sampling Jenuh yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Dalam hal ini, populasi dari penelitian yang akan dilakukan adalah 10 responden, maka kesepuluh responden itu akan langsung digunakan sebagai sampel.

6. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yakni : a. Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara interview dan memberikan daftar pertanyaan questionnaire. b. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumen dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal, dan majalah dan situs internet untuk mendukung penelitian.

7. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi Observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung pada lokasi penelitian, dalam hal ini di Jl. Sei Mencirim Medan, untuk melengkapi catatan penelitian yang diperlukan. b. Wawancara Interview Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara melalui tatap muka face to face dengan responden terpilih. Wawancara dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa seperangkat daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu atau sering disebut dengan interview guide. c. Daftar Pertanyaan questionnaire Questionnaire merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

8. Metode Analisis Data

Statistik deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan mula-mula disususun, diklasifikasikan dan dianalisis sehingga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai perusahaan dan masalah yang sedang diteliti. Jika tujuan penelitian adalah deskriptif yang terbatas pada upaya memberi suatu gambaran tentang variabel-variabel yang diteliti, teknis, analisis yang sering digunakan adalah statistika dasar yang berkaitan dengan parameter statistik deskriptif. Termasuk dalam parameter statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indra Hakim Matondang dengan judul penelitian ”Analisis Faktor – Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil” pada tahun 2006, diperoleh kesimpulan bahwa faktor yang paling umum dijumpai dari para wirausahawan untuk memulai usaha kecilnya adalah tension modalities alasan faktor pemaksa. Penelitian yang dilakukan oleh Rike Setiawati dan Sophia Amin dengan judul penelitian “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Wanita pada Industri Kecil di Kota Jambi” pada tahun 2001, diperoleh 2 kesimpulan. Kesimpulan pertama adalah tenaga kerja yang terserap dalam industri kecil komoditas kerajinan dan makanan di Kota Jambi yaitu 2556 orang yang terdiri dari 54 dan tenaga kerja wanita mencapai sekitar 46. Tenaga kerja wanita sebagian besar berpendidikan SMU 54 dengan rata-rata umur 15-24 tahun dan yang berpendidikan tingkat SD sebanyak 20 dengan tingkat umur yang sama. Sebagian besar motivasi kerja bagi tenaga kerja wanita tersebut adalah untuk menambah penghasilan keluarga 64 dengan membutuhkan waktu kerja lebih dari 6 jam dan 36 persennya bukan bermotivasi untuk menambah penghasilan. Kesimpulan kedua adalah variabel pendidikan dan kondisi kerja serta sarana kerja tidak berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja wanita pada industri kecil di Kota Jambi. Sedangkan menurut penelitian dari Proyek Peningkatan Peran Usaha Swasta Private Enterprise Participation Project tentang wanita pengusaha di Indonesia pada tahun 2003 menyebutkan, fakta bahwa 35 wanita mengalami kesulitan administrasi dalam memperoleh pinjaman. www.eksekutif.com B. Pengertian Wirausaha Istilah wirausaha ini berasal dari dari bahasa Perancis yaitu entrepreneur yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau go- between. Sebagai contoh dari pengertian go-between atau perantara yang dimaksudkan dalam istilah bahasa Perancis, entrepreneur adalah pada saat Marcopolo yang mencoba merintis jalur pelayaran dagang ke timur jauh. Dia setuju menandatangani kontrak untuk menjual barang dari seorang pengusaha. Kontrak ini memberikan pinjaman dagang kepada Marcopolo dengan bagian keuntungan sebesar 22,5 termasuk asuransi. Pemilik modal tidak menanggung resiko apa-apa sedangkan si pedagang yang berlayar menanggung resiko besar. Pada saat pelayaran tiba di tujuan dan barang dagangan dijual maka si pemilik modal menerima kentungan lebih dari 75 sedangkan si pedagang menerima keuntungan yang lebih kecil. Perkembangan teori dan istilah entrepreneur adalah sebagai berikut : 1. Abad Pertengahan diartikan sebagai aktor atau orang yang bertanggung jawab dalam proyek produksi berskala besar. 2. Abad 17 diartikan sebagai orang yang menanggung resiko untung rugi dalam mengadakan kontrak pekerjaan dengan pemerintah dengan menggunakan fixed price harga tetap. 3. Tahun 1725, Richard Cantillon menyatakan wirausaha sebagai orang yang menanggung resiko yang berbeda dengan orang yang memberi modal. 4. Tahun 1797, Bedeau menyatakan wirausaha sebagai orang yang menanggung resiko, yang merencanakan, supervisi, mengorganisasi dan memiliki. 5. Tahun 1803, Jean Baptist Say menyatakan adanya pemisahan antara keuntungan untuk wirausaha dan keuntungan untuk pemilik modal. 6. Tahun 1876, Francis Walker membedakan antara orang yang menyediakan modal dan menerima bunga , dengan oranag yang menerima keuntungankarena keberhasilannya memimpin usaha. 7. Tahun 1934, Joseph Schumpeter menyatakan bahwa wirausaha adalah seorang inovator dan mengembangkan teknologi. 8. Tahun 1961, David McLelland menyatakan bahwa wirausaha adalah seorang yang energik dan membatasi resiko. 9. Tahun 1964, Peter Drucker menyatakan bahwa seorang wirausaha adalah seseorang yang mampu memanfaatkan peluang. 10. Tahun 1975, Albert Shapero menyatakan bahwa wirausaha adalah seorang yang memiliki inisiatif, mengorganisir mekanis sosial dan ekonomi, dan menerima resiko kegagalan. 11. Tahun 1983, Gifford Pinchot menyatakan seorang intrapreneur adalah seorang entrepreneur dari dalam organisasi yang sudah ada organisasi yang sedang berjalan. 12. Tahun 1985, Robert Hisrich menyatakan : Enterpreneur is the process of creating something different with value by devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psychological, and social risk and receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfaction. Wirausaha adalah merupakan proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan menanggung resiko keuangan, kejiwaan, sosial dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya . Sumber : Robert D. Hisrich dan Michael P. Peters dalam Alma 2005:20 Menurut Zimmerer 2005:3, seorang wirausaha adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya. Para peneliti telah menghabiskan banyak waktu dan usaha dalam dasawarsa terakhir ini untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kepribadian kewirausahaan. Walaupun penelitian ini berhasil mengidentifikasi beberapa karakteristik yang cenderung terlihat pada wirausahawan, tidak ada satupun dari kajian in yang berhasil memisahkan ciri-ciri yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan. Kita sekarang sampai pada rangkuman ringkas mengenai profil kewirausahaan : a. Menyukai tanggung jawab Wirausahawan merasa bertanggung jawab secara pribadi atas hasil perusahaan tempat mereka terlibat. Mereka lebih menyukai dapat mengendalikan sumber- sumber daya mereka sendiri dan menggunakan sumber-sumber daya tersebut untuk mencapai cita-cita yang telah ditetapkan sendiri.: b. Lebih menyukai resiko menengah Wirausahawan bukanlah seorang pengambil resiko liar, melainkan selain seorang yang mengambil resiko yang diperhitungkan. Tidak seperti penjudi, wirausahawan jarang berjudi. Wirausahawan melihat sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman resiko pribadinya. Mereka biasanya melihat peluang di daerah yang sesuai dengan pengetahuan, latar belakang dan pengalamannya yang akan meningkatkan kemungkinan keberhasilannya. c. Keyakinan atas kemampuan mereka untuk berhasil Wirausahawan pada umumnya memilki banyak keyakinan atas kemapuan untuk berhasil. Mereka cenderung optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisime mereka biasanya berdasarkan kenyataan. Salah satu penelitian dari National Federation of Independent Business NFIB menyatakan bahwa sepertiga dari wirausahawan menilai peluang berhasil mereka mencapai 100 persen. Tingkat optimisme yang tinggi kiranya dapat menjelaskan mengapa kebanyakan wirausahawan yang berhasil juga pernah gagal dalam bisnis sebelum akhirnya berhasil. d. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung Wirausahawan ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus-menerus mencari pengukuhan. e. Tingkat energi yang tinggi Wirausahawan lebih energetik dibandingkan orang kebanyakan. Energi ini merupakan faktor penentu mengingat luar biasanya bisnis yang diperlukan untuk mendirikan suatu perusahaan. Kerja keras dalam waktu yang lama merupakan sesuatu yang biasa. f. Orientasi ke depan Wirausahawan memilki indera yang kuat dalam mencari peluang. Mereka melihat ke depan dan tidak mempersoalkan apa yang telah dikerjakan kemarin, melainkan lebih mempersoalkan apa yang dikerjakan besok. Bila manajer tradisional memperhatikan pengelolaan sumber daya yang ada, wirausahawan lebih tertarik mencari dan memanfaatkan peluang. g. Ketrampilan mengorganisasi Membangun sebuah perusahaan ”dari nol” dapat dibayangkan seperti menghubungkan potongan-potongan sebuah gambar besar. Para wirausahawan mengetahui cara mengumpulkan orang-orang yang tetap untuk menyelesaikan suatu tugas. Penggabungan orang dan pekerjaan secara efektif memungkinkan para wirausahawan untuk mengubah pandangan ke depan menjadi kenyataan. Menurut Kasmir 2006, wirausahawan adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta memanfaatkan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan. Resiko kerugian merupakan hal yang biasa karena mereka memegang prinsip bahwa faktor kerugian pasti ada. Bahkan semakin besar resiko kerugian yang kemungkinan dihadapi, semakin besar pula peluang keuntungan yang dapat diraih. Tidak ada istilah rugi selama seoang melakukan usaha dengan penuh keberanian dan penuh perhitungan. Inilah yang disebut dengan jiwa wirausaha.

C. Pandangan Terhadap Kewirausahaan