blanko. Erlenmeyer disimpan ditempat gelap pada suhu 25 ± 5
C selama 30 menit. Akhirnya ditambahkan 20 ml larutan kalium iodida 15 persen dan 100 ml air, dan
botol ditutup serta dikocok dengan hati-hati. Titrasi dilakukan dengan larutan natrium tiosulfat 0,1N dengan menggunakan indikator larutan pati.
Dari berbagai percobaan ternyata bahwa cara Wijs dan Kaufmann hasilnya lebih baik dan praktis.
bilangan
iod =
G xNx
S B
69 ,
12
B = jumlah ml Na
2
S
2
O
3
untuk titrasi blanko S = jumlah ml Na
2
S
2
O
3
untuk titrasi contoh N = normalitas larutan Na
2
S
2
O
3
G = bobot contoh gram
10 69
, 12
iodium atom
bobot
Ketaren S, 1986,hal: 53-55.
2.10. Angka Iodin iodine number
Adalah angka yang menunjukkan berapa gram yodium yang diserap pada ikatan rangkap dari 100 gr lemak tak jenuh. Jadi angka ini menunjukkan derajat kejenuhan
suatu asam lemak. Asam lemak yang benar-benar jenuh seperti tristearin mempunyai angka yodium hampir 0, sedang linseed oil tak jenuh mempunyai angka yodium
tinggi yaitu 175-202. Soeharto P, 1994.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODOLOGI PENYELIDIKAN
3.1. Peralatan
1. Erlenmeyer 300ml dengan tutup 2. Labu takar 100ml dengan tutup
3. Pipet volum 10ml 4. Gelas ukur 50ml
3.2. Bahan
1. Indikator Starch indikator amilum 2. KI 10 vv
3. Sodium tiosulfat 4. Potasium dikromat
5. Cyclo hexane 6. Asam asetat glasial
7. Iodin 8. Iodin triklorida
Universitas Sumatera Utara
9. Air destilat 10. Larutan Wijs ICl 0,2 N
3.3. Prosedur
1. Leburkan sampel bila belum cair dan saring dengan kertas saring untuk menghilangkan kotoran, dan selanjutnya untuk pengujian moisture.
2. Timbang sampel dan masukkan dalam erlenmeyer 300ml C gram, berat sampel diharapkan sebagai berikut:
Perkiraan Bilangan Iodin
10 10-30
30-50 50-100
Berat sampel gr
1,5-3,0 0,6-2,5
0,4-0,6 0,2-0,3
Lama reaksi
menit 30
30 30
30
3. Tambahkan 10ml cyclo hexane dan 25ml Wijs dengan pipet volum. Tutup erlenmeyer dan simpan dalam ruang gelap sesuai tabel diatas.
4. Setelah waktunya, tambahkan 20ml KI 10 dengan gelas ukur dan bilas tutup serta dinding erlenmeyer dengan air destilat hingga volume total kira-kira 100ml.
5. Dilakukan juga 2 kali untuk blanko A ml. 6. Dan saat pentitrasian terjadi perubahan warna dari merah gelap menjadi kuning
lemah, tambahkan indikator starch indikator amilum, maka larutan akan berubah menjadi biru gelap.
7. Titrasi dilakukan hingga beningtidak berwarna B ml. Sumber: PT. SOCI.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
DATA, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Sumber PT. SOCI
Bulan nomor
Bilangan iodin Iodine value
sebelum proses hidrogenasi
Bilangan iodin iodine value
sesudah proses hidrogenasi
Januari 2007 1
33,70 0,6
2 34,80
0,6 3
35,80 0,6
Februari 2007 4
33,23 0,6
5 33,81
0,5 Maret 2007
6 33,92
0,6 April 2007
7 34,10
0,6 8
35,80 0,6
Mei 2007 9
35,10 0,6
10 34,25
0,8 11
34,33 0,8
Juli 2007 12
33,22 0,6
Agustus 2007 13
32,03 0,6
September 2007 14
35,05 0,6
Oktober 2007 15
35,98 0,7
16 33,56
0,5 17
34,08 0,7
November 2007 18
33,09 0,7
Desember 2007 19
33,86 0,6
20 33,06
0,6 Januari 2008
21 33,12
0,7 22
34,08 0,6
23 35,06
0,6 Februari 2008
24 35,09
0,6 25
35,68 0,6
Maret 2008 26
34,45 0,6
Rata-rata 34,24
0,6 Maksimal
35,98 0,8
minimal 32,03
0,5 Standar
33-36 Maksimal 1,0
Universitas Sumatera Utara
4.2.Perhitungan
C bilangan
69xf Bx0,1x12,
- A
IV iodin
Keterangan: 0,1 = normalitas dari Na
2
S
2
O
3
12,69 = 110 mol Mr Iodium f = faktor dari Na
2
S
2
O
3
A = banyaknya Na
2
S
2
O
3
blankoml B = banyaknya Na
2
S
2
O
3
untuk sampel ml C = berat sampel gr
Sumber: PT.SOCI
4.3. Pembahasan