2 Na
2
S
2
O
3
+ I
2
2NaI + Na
2
S
4
O
6
Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dengan indikator amilum.
Bilangan iod dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak atau lemak dan dapat juga dipergunakan untuk menggolongkan jenis minyak pengering dan
minyak bukan pengering . Minyak pengering mempunyai bilangan iod yang lebih dari 130. Minyak yang mempunyai bilangan iod antara 100 sampai 130 bersifat
setengah mengering. Ketaren S, 1986, hal: 31-32.
2.9. Penentuan Bilangan Iodin
Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap sejumlah iod dan membentuk senyawa yang jenuh. Besarnya jumlah iod yang diserap
menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh.
Bilangan iod dinyatakan sebagai jumlah gram iod yang diserap oleh 100 g minyak atau lemak.
Kecepatan reaksi antara asam lemak tidak jenuh dengan halogen tergantung pada macam halogen dan struktur dari asam lemak. Dalam urutan iod brom flour
klor, menunjukkan bahwa semakin kekanan reaktivitasnya semakin bertambah. Penentuan bilangan iod biasanya menggunakan cara Hanus, Kaufmann dan Wijs dan
perhitungan bilangan iod dari masing-masing cara tersebut adalah sama. Semua cara ini berdasarkan atas prinsip titrasi, di mana pereaksi halogen berlebih ditambahkan
Universitas Sumatera Utara
pada contoh yang akan diuji. Setelah reaksi sempurna, kelebihan pereaksi ditetapkan jumlahnya dengan cara titrasi.
1. Cara Hanus Pembuatan pereaksi Hanus
Dalam cara Hanus digunakan pereaksi iodium bromida dalam larutan asam asetat glasial larutan Hanus. Untuk membuat larutan ini, 20 g Iodium bromida
dilarutkan dalam 1000 ml alkohol murni yang bebas dari asam asetat. Jumlah contoh yang ditimbang tergantung dari perkiraan besarnya bilangan iod, yaitu sekitar 0,5 g
untuk lemak; 0,25 g untuk minyak; dan 0,1 sampai 0,2 g untuk minyak dengan derajat ketidakjenuhan yang tinggi. Jika ditambahkan 25 ml pereaksi harus ada kelebihan
pereaksi sekitar 60 persen.
Prosedur Contoh minyak atau lemak dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 200 atau
300 ml yang bertutup. Kemudian dilarutkan dengan 10 ml kloroform atau karbon tetraklorida dan ditambahkan 25ml pereaksi. Reaksi dibiarkan selama satu jam di
tempat yang gelap. Sebagian Iodium I
2
akan dibebaskan dari larutan larutan KI yang digunakan adalah KI 10 persen atau 10 ml larutan KI 15 persen. Iod yang
dibebaskan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1N dengan indikator larutan pati. Titrasi untuk blanko dilakukan dengan cara yang sama.
2. Cara Kaufmann dan Von Hubl Pada cara ini digunakan pereaksi Kaufmann yang terdiri dari campuran 5,2 ml
larutan brom murni di dalam 1000 ml methanol dan dijenuhkan dengan natrium bromida. Contoh yang telah ditimbang dilarutkan dalam 10 ml kloroform kemudian
Universitas Sumatera Utara
ditambahkan dalam 25 ml pereaksi. Di dalam pereaksi ini natrium bromida akan mengendap. Reaksi dilakukan di tempat yang gelap. Larutan ini dititrasi dengan
larutan natrium natrium tiosulfat 0,1N dengan indikator larutan pati. Blanko dikerjakan dengan cara yang sama.
Pada cara Von Hubl digunakan pereaksi yang terdiri dari larutan 25 g iod di dalam 500 ml etanol dan larutan 30 g merkuri klorida di dalam 500 ml etanol. Kedua
larutan ini baru dicampurkan jika akan dipergunakan, dan tidak boleh berumur lebih dari 48 jam. Pereaksi ini mempunyai reaktivitas yang lebih kecil dibandingkan dengan
cara-cara lainnya, sehingga membutuhkan waktu reaksi selama 12 sampai 14 jam.
3. Cara Wijs Pembuatan larutan Wijs
Pereaksi Wijs yang terdiri dari larutan 16 g iod monoklorida dalam 1000 ml asam asetat glasial. Cara lain yang lebih baik untuk membuat larutan ini yaitu dengan
melarutkan 13 g iod dalam 1000 ml asam asetat glasial, kemudian dialirkan gas klor sampai terlihat perubahan warna yang menunjukkan bahwa jumlah gas klor yang
dimasukkan sudah cukup. Pembuatan larutan ini agak sukar dan bersifat tidak tahan lama. Larutan ini sangat peka terhadap cahaya dan panas serta udara, sehingga harus
disimpan di tempat yang gelap, sejuk dan tertutup rapat.
Prosedur Contoh minyak yang telah disaring ditimbang sebanyak 0,1
0,5 g di dalam erlenmeyer 500 ml yang bertutup, kemudian ditambahkan 20 ml karbon tetraklorida
sebagai pelarut. Ditambahkan 25 ml larutan Wijs dengan pipet, dengan kelebihan volume pereaksi sekitar 50
60 persen. Dengan cara yang sama dibuat juga larutan
Universitas Sumatera Utara
blanko. Erlenmeyer disimpan ditempat gelap pada suhu 25 ± 5
C selama 30 menit. Akhirnya ditambahkan 20 ml larutan kalium iodida 15 persen dan 100 ml air, dan
botol ditutup serta dikocok dengan hati-hati. Titrasi dilakukan dengan larutan natrium tiosulfat 0,1N dengan menggunakan indikator larutan pati.
Dari berbagai percobaan ternyata bahwa cara Wijs dan Kaufmann hasilnya lebih baik dan praktis.
bilangan
iod =
G xNx
S B
69 ,
12
B = jumlah ml Na
2
S
2
O
3
untuk titrasi blanko S = jumlah ml Na
2
S
2
O
3
untuk titrasi contoh N = normalitas larutan Na
2
S
2
O
3
G = bobot contoh gram
10 69
, 12
iodium atom
bobot
Ketaren S, 1986,hal: 53-55.
2.10. Angka Iodin iodine number