Kesimpulan a. pemberian ekstrak rimpang kencur mempengaruhi profil Saran

39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan a. pemberian ekstrak rimpang kencur mempengaruhi profil

farmakokinetika natrium diklofenak yang ditandai dengan peningkatan nilai C maks , AUC 0- ∞, MRT dan penurunan nilai Vd dan CL. b. peningkatan nilai Cmaks pada perlakuan EERK menunjukkan kemampuan ekstrak rimpang kencur terhadap pengaruh penghambatan metabolisme sebagai enzim inhibisi. c. dengan adanya kemampuan ekstrak rimpang kencur terhadap pengaruh penghambatan metabolisme sebagai enzim inhibisi sehingga pemberian ekstrak rimpang kencur dapat mengurangi efek samping dari narium diklofenak.

5.2 Saran

disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menguji profil farmakokinetik ekstrak rimpang kencur terhadap farmakokinetika obat lain. Universitas Sumatera Utara 40 DAFTAR PUSTAKA Aiache, J.M. 1993. Farmasetika 2-Biofarmasi. Edisi Kedua. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press. Hal. 7-11, 39. Altaher, A.Y. 2005. Pharmacokinetics Of Diclofenac In Sheep Following Intra Venous and Intramuscular Administration. Saudi Pharmaceutical Journal. 132-3: 107-108. Anonim. 2007. Diklofenak. Maret 2011. http:librarylib.unair.ac.id. Armando, R. 2009. Memproduksi Minyak Atsiri Berkualitas. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 51. Depkes, RI. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. Diharmi, A., Fardiaz, D., Andarwulan, N., dan Heruwati., S.E. 2011. Karakterisasi Karagenan Hasil Isolasi Euchema spinosum Alga merah dari Perairan Sumenep Madura. Jurnal perikanan dan kelautan, 161: 120. Ditjen POM. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 300-304, 306. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departmen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 512. Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1-5, 10-11. Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screenning of Plants. Journal of Pharmaceutical Science. 553: 257. Gholib, D. 2009. Daya Hambat Ekstrak Kencur Kaempferia galanga L. terhadap Trichophyton mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans Jamur Penyebab Penyakit Kurap pada Kulit dan Penyakit Paru. Bul. Littro. 201: 59 – 67. Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Terjemahan Kosasih Padmawinata. Edisi II. Bandung: ITB Press. Hal. 147. Hinz, B. 2005. Bioavailability of Diclofenac Pottassium at Low Doses. Germany: Department of Experimental and Clinical Pharmacology and Toxicology, Friedrich Alexander University Erlangen-Nurnberg, Fahrstrasse 17, D-91054 Erlangen. Pages 80-81. Universitas Sumatera Utara 41 Holford, N.H. 1998. Farmakokinetik dan farmakodinamik : Pemilihan Dosis yang Rasional dan waktu Kerja Obat. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta. Hal. 36-38. Insel, P.A. 1996. Analgesic-Antipiretic and Antiinflammatory Agent and Drugs Employed In The Treatment Of Gout. Dalam: Goodman and Gilman’s The Pharmalogical Basic Of Therapeutics. Edisi ke IX. Di edit oleh: Berry Molinoff dan Raymond Ruddon. New York: Mc Graw- Hill Company. Hal. 617-635. Kurniawati, A. 2005. Uji Aktivitas Anti Inflamasi Ekstrak Metanol Graptophyllum griff pada Tikus Putih. Majalah Kedokteran Gigi Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional IV, Hal.11-13. Muhlisah, F. 1999. Temu-temuan dan Empon-empon. Cetakan Kelima. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 29-33. Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat. Edisi V. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Hal. 177-178, 194. Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 263-264. Shargel, L., dan Yu, A.B. 1998. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Penerjemah: Fasich. Edisi 2. Surabaya: Airlangga. Hal. 137- 189. Tan, H.J., dan Kirana, R. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi Kelima. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Hal. 296, 309, 313. USP Pharmacopiea. 2007. The National Formulary. Edisi ke-30. Rockville: The United States Pharmacopeial Convention Inc. Hal. 541, 1765-1766. Veterinaria, A. Zorica et.all. 2006. Farmakokinetika Diklofenak Pada Babi Setelah Pemberian Intramuskular Dosis Tunggal. Beograd. 564: 323- 325. Wilmana, P.F. 2005. Analgesik-Antipiretik Anti Inflamasi Non steroid. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 218. Winarto, W.P. 2007. Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herbal. Jakarta: Karyasari Herba Media. Hal. 157-160. Universitas Sumatera Utara 42 Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Universitas Sumatera Utara 43 Lampiran 2. Sertifikat Analisis Natrium diklofenak PT. Dexa Medika Universitas Sumatera Utara 44 Lampiran 3. Kerangka Pikir Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian Simplisia Kencur Pemberian natrium diklofenak dosis 25 mgkg bb Karakteristik Simplisia Profil Farmakokinetika 1. Pemeriksaan makroskopik 2. Pemeriksaan mikroskopik 3. Penetapan kadar air 4. Penetapan kadar abu total 5. Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam 6. Penetapan kadar sari larut dalam air 7. Penetapan kadar sari larut dalam etanol Skrining Fitokimia 1. Alkaloida 2. Flavonoida 3. Tanin 4. Saponin 5. Triterpensteroida 6. Glikosida K absorbsi T ½ T max C max Vd AUC 0- ∞ AUMC 0- ∞ MRT K eliminasi Klirens Pemberian natrium diklofenak dosis 25 mgkg bb dan ekstrak etanol kencur dosis 20; 40; 80 mgkg bb selama 7 hari berturut-turut. Universitas Sumatera Utara 45 Lampiran 4. Gambar Hasil makroskopik

4.1 Rimpang Kencur Segar