m en HASIL DAN PEMBAHASAN

35 Luas area di bawah kurva AUC merupakan salah satu parameter bioavaibilitas obat, dimana AUC 0- ∞ menunjukan jumlah obat aktif yang berada pada sirkulasi sistemik. Nilai AUC 0- ∞ dipengaruhi oleh jumlah total obat yang tersedia dan klirens CL. Bila nilai AUC 0- ∞ meningkat maka nilai CL menurun Shargel dan Yu, 1998. Pada hasil penelitian menunjukan nilai AUC 0- ∞ pada pemberian ekstrak kencur dari dosis 20 mgkg bb, 40 mgkg bb, dan 80 mgkg bb menyebabkan peningkatan nilai AUC 0- ∞ secara bermakna P 0,05 dari natrium diklofenak dalam plasma. Nilai AUC 0- ∞ kontrol sebesar 8350,0142 ± 100,2482 mcgml.menit, pada perlakuan EERK dosis 20 mgkg bb sebesar 9669,2869 ± 978,3981 mcgml.menit, perlakuan EERK dosis 40 mgkg bb sebesar 14571,0840 ± 1376,9879 mcgml.menit dan nilai AUC 0- ∞ pada perlakuan EERK dosis 80 mgkg bb lebih meningkat dari perlakuan dosis 40 mgkg bb dan 20 mgkg bb yaitu 21772,6671 ± 2073,7437 mcgml.menit. Peningkatan nilai AUC dapat dilihat pada Gambar 4.4. Gambar 4.4 Peningkatan nilai AUC mcgml.menit terhadap rata-rata tiap perlakuan pada tikus putih jantan 5000 10000 15000 20000 25000 A U C m cg m

l.m en

it Perlakuan kontrol EERK dosis 20 mgkg bb EERK dosis 40 mgkg bb EERK dosis 80 mgkg bb Universitas Sumatera Utara 36 Nilai MRT juga mengalami perbedaan bermakna p0,05 antara kontrol dengan perlakuan pemberian EERK. Nilai MRT pada kontrol adalah 967,6589 ± 28,0171 menit, sedangkan perlakuan dengan pemberian EERK dosis 20 mgkg bb meningkat 1040,1964 ± 44,7328 menit, EERK dosis 40 mgkg bb 1210,8529 ± 72,8713 menit, dan perlakuan EERK dosis 80 mgkg bb 1559,0302 ± 111,4972 menit. Nilai MRT menggambarkan waktu rata-rata obat berada dalam tubuh. Nilai MRT yang meningkat terhadap perlakuan ekstrak kencur menyebabkan obat tidak berubah dan lebih lama berada di dalam tubuh sehingga nilai AUC 0- ∞ dan C maks meningkat sedangkan laju eliminasi dan klirens menurun Shargel dan yu, 1988. Hal ini dapat dilihat dari penurunan nilai Kel dari 0,0011 ± 0,000028 menit -1 untuk kontrol sampai 0,0217 ± 0,0056 menit -1 pada perlakuan eerk dosis 80 mgkg bb. Peningkatan nilai MRT dapat dilihat pada Gambar 4.5. Gambar 4.5 Peningkatan nilai MRT Mean Recidence Time menit terhadap rata-rata tiap perlakuan pada tikus putih jantan Pada kontrol menunjukan nilai k el yang besar yaitu 0,0011 ± 0,000029 menit -1 sedangkan pada perlakuan EERK dosis 20 mgkg bb 0,00099 ± 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 MR T m en it Perlakuan kontrol EERK dosis 20 mgkg bb EERK dosis 40 mgkg bb EERK dosis 80 mgkg bb Universitas Sumatera Utara 37 0,000036 menit -1 dosis 40 mgkg bb 0,00084 ± 0,00005 menit -1 dan dosis 80 mgkg bb terlihat nilai k el yang semakin kecil yaitu 0,00066 ± 0,000047 menit - 1 , sehingga obat tersebut akan lebih lama untuk di eliminasi oleh tubuh. Penurunan nilai k el ini diperjelas dengan penurunan nilai CL secara bermakna P 0,05 antara kontrol dengan ekstrak rimpang kencur. Klirens adalah ukuran kemampuan tubuh untuk mengeliminasi obat yang dipengaruhi oleh laju eliminasi dan kadar obat didalam plasma. Nilai CL dapat dilihat pada Gambar 4.6. Gambar 4.6 Penurunan nilai CL Klirens mlmenit terhadap rata-rata tiap perlakuan pada tikus putih jantan Perlakuan ekstrak kencur dosis 20 mgkg bb 0,0491 ± 0,0066 mlmenit, 40 mgkg bb 0,0321 ± 0,0047 mlmenit dan EERK dosis dosis 80 mgkg bb 0,0209 ± 0,0045 mlmenit berpengaruh secara bermakna terhadap penurunan CL terhadap kontrol 0,0573 ± 0,0075 mlmenit. Eliminasi obat meliputi proses metabolisme dan ekskresi, penurunan nilai klirens menggambarkan penurunan laju eliminasi obat. Penurunan kedua parameter ini menyebabkan proses metabolisme dan eksresi obat menjadi terhambat 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 C L ml .m en it Perlakuan Kontrol Dosis 20 mgkg bb Dosis 40 mgkg bb Dosis 80 mgkg bb Universitas Sumatera Utara 38 sehingga obat bebas akan berada lebih lama didalam tubuh dan dalam jumlah yang tinggi Shargel dan Yu, 1998. Volume distribusi adalah volume yang dibutuhkan untuk memuat jumlah obat secara homogen pada konsentrasi yang ditemukan dalam darah atau plasma. Vd dipengaruhi oleh tetapan laju eliminasi K el dan klirens CL. Semakin kecil nilai K el dan CL maka nilai Vd juga semakin kecil. Nilai Vd dapat dilihat pada Gambar 4.7. Gambar 4.7 Peningkatan nilai Vd Volume distribusi ml terhadap rata-rata tiap perlakuan pada tikus putih jantan Nilai Vd menurun secara bermakna p 0,05 antara kontrol dan EERK dosis 20 mgkg bb, 40 mgkg bb, dan 80 mgkg bb. Hal ini menyebabkan terjadi penurunan distribusi obat bebas ke jaringan karena obat terikat oleh protein dalam jumlah yang besar atau tinggal dalam jaringan perifer sehingga nilai Cmaks menjadi lebih tinggi Shargel dan Yu, 1998. 10 20 30 40 50 60 V d ml kontrol EERK dosis 20 mgkg bb EERK dosis 40 mgkg bb EERK dodis 80 mgkg bb Universitas Sumatera Utara 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN