30 diharapkan untuk hasil karakterisasi ini dapat digunakan sebagai pembanding
dalam pembuatan ekstrak. Kadar abu total pada simplisia rimpang kencur sebesar 6,98 dan
ekstrak rimpang kencur sebesar 0,42 . Tujuan dari penetapan kadar abu total untuk mengetahui kadar mineral, kalium dan magnesium yang tidak larut
Diharmi, dkk., 2011. Kadar abu larut asam pada simplisia rimpang kencur sebesar 1,36, pada ekstrak rimpang kencur sebesar 0,12. Sementara kadar
abu tidak larut asam adalah garam-garam klorida yang tidak larut asam yang sebagian adalah garam-garam logam berat dan silika Diharmi, dkk., 2011.
4.2 Skrining Fitokimia
Tujuan dilakukannya skrining fitokimia adalah untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam simplisia Harborne, 1996.
Hasil skrining fitokimia dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2
Hasil Skrining Fitokimia Simplisia Rimpang Kencur
Ket: + = Memberikan hasil
- = Tidak Memberikan hasil
Berdasarkan hasil skrining fitokomia serbuk simplisia rimpang kencur Kaempferia galanga L mengandung flavonoid, glikosida, dan
steroidtriterpenoida. No
Skrining Hasil
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Alkaloid Flavonoid
Glikosida Saponin
Tanin Triterpenoidsteroid
- +
+ -
- +
Universitas Sumatera Utara
31 Menurut Kurniawati, 1995 flavonoid bekerja menghambat fase
penting dalam biosintesis prostaglandin, yaitu pada lintasan siklooksigenase. Flavonoid juga menghambat fosfodiesterase, aldoreduktase, monoamine
oksidase, protein kinase, DNA polymerase dan lipooksigenase. Mekanisme flavonoid dalam menghambat proses terjadinya inflamasi melalui dua cara,
yaitu dengan menghambat permeabilitas kapiler dan menghambat metabolisme asam arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel neutrofil dan sel
endothelial Kurniawati, 2005. Rimpang kencur yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 8 kg,
yang selanjutnya dikeringkan dalam lemari pengering dengan temperatur ±
40
o
C sampai kering dan diperoleh berat simplisia sebesar 750 g. Hasil penyarian 350 g serbuk simplisia rimpang dengan pelarut etanol
96 diperoleh ekstrak kental yang kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator dan kemudian dikeringkan dengan menggunakan freeze
dryer diperoleh 56,87 g ekstrak rendemen 16,24.
4.3 Nilai Kadar Rata-rata Natrium Diklofenak dalam plasma
Penentuan kadar natrium diklofenak dilakukan dengan menggunakan darah tikus. Dari hasil pengukuran kadar rata-rata untuk perlakuan natrium
diklofenak dalam plasma tanpa EERK dan perlakuan natrium diklofenak dengan pemberian EERK dosis 20 mgkg bb, 40 mgkg bb, 80 mgkg bb
selama 7 hari berturut-turut yang menggunakan spektrofotometri ultraviolet pada panjang gelombang 276 nm dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 4.3 Nilai kadar rata-rata ± sd terhadap waktu natrium diklofenak dalam
plasma tikus putih jantan
Tabel 4.3 dapat digambarkan kadar rata-rata Log C vs Waktu t natrium diklofenak dalam plasma tanpa eerk dan perlakuan natrium diklofenak
dengan pemberian EERK dosis 20 mgkg bb, 40 mgkg bb, 80 mgkg bb selama 7 hari berturut-turut seperti yang terlihat pada Gambar 4.2 di bawah ini.
Gambar 4.2 Nilai kadar rata-rata Log C vs waktu t natrium diklofenak
dalam plasma tikus putih jantan
1 10
100
15 30 45 75 105 135 195 255 315 435 555 675
K ad
ar R
at a
-r at
a mc
g ml
Waktu
kontrol EERK dosis 20 mgkg bb
EERK dosis 40 mgkg bb EERK dosis 80 mgkg bb
No Waktu
Rata-rata kadar mcgml ± SD Kontrol Na.
diklofenak tanpa EERK
Na. diklofenak + EERK dosis 20
mgkg bb Na. diklofenak +
EERK dosis 40 mgkg bb
Na. diklofenak + EERK dosis
80 mgkg bb
1 15
4,7554 ± 0,5800 5,6621 ± 0,1005
7,4735 ± 0,5923 8,1554 ± 0,6805
2 30
5,4184 ± 0,3903 6,2026 ± 0,2421
8,2626 ± 0,7403 9,4543 ± 0,4863
3 45
5,9676 ± 0,1720 6,6556 ± 0,2383
9,3278 ± 0,3092 10,5519 ± 0,6862
4 75
6,4162 ± 0,2052 7,4249 ± 0,5360
10,4097 ± 0,2876 11,9151 ± 1,0604
5 105
6,7571 ± 0,2415 8,2171 ± 0,5780
11,5208 ± 0,5572 13,0700 ± 0,7560
6 135
8,5746 ± 0,0870 9,2416 ± 0,5137
12,1278 ± 0,4275 13,7142 ± 0,5927
7 195
7,6902 ± 0,1187 8,2906 ± 0,4853
10,6617 ± 0,7940 13,1413 ± 0,7183
8 255
7,2053 ± 0,0883 7,5978 ± 0,6411
10,0692 ± 0,7893 11,9138 ± 0,4701
9 315
6,4473 ± 0,3082 7,0823 ± 0,7135
9,3860 ± 0,4026 11,3631 ± 0,8709
10 435
5,8372 ± 0,2928 6,2271 ± 0,4823
8,6779 ± 0,2796 10,8016 ± 1,0932
11 555
5,2595 ± 0,0502 5,7203 ± 0,2042
7,8622 ± 0,5468 9,7808 ± 0,5162
12 675
4,5129 ± 0,0455 5,0718 ± 0,5514
7,0643 ± 0,7023 9,3930 ± 0,5451
Universitas Sumatera Utara
33 Hasil dari rata-rata kadar natrium diklofenak kemudian digunakan
untuk menghitung nilai parameter farmakokinetika natriun diklofenak dalam plasma tanpa EERK dan perlakuan natrium diklofenak dengan pemberian
EERK dosis 20 mgkg bb, 40 mgkg bb, 80 mgkg bb selama 7 hari berturut- turut dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Data rata-rata parameter farmakokinetika natrium diklofenak dalam
plasma tikus putih jantan untuk setiap perlakuan
No Parameter
Farmakokinetika Kontrol Na.
Diklofenak tanpa EERK
Na. diklofenak + EERK
20 mgkg bb Na. dikofenak
+ EERK 40 mgkg bb
Na. diklofenak + EERK
80 mgkg bb
1 Ka
Menit
-1
0,01704 ±
0,0018 0,01822
± 0,0017
0,01916 ±
0,0045 0,0217
± 0,0056
2 t
12
abs menit
41,03 ±
4,3260 38,28
± 3,3585
37,45 ±
6,7758 40,17
± 14,2036
3 T
maks
menit 174,04
± 13,9929
169,47 ±
9,5828 174,232
± 23,9959
172,69 ±
38,4239 4
C
maks
mcgml 7,4420
± 0,2335
8,1203 ±
0,6907 10,5922
± 0,8404
12,7621 ±
0,4303 5
AUC
0- ∞
mcgml. menit
8350,01423 ±
100,2482 9669,2869
± 978,3981
14571,0840 ±
1376,9879 21772,6671
± 2073,7437
6 AUMC
0- ∞
mcgml. menit
2
8081569,479 ±
311714,5875 10090795,5
± 1436970,826
17718807,09 ±
2623127,818 34106472,93
± 5562239,962
7 MRT
menit 967,66
± 28,0171
1040,20 ±
44,7328 1210,85
± 72,8713
1559,03 ±
111,4972 8
Vd ml
53,3887 ±
7,6580 49,4431
± 7,0101
37,8919 ±
3,6637 31,6582
± 6,4912
9 Kel
Menit
-1
0,0011 ±
0,000029 0,000994
± 0,000036
0,000844 ±
0,00005 0,00066
± 0,00005
10 t
12
el menit
644,43 ±
17,4214 697,93
± 25,5544
823,25 ±
45,7078 1077,59
± 82,6947
11 CL
ml menit
0,0573 ±
0,0075 0,0491
± 0,0066
0,0321 ±
0,0047 0,0209
± 0,0045
Universitas Sumatera Utara
34 Dari Tabel 4.4 dapat dilihat adanya perbedaan dari masing-masing
perlakuan. Konsentrasi obat maksimum dalam plasma C
maks
merupakan petunjuk bahwa obat diabsorpsi secara sistemik untuk memberikan suatu
respon terapeutik dan menunjukan kemungkinan adanya kadar toksik obat dalam tubuh. Nilai C
maks
tergantung oleh dosis D , volume distribusi Vd,
tetapan laju eliminasi obat K
el
, dan t
maks.
Nilai C
maks
dari natrium diklofenak dalam plasma mengalami peningkatan secara bermakna p0,05 pada
perlakuan dengan ekstrak rimpang kencur. Peningkatan nilai C
maks
dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Peningkatan nilai C
maks
mcgml terhadap rata-rata tiap perlakuan pada tikus putih jantan
Nilai C
maks
pada kontrol adalah 7,4420 ± 0,2335 mcgml, perlakuan dengan pemberian ekstrak kencur dosis 20 mgkg bb sebesar 8,1203 ± 0,6907
mcgml, dosis 40 mgkg bb meningkat menjadi 10,5922 ± 0,8404 mcgml, dan dosis 80 mgkg bb mengalami peningkatan menjadi 12,7621 ± 0,4303 mcgml.
Hasil penelitian menunjukan jumlah C
maks
meningkat diakibatkan jumlah absorpsi yang meningkat.
2 4
6 8
10 12
14
C mak
s
Perlakuan
kontrol EERK dosis 20 mgkg bb
EERK dosis 40 mgkg bb EERK dosis 80 mgkg bb
Universitas Sumatera Utara
35 Luas area di bawah kurva AUC merupakan salah satu parameter
bioavaibilitas obat, dimana AUC
0- ∞
menunjukan jumlah obat aktif yang berada pada sirkulasi sistemik. Nilai AUC