laki-laki dan 25 Kkalkg BB untuk wanita. Kebutuhan kalori pasien diabetes pada dasarnya tidak berbeda dengan orang non diabetes yaitu harus dapat
memenuhi kebutuhan untuk aktivitas fisik maupun psikis dan untuk mempertahankan berat badan agar mendekati ideal PERKENI, 2006.
3. Latihan jasmani Latihan jasmani merupakan salah satu dari pilar penatalaksanaan DM tipe 2.
Latihan jasmani dapat meningkatkan kebutuhan bahan bakar tubuh oleh otot yang aktif dan terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks meliputi fungsi
sirkulasi, metabolisme, dan susunan saraf pusat otonom. Latihan jasmani akan mengakibatkan glikogen pada hati dan otot cepat diakses untuk digunakan
sebagai sumber energi saat latihan jasmani terutama pada beberapa atau permulaan latihan jasmani dimulai, sehingga setelah 30 menit akan terjadi
penurunan kadar glukosa darah. Latihan jasmani dapat dilakukan secara teratur 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit. Latihan ini sebaiknya
disesuaikan dengan usia dan status kesegaran jasmani PERKENI, 2011; Rachmawati, 2010.
4. Farmakologi Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan pengetahuan
pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan PERKENI, 2011.
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua yaitu komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang kronis.
1. Komplikasi akut a. Ketoasidosis Diabetik KAD
Penurunan aktivitas insulin tidak hanya menyebabkan peningkatan kadar glukosa serum tapi menyebabkan pula ketoasidosis. Tanpa adanya insulin
lipolisis terpacu, sehingga asam-asam lemak dihasilkan dan cenderung diubah menjadi badan keton di hati oleh efek glukagon yang tidak
terimbangi Ganong McPhee, 2010. Trias KAD yaitu hiperglikemia 300-600 mgdl, asidosis, dan ketosis PERKENI, 2011.
b. Hipoglikemia Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah kurang
dari 60 mgdl. Hipoglikemia sering disebabkan oleh penggunaan sulfonilurea dan insulin. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik
berdebar-debar, banyak keringat, dan rasa lapar dan gejala neuro- glikopenik pusing, gelisah penurunan kesdaran hingga koma.
Pengelolaan segera diperlukan apabila terjadi hipoglikemia. Serangan hipoglikemia yang sering dan lama dapat menyebabkan kematian otak
permanen atau bahkan kematian PERKENI, 2011; Price Wilson, 2006. c. Hiperglikemia Hiperosmolar Koma Non Ketotik HHNK
Komplikasi ini sering muncul pada DM tipe 2. Hiperglikemia 600-1200 mgdl terjadi tanpa adanya ketosis, dan tanpa tanda dan gejala asidosis.
Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolalitas 330-380 mOsml PERKENI, 2011; Price Wilson, 2006.
2. Komplikasi kronis a. Komplikasi makroangiopati
Makroangiopati memiliki gambaran histopatologis berupa arterosklerosis yang disebabkan oleh penimbunan sorbitol dalam tunika intima vaskular.
Makroangiopati dapat menyebabkan penyumbatan vaskular. Jika arterosklerosis mengenai arteri-arteri perifer, maka menyebabkan
insufisiensi vaskular perifer yang disertai dengan klaudikasio intermiten
dan ganggren pada ekstremitas serta insufisiensi serebral dan stroke. Jika arterosklerosis mengenai arteri koronaria dan aorta, maka dapat
menyebabkan angina dan infark miokardium Price Wilson, 2006. b. Komplikasi mikroangiopati
1 Retinopati diabetik Hiperglikemia dapat menyebabkan retinopati Sitompul, 2011.
Penimbunan sorbitol pada lensa mata menyebabkan kebutan dan katarak. Manifestasi dini dari retinopati yaitu mikroaneurisma dari
arteriol retina. Hal ini mengakibatkan pendarahan, neovaskularisasi, dan jaringan parut pada retina dapat menyebabkan kebutaan Price
Wilson, 2006. 2 Nefropati diabetik
Manifestasi dini dari nefropati diabetik yaitu proteinuria dan hipertensi. Fungsi nefron yang hilang secara terus-menurus dapat
menyebabkan pasien menderita insufisiensi ginjal dan uremia Price Wilson, 2006.
3 Neuropati diabetik Komplikasi ini disebabkan oleh gangguan jalur poliol glukosa-
sorbitol-fruktosa akibat kekurangan insulin. Penimbunan sorbitol dan fruktosa serta penurunan kadar mioinositol dapat menimbulkan
neuropati Price Wilson, 2006.
2.2 Kontrol Glikemik 2.2.1 Pengertian