Kriteria Standar Pelayanan Minimum Sekolah Inklusif
20
Permendiknas RI No. 19 tahun 2007 dan Pedoman Peryelenggaraan Pendidikan inklusi menyatakan bahwa dalam
pendidikan inklusif perlu ada penyesuaian kurikulum dengan mempertimbangkan
kondisi peserta
didik. Penyesuaian
kurikulum dapat dilakukan oleh tim pengembang kurikulum di sekolah. Tim pengembang kurikulum sekolah terdiri atas kepala
sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran, guru pendidikan khusus, konselor, psikolog, dan ahli lain yang terkait
Kemendiknas 2010:20. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan kurikulum yang tepat diterapkan bagi
pendidikan inklusif perlu dilakukan pengembangan kurikulum oleh tim interdisipliner dengan melakukan penyesuaian yang
mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi masing-masing individu.
Menurut Tim ASB 2011:32 pengembangan kurikulum dapat dilakukan melalui 2 metode, yakni adaptasi dan
modifikasi. Yang pertama adaptasi kurikulum, adaptasi kurikulum adalah pengadaan danatau penyesuaian instrumen
bahan dan teknik proses pembelajaran yang dapat membantu anak untuk mengikuti tugas belajar yang sama dengan teman-
temannya. Yang kedua modifikasi kurikulum, modifikasi kurikulum mengacu pada perubahan-perubahan kurikulum
untuk kepentingan anak secara individual dengan mengurangi
21
kesulitan dan kuantitas tugas belajar anak. Sedangkan Dedy Kustawan 2013 : 96 berpendapat bahwa ada 5 lima model
pengembangan kurikulum pendidikan inklusif dalam upaya penyusunan kurikulum yang fleksibel, yaitu 1 Model Eskalasi
Ditingkatkan, 2
Model Duplikasi
Meniru atau
Menggandakan, 3 Model Duplikasi Merubah untuk Disesuaikan, 4 Model Subtitusi Mengganti, dan 5 Model
Omisi Menghilangkan. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas memang memiliki keberagaman, namun pada dasarnya dari
beberapa pengertian yang beragam tersebut memiliki makna atau inti yang sama. Pada dasarnya pengembangan kurikulum
dilakukan dengan adanya penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak. Penyesuaian yang
dilakukan dapat melalui adaptasi maupun modifikasi dalam bentuk
ditingkatkan, menggandakan,
merubah untuk
disesuaikan, mengganti, dan menghilangkan beberapa bagian kurikulum reguler untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi masing-masing anak berkebutuhan khusus. Tim ASB 2011:32 menyatakan bahwa pengembangan
kurikulum secara tepat dan operasional dapat dilakukan dengan mengacu pada hasil asesmen. Dari penjelasan di atas diketahui
bahwa asesmen berperan penting sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus.