27
2. Perkembangan Konsep Kesejahteraan
Munculnya konsep kesejahteraan psikologis berawal dari perkembangan konsep kesejahteraan well-being itu sendiri. Konsep
kesejahteraan mengacu pada keberfungsian psikologis secara optimal Ryan Deci, 2001. Menurut Ryan dan Deci 2001, terdapat dua
perspektif mengenai kesejahteraan, yaitu pendekatan hedonic dan pendekatan
eudaimonic. Pendekatan
hedonic mendefinisikan
kesejahteraan sebagai kesenangan atau kebahagiaan yang menekankan pada pengalaman yang mendatangkan kenikmatan, sedangkan pendekatan
eudaimonic mendefinisikan kesejahteraan sebagai realisasi diri, ekspresi personal dan tingkat dimana individu mampu mengaktualisasikan
kemampuannya. Perspektif hedonic berfokus pada pengalaman subjektif terhadap kebahagiaan dan kepuasan hidup disebut sebagai subjective
well-being oleh Ryff, Keyes, Shmotkin, 2002. Konsep subjective well- being berasal dari konsep well-being dari perspektif hedonic dimana
kesejahteraan didefinisikan sebagai kondisi tingginya tingkat kemunculan kejadian-kejadian atau efek-efek yang positif, tingkat munculnya efek
negatif yang rendah, dan tingkat kepuasan akan hidup life satisfaction yang tinggi Deiner, 1984; Kahneman, Diener, Schwarz, 1999.
Berbeda dengan definisi kesejahteraan dari sudut pandang hedonic yang berfokus pada hasil akhir atau kondisi yang terlihat pada masa kini,
perspektif eudaimonic menempatkan kesejahteraan sebagai suatu proses pemenuhan atau realisasi diri dan pencapaian yang diperoleh melalui
Universitas Sumatera Utara
28
potensi yang dimiliki manusia Waterman, 1993. Berdasarkan perspektif eudaimonic, laporan subjektif seseorang mengenai perasaan kebahagiaan,
keberadaan efek-efek yang positif, dan kepuasan hidup yang dirasakan pada saat kini atau pada waktu yang spesifik tidak berarti bahwa orang
tersebut baik secara psikologis ataupun baik secara sosial Ryan Deci, 2001. Aktivitas-aktivitas hedonic yang dilakukan dengan mengejar
kenikmatan dan menghindari kesakitan menghasilkan kesejahteraan yang bersifat sementara yang semakin lama akan semakin memudar sensasinya
seiring waktu. Sedangkan aktivitas-aktivitas eudaimonic lebih dapat mempertahankan kondisi kesejahteraan dalam waktu yang relatif lama
lama dan konsisten Steger, Kashdan, Oishi, 2009. Seseorang akan merasakan kebahagiaan dan kepuasan hidup yang lebih lama ketika
individu mengalami pengalaman membina hubungan yang baik dengan orang lain dan merasa menjadi bagian dari kelompok tertentu, dapat
menerima dirinya sendiri, dan memiliki tujuan hidup Steger, Kashdan, Oishi 2009. Pandangan eudaimonic mengenai kesejahteraan ini kemudian
menjadi dasar munculnya konsep kesejahteraan psikologis psychological well-being.
3. Dimensi Kesejahteraan Psikologis