Kotak dan perlengkapan PPPK P3K Sumber: www.myguarder.com
3 Ada petugas yang melayani kesehatan kerja. 4 Alat-alat praktek dalam keadaan amanmudah digunakan dan tidak
menimbulkan bahaya. b Setiap pekerjapraktikan wajib mengenakan pakaian kerja dan alat-alat pelindung diri
pada waktu bekerjamelakukan praktikum, seperti, baju kerjacelemek, kacamata, sarung tangan dan sebagainya.
c Setiap pekerjapraktikan harus menerapkan prinsip-prinsip umum yang menjamin
keselamatan dan kesehatan kerja secara umum, antara lain: Bekerja sesuai prosedurlangkah kerja tertentu.
Menggunakan alat yang tepat sesuai dengan fungsinya. Melakukan perawatan terhadap kebersihan dan keindahan tempat kerja.
Setiap pekerjapraktikan harus memahami situasi laboratoriumbengkel kerja dalam kaitannya tindakan menyelamatan jika terjadi kecelakaan.
Prinsip - prinsip khusus keamanan dan keselamatan kerja dalam laboratoriunbengkel
kerja antara lain: Penyediaan berbagai alat atau bahan yang ditempatkan di tempat yang mudah
dicapai, misalnya: ember berisi pasir, alat pemadam kebakaran, selimut dari bahan yang tahan api, kotak P3K dan sejumlah pelindung lainnya.
Tidak mengunci pintu pada saat laboratoriumbengkel kerja digunakan atau sebaliknya.
Tidak memperkenalkan pekerjapraktikan masuk laboratoriumbengkel kerja pada saat guruinstruktur tidak ada.
Menyimpan bahan yang beracunberbahayamudah terbakar di tempat khusus. Mengadakan latihan pemadaman kebakaran secara periodik.
Latihan Pemadaman Kebakaran Sumber: safarbersaudara.itrademarket.com
Melengkapi dengan saklar pusat untuk arus listrik. Melakukan cekingpembersihan peralatan di laboratoriumbengkel kerja secara
rutin.
6. Prosedur Kerja Aman
Bekerja mempunyai makna banyak, luas dan dalam di dalam kehidupan. Makna bekerja ditinjau dari:
Segi perorangan adalah “gerak” dan pada badan dan pikiran setiap orang guna memelihara kelangsungan hidup badaniah maupun rohaniah.
Segi kemasyarakatan adalah melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa guna memuaskan kebutuhan masyarakat.
Segi spiritual adalah merupakan hak dan kewajiban manusia dalam memuliakan dan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
7. Syarat-syarat Keselamatan Kerja
UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja mengatur keselamatan kerja dalam segala tempat kerja baik d darat, di permukaan air, di dalam air maupun di udara
yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Syarat-syarat tentang keselamatan kerja tersebut antara lain untuk:
a Mencegah dan mengurangi kecelakaan. b Memberi pertolongan pada kecelakaan.
c Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau jadian-kejadian lain yang berbahaya.
d Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja. e Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun
psikis peracunan, infeksi dan penularan. f Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
g Memperoleh keserasian antara tenaga kerja alat kerja lingkungan cara dan proses kerjanya.
h Menyesuaikan dan menyempurnakan pada pekerja yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi dan lain-lain.
8. Hambatan pelaksanaan K3
Hambatan atau masalah yang sering dijumpai dalam pelaksanaan K3 di lapangan adalah:
Tingkat pengetahuan, pemahaman, perilaku, kesadaran, sikap dan tindakan masyarakat pengusaha, tenaga kerja, aparatur pemerintah dan masyarakat pada
umummya dalam upaya penanggulangan masalah keselamatan dan kesehatan kerja masih sangat rendah.
Perkembangan ilmu, teknik dan penerapan teknologi disertai dengan pesatnya perkembangan pembangunan di bidang industri, perhubungan, pertambangan,
pertanian dan lain-lain belum dapat diimbangi dengan tingkat pengetahuan dan ketrampilan tenaga kerja.
Peningkatan jumlah kecelakaan tenaga kerja, kebakaran, pencemaran lingkungan industri, penyakit akibat kerja dan lain sebagainya tidak seimbang dan selaras
dengan upaya pencegahan secara dini, sehingga menimbulkan akibat-akibat korban jiwa manusia, kerugian material yang tak ternilai harganya dan dapat menghambat
kelestarian pembangunan pada umumnya. Belum memadainya jumlah dan mutu tenaga pengawas, sangat kurang tenaga ahli
K3, masih lemahnya penindakan hukum “law enforcement” serta belum memadainya peraturanpetunjuk pelaksanaan dalam bidang K3.
Kurangnya jalinan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antara berbagai istansi, penjabaran strategi dan pelaksanaan programnasional di bidang K3 secara lintas
sektoral dan regional. Dan belum memadainya dukungan dana, daya dan sarana, sera lemahnya jalur-jalur komunikasi, informasi dan edukasi di bidang K3.
Dalam bidang komunikasi informasi dan edukasi, khususnya penerangan dan penyuluhan,
permasalahan pokoknya
ialah bagaimana
kita mampu