Sikap Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai

pakaian tipis untuk meningkatkan perpindahan panas ke lingkungan Kemkes RI, 2010. Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah pertanyaan no. 10 dan 12 mengenai upaya ibu dalam mengatasi batuk pada balita pneumonia dan kapan balita perlu dibawa untuk periksa kembali ke puskesmas. Upaya dalam mengatasi batuk pada balita mayoritas dijawab dengan salah oleh responden, yaitu sebanyak 53 orang 84,1. Pemberian obat batuk tradisional dapat menjadi pilihan utama ibu dalam mengatasi batuk pada balita daripada obat batuk kemasan . Obat batuk kemasan yang dapat dibeli secara bebas banyak mengandung atropine, kodein, alkohol dan antihistamin dosis tinggi sehingga dapat membuat anak mengantuk sehingga mengganggu proses pemberian makan serta menurunkan kemampuan anak dalam mengeluarkan sekret dari paru WHO, 2010. Pertanyaan mengenai waktu yang tepat untuk pemeriksaan kembali balita yang sakit pneumonia mayoritas dijawab salah adalah sebanyak 30 orang 47,6 . Mayoritas ibu tidak mengetahui bahwa balita perlu dibawa untuk pemeriksaan kembali setelah dua hari meminum obat antibiotik untuk melihat keefektifitasan obat terhadap penyakit pneumonia pada balitanya WHO, 2002.

5.2.2 Sikap Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai

Sikap menggambarkan respon tertutup seseorang terhadap terhadap stimulus atau objek tertentu, yang melibatkan pendapat dan emosi yang bersangkutan senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, dll. Sikap merupakan kesiapan atau Universitas Sumatera Utara kesedian untuk bertindak Notoatmojo, 2005. Pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa sebanyak 39 responden 61,9 memiliki sikap yang cukup dan 24 responden 38,1 memiliki sikap yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah memiliki perhatian yang cukup terhadap kesehatan balitanya. Distribusi sikap pada tabel dapat dilihat bahwa pernyataan memberikan makanan bergizi dalam jumlah sedikit tetapi sering, menambah porsi makan balita setelah sembuh dan memberikan makanan balita dalam bentuk yang lunak mendapat respon setuju dari responden, dimana masing-masing persentasenya 61,9 , 74,6 , dan 63,8 . Hal ini karena adanya pengetahuan yang baik tentang gizi balita dan pemberian makan pada balita yang sakit. Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya balitanya mendapatkan gizi yang cukup melalui pemberian makan yang benar. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2005 bahwa dalam menentukan sikap yang utuh dipengaruhi oleh pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi. Peningkatan suhu tubuh merupakan hal yang secara fisiologis terjadi pada balita yang sedang mengalami proses infeksi. Oleh karena itu perawatan selama balita demam merupakan hal penting untuk dilakukan ibu salah satunya dengan pemberian minum yang banyak untuk mencegah dehidrasi pada balita Depkes RI,2010. Pernyataan memberikan minum yang banyak pada balita pneumonia yang demam mendapat 52,4 tanggapan setuju dari 63 ibu. Selain baiknya pengetahuan ibu mengenai cara mengatasi kehilangan cairan terutama demam pada balita, sikap ibu ini juga dipengaruhi oleh komponen emosi dan keyakinan Universitas Sumatera Utara saat ibu berpikir sehingga ibu memiliki niat untuk melakukan tindakan memberi minum yang banyak pada balitanya Notoatmodjo, 2005. Pada pernyataan akan memberikan obat batuk kemasan daripada obat batuk tradisional untuk mengatasi batuk pada balita, mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 34 orang 54,0 . Menurut WHO 2002, batuk pada balita yang menderita pneumonia juga dapat diatasi dengan menggunakan ramuan tradisional. Sikap ibu ini dapat terbentuk oleh keyakinan bahwa obat batuk kemasan lebih aman untuk diberikan kepada balita padahal obat batuk kemasan yang dapat dibeli secara bebas banyak mengandung atropine, kodein, alkohol dosis tinggi yang dapat membuat anak mengantuk sehingga menggangu proses pemberian makan serta menurunkan kemampuan anak dalam mengeluarkan sekret dari paru. Pada pernyataan akan segera membawa balita ke puskesmas atau pusat kesehatan lainnya ketika balita menunjukkan tanda balita bertambah sesak, tidak bisa minum dan ada tarikan dinding dada kedalam mendapat respon setuju sebanyak 33 orang 52,4 . Sikap ini didukung oleh mayoritas responden yang menjawab benar tanda-tanda pneumonia yang bertambah buruk. Menurut Notoatmodjo 2005, salah satu komponen pembentukan sikap adalah kecenderungan untuk bertindak. Distribusi sikap pada tabel 1.4, maka mayoritas responden yang menjawab setuju untuk tidak membawa balitanya untuk periksa kembali setelah 2 hari meminum obat adalah sebanyak 29 orang 46,0. Responden mengungkapkan bahwa jika balitanya sudah tampak sehat maka balita tidak perlu dibawa periksa kembali. Hal ini sesuai dengan pengetahuan responden yang kurang mengetahui Universitas Sumatera Utara pentingnya untuk melakukan pemeriksaan kembali. Selain pengetahuan, proses terbentuknya sikap juga dipengaruhi oleh evaluasi orang terhadap terhadap objek Notoatmodjo, 2005.

5.2.3 Tindakan Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai