Tindakan Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai

pentingnya untuk melakukan pemeriksaan kembali. Selain pengetahuan, proses terbentuknya sikap juga dipengaruhi oleh evaluasi orang terhadap terhadap objek Notoatmodjo, 2005.

5.2.3 Tindakan Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai

Hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 35 orang 55,6 responden memiliki tindakan yang cukup dalam melakukan perawatan pneumonia pada balita. Penelitian Nurhidayah,dkk 2008 di kecamatan Ciawi kabupaten Tasikmalaya juga melaporkan bahwa 52,38 responden memiliki tindakan yang baik dalam perawatan pneumonia pada balita. Berdasarkan tabel 1.6 diketahui bahwa semua responden 100 memantau perkembangan penyakit balitanya dan membuka jendela setiap pagi agar udara di rumah bertukar, hal ini didukung sikap ibu yang setuju untuk segera membawa balitanya ke puskesmas ketika menunjukkan tanda-tanda pneumonia yang bertambah buruk 61,9 dan setuju untuk membuka jendelanya setiap pagi agar udara di dalam rumah bertukar 44,4 . Penelitian Nurhidayah,dkk 2008 juga melaporkan mayoritas responden melakukan tindakan memantau perkembangan penyakit balitanya 76,19 . Namun pada pernyataan menambahkan porsi makan balita setelah sembuh mayoritas responden tidak melakukannya, yaitu sebanyak 33 orang 52,4 . Ada 3 faktor yang mempengaruhi terbentuknya tindakan yakni faktor predisposisi, dan faktor pemungkin, faktor penguat. Pengetahuan dan sikap adalah faktor predisposisi terbentuknya suatu tindakan. Terkadang individu memiliki Universitas Sumatera Utara pengetahuan dan sikap yang baik, namun individu tersebut tidak berkeinginan untuk melakukannya karena tidak adanya faktor penguat. Faktor penguat adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya suatu tindakan, misalnya motivasi Notoatmodjo, 2005 Pada pernyataan penggunaan obat batuk tradisional untuk mengatasi batuk pada balita, mayoritas responden tidak melakukan tindakan tersebut, yakni sebanyak 39 orang 61,9 . Obat batuk tradisional dapat dibuat dari setengah sendok teh cairan jeruk nipis ditambah dengan setengah sendok teh kecap atau madu dan dapat diminum sebanyak 3 sampai 4 kali sehari. Obat batuk tradisional ini juga banyak digunakan untuk mengatasi batuk pada balita yaitu sebanyak 71,43 oleh ibu-ibu yang menjadi responden pada penelitian Nurhidayah 2008.Tindakan tidak memberi obat batuk tradisional ini dapat dilatarbelakangi oleh mayoritas ibu yang tidak mengetahui dengan baik bahwa obat batuk tradisional dapat digunakan untuk mengatasi batuk pada balitanya serta sikap ibu yang tidak setuju menggunakan obat tradisional. Tindakan membawa balita untuk periksa kembali ke puskesmas sebagian besar juga tidak dilakukan. Mayoritas responden yang tidak membawa balitanya untuk periksa kembali adalah sebanyak 45 orang 71,4 . Hal ini sejalan dengan pengetahuan dan sikap ibu yang sebagian besar tidak mengetahui kapan balitanya harus periksa kembali dan mayoritas ibu yang setuju tidak akan membawa balitanya untuk periksa kembali jika sudah terlihat sembuh setelah 2 hari meminum antibiotik karena ibu memiliki keyakinan bahwa balitanya sudah sembuh secara optimal. Tindakan pemeriksaan kembali balita yang sakit Universitas Sumatera Utara pneumonia setelah 2 hari meminum obat untuk mengetahui keefektifan obat yang dikonsumsi WHO,2002.

5.2.4 Perilaku Ibu dalam perawatan Pneumonia pada Balita di Wilyah Kerja Puskesmas Medan Denai