2.2.7 Pengobatan
Penyebab spesifik pneuomonia pada balita sering kali tidak dapat ditegakkan secara cepat, sehingga penanganan yang dianggap paling tepat ialah memberikan
terapi antibiotik yang efektif terhadap bakteri penyebab pneumonia yang paling umum Rudolph, 2006. Pengobatan pada balita pneumonia dapat dilakukan
dengan terapi antibiotik oral. Antibiotik oral pilihan pertama yaitu Kotrimoksazol. Ini dipilih karena sangat efektif, cara pemberiannya mudah dan murah.Antibiotik
pilihan kedua yaitu, Amoksisilin diberikan hanya apabila obat pilihan pertama tidak tersedia atau apabila dengan pemberian pertama tidak memberikan hasil
yang baik. Kotrimoksasol dan Amoksisilin diberikan 2 kali sehari selama 3 hari dalam bentuk tablet atau sirup. Pada balita berumur 1 sampai kurang dari 3 tahun
diberikan 2,5 tablet kotrimoksazol atau duapertiga dari tablet 500 mg amoksisilin. Apabila diberikan dlam bentuk sirup diberikan sebanyak 5 ml 1 sendok takar
kotrimoksazol atau 12,5 ml 2,5 sendok takar amoksisilin. Untuk balita berumur 3 sampai 5 tahun diberikan 3 tablet kotrimoksazol atau tigaperempat dari 500 mg
tablet amoksisilin. Apaila diberikan dalam bentuk sirup diberikan 10 ml 2 sendok takar kotrimoksazol atau 15 ml 3 sendok takar amoksisilin Depkes RI, 2010.
Terapi antibiotik oral diberikan sampai demam pada balita menurun atau hilang, adanya penurunan upaya bernapas. Pada saat itu , antibiotik oral dapat diberikan
dengan perjalanan antibiotic total selama 10-21 hari Rudolph, 2006
2.2.8 Perawatan di rumah
Balita yang menderita pneumonia setelah mendapatkan pengobatan di puskesmas atau pusat kesehatan lainnya, sangat perlu mendapatkan perawatan
Universitas Sumatera Utara
yang baik oleh ibu di rumah. Perawatan balita pneumonia di rumah yang dapat dilakukan ibu meliputi perawatan suportif dan pengamatan yang cermat terhadap
tanda-tanda pneumonia. Selain itu, jika antibiotik, parasetamol atau obat spesifik lainnya direkomendasikan untuk digunakan di rumah, ibu harus mengerti
bagaimana cara memberikannya dan kapan perlu kembali untuk penilain ulang
WHO, 2002.
Perawatan suportif yang dapat dilakukan ibu dapat berupa pemberian makan, pemberian cairan , mengatasi batuk dan mengatasi demam pada balita.
1 Pemberian makan Pemberian makan pada balita selama infeksi pernapasan akut dan
meningkatkan pemberian makan selama masa penyembuhan dapat menggantikan penurunan berat badan selama sakit. Pemberian makan yang baik dapat membantu
mencegah terjadinya kekurangan gizi. Pemberian makanan ini terutama penting bagi balita yang menderita pneumonia, yang diduga mengalami penurunan berat
badan akibat dari hilangnya nafsu makan setiap harinya. Idealnya, makanan yang diberikan selama infeksi pernapasan akut sebaiknya memiliki kandungan gizi
dalam jumlah banyak dan kalori yang relatif besar. anak harus mendapatkan semua sumber zat gizi yaitu karbohidrat, protein, mineral, vitamin, dan serat
dalam jumlah yang cukup WHO, 2002. Pemberian makan pada balita diberikan dalam takaran yang sedikit tetapi
sering. Makanan yang diberikan dalam bentuk yang lunak dapat berupa bubur atau campuran tepung dengan sereal atau kacang-kacangan, atau tepung dengan
daging atau bahan makanan lain yang mengandung protein yang tinggi seperti ikan, hati ayam, hati sapi, telur puyuh, telur ayam kampung, telur ayam biasa dan
Universitas Sumatera Utara
bisa ditambahkan makanan dari susu. Penambahan beberapa tetes minyak ke dalam makanan dapat dilakukan untuk memperkaya energi. Setelah Balita
sembuh, pemberian makanan tambahan perlu dilakukan selama seminggu atau sampai balita mencapai berat badan yang normal. Makanan tambahan adalah
makan bergizi yang diberikan sebagai tambahan selain makanan utama yang diberikan diluar waktu pemberian makanan utama. Pemberian makan ini dapat
terganggu apabila anak mengalami pilek atau hidung tersumbat. Jika hidung tersumbat oleh mukus yang kering atau tebal, tetesjkan air garam ke dalam hidung
atau gunakan lintingan kapas basah untuk membantu melunakkan mukus WHO,2002 .
2 Pemberian cairan Pemberian cairan yang banyak pada balita berguna untuk mengatasi
kehilangan cairan pada balita yang menderita pneumonia. Balita dengan infeksi saluran pernapasan dapat kehilangan cairan lebih banyak dari biasanya terutama
bila demam. Berikan anak cairan tambahan berupa ASI,susu formula, air putih, sari buah dan sebagainya dalam jumlah yang banyak. Bila anak belum menerima
makanan tambahan apapun, berikan ASI lebih sering dari biasanya Kemkes RI, 2010.
Demam sangat umum terjadi pada anak dengan infeksi pernapasan. Penatalaksanaan demam tergantung dari apakah demam itu tinggi atau rendah.
Apabila demam balita tidak tinggi 38,5 ⁰C, maka ibu dapat memberikan
cairan yang lebih banyak dan mengopmres anak tanpa perlu memberikan obat penurun demam. Namun, bila demam balita tinggi
≥ 38,5⁰C , dapat diturunkan dengan memberikan parasetamol sehingga anak akan merasa nyaman dan dapat
Universitas Sumatera Utara
makan lebih banyak. Balita dengan pneumonia akan lebih sulit bernapas bila mengalami demam tinggi. Parasetamol dapat diberikan setiap 6 jam sekali dengan
dosis yang sesuai sampai demam reda. Dosis parasetamol pada balita berumur 2 bulan sampai 6 bulan adalah seperdelapan dari tablet 500 mg atau setengah dari
tablet 100 mg atau 2,5 ml sirup setengah sendok takar . Balita berumur 6 bulan sampai kurang dari 3 tahun, diberikan seperempat dari tablet 500 mg, atau 1 tablet
obat 100 m, atau 1 sendok takar sirup. Balita berumur 3 tahun sampai 5 tahun diberikan setengah tablet obat 500 mg , atau 2 tabel obat 100 mg , atau satu
setengah sendok takar sirup parasetamol. Selain pemberian obat, pakaian balita juga perlu diperhatikan. Anak yang demam diberikan pakaian tipis untuk
meningkatkan perpindahan panas ke lingkungan KemKes RI, 2010. 3 Mengatasi batuk
Batuk pada balita yang menderita pneumonia dapat diatasi dengan menggunakan ramuan tradisional maupun obat batuk yang disediakan klinik atau
yang dapat dibeli secara bebas. Obat batuk tradisional dapat dibuat dengan menambahkan perasan jeruk nipis 1 sendok teh kedalam 2 sendok teh kecap atau
madu dan diberikan sebanyak 3-4 kali sehari untuk umur lebih dari 1 tahun. Penggunaan obat yang dapat dibeli secara bebas sebaiknya dihindari obat batuk
yang mengandung atropine, kodein, alkohol antihistamin dosis tinggi karena dapat membuat anak mengantuk, menggangu proses pemberian makan serta
menurunkan kemampuan anak mengeluarkan sekret dari paru WHO, 2002. 4 Pemantauan tanda-tanda perkembangan penyakit
Pengetahuan keluarga tentang tanda-tanda bahaya pneumonia merupakan hal yang sangat penting . oleh karena itu keluarga harus mengetahui tentang tanda
Universitas Sumatera Utara
bahaya pneumonia pneumonia berat dan segera bawa anak ke pusat kesehatan terdekat. Meupakan tanda - tanda pneumonia berat yaitu : nafas menjadi lebih
sesak dan cepat, anak tidak mau minum, dan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam WHO,2002.
5 Menjaga kesehatan lingkungan tempat tinggal Mengusahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu, berventilasi
cukup dan mengurangi pencemaran udara di dalam rumah seperti asap rokok, penggunaan obat nyamuk bakar juga dapat membantu kesembuhan anak selama
dirawat di rumah Rasmaliah, 2004. 6 Penggunaan obat dan kepatuhan follow up
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, diusahakan obat yang diperoleh tersebut diberikan secara benar selama 3 hari penuh walaupun anak
sudah tampak sehat dan ibu perlu membawa anak kembali ke puskesmas atau petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang setelah 2 hari mengkonsumsi obat
2.2.9 Pencegahan