BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional SKN yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan
oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya Depkes RI, 2009. Indonesia tidak mungkin menghindar dari dampak yang ditimbulkan oleh
perubahan lingkungan global. Disamping itu Indonesia juga menghadapi masalah lingkungan yang bersifat lokal meliputi dampak proses industrialisasi dan urbanisasi
terkait di dalamnya polusi udara, air, dan tanah. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di
bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan
daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. Setiap detik organisme memerlukan udara untuk bernafas. Udara yang bersih
adalah udara yang cukup akan kebutuhan oksigen O
2
yang kita butuhkan untuk proses fisiologis normal. Apabila udara mengandung zat-zat yang tidak diperlukan
manusia dalam jumlah yang melebihi nilai ambang batasnya, maka dapat terjadi penyakit karena kita memanfaatkannya. Lingkungan udara dapat menjadi penyebab
penyakit tidak menular Soemirat, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan
antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara
bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari
pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Industri dan transportasi yang semakin maju akan memberikan dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya yaitu berupa pencemaran udara
dan kebisingan. Keadaan ini dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan penyakit. Pencemaran udara dan kebisingan akibat keadaan tersebut
diperkirakan akan meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990 dan 10 kali pada tahun 2020. Depkes RI, 2012.
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara di daerah perkotaan dan menyumbang 70 emisi NO
x
, 52 emisi VOC dan 23 partikulat Department of Environment Conservation dalam Tarigan 2009. Menurut
Hickman 1999 kegiatan transportasi mempunyai kontribusi terhadap polusi udara atmosfir. Setiap liter bahan bakar yang dibakar akan mengemisikan sekitar 100 gram
Karbon Monoksida, 30 gram Oksida Nitrogen, 2,5 Kg Karbon Dioksida dan berbagai senyawa lainnya termasuk senyawa sulfur.
Universitas Sumatera Utara
Hasil studi yang dilakukan oleh Ditjen PPM PL 1999 pada pusat keramaian di 3 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta dan Semarang
menunjukkan gambaran sebagai berikut : kadar debu SPM 280 ugm3, kadar SO2 sebesar 0,76 ppm, dan kadar NOx sebesar 0,50 ppm, dimana angka tersebut telah
melebihi nilai ambang batasstandar kualitas udara. Hasil pemeriksaan kualitas udara disekitar stasiun kereta api dan terminal di kota Yogyakarta pada tahun 1992
menunjukkan kualitas udara sudah menurun, yaitu kadar debu rata-rata 699 ugm3, kadar SO2 sebesar 0,03–0,086 ppm, kadar NOx sebesar 0,05 ppm dan kadar Hidro
Karbon sebesar 0,35–0,68 ppm. Kondisi kualitas udara di Jakarta Khususnya kualitas debu sudah cukup memprihatinkan, yaitu di Pulo Gadung rata-rata 155ugm3, dan
Casablanca rata-rata 680 ugm3 Depkes RI, 2012.s Berdasarkan data BPS tahun 2010 jumlah kendaraan bermotor menurut jenis
kendaraan di Kota Medan adalah sebanyak 4.039.127 unit, yang terdiri dari Mobil Penumpang 325.795 unit, Mobil Bus 29.978 unit, Mobil Gerobak 205.124 unit,
Sepeda Motor 3.478.230 unit. Pertumbuhan penduduk yang demikian pesat akan membawa konsekuensi
peningkatan aktivitas penduduk yang berakibat kepada peningkatan polusi udara. Peningkatan jumlah penduduk di Kota Medan diikuti dengan peningkatan sarana
transportasi yang berpotensi menimbulkan pencemaran akibat emisi kendaraan bermotor serta dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tarigan 2008 diketahui pada jalan Medan-Binjai Jumlah kendaraan yang melintas yaitu sebanyak 55089 unit dan
emisi NO
x
dari kendaraan bermotor yang dihasilkan yaitu 0,014 ton. Pada penelitian
Universitas Sumatera Utara
Avrianto 2010 juga diketahui kadar Particulate Matter 10 PM
10
di udara pada lokasi yng sama pada sore hari melebihi baku mutu udara ambient yaitu sebesar
162µgNm
3
dan terdapat gangguan pernafasan pada masyarakat di lokasi tersebut. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian di sekitar Jalan Raya di Kelurahan
Lalang Kecamatan Sunggal Medan karena merupakan salah satu daerah yang padat transportasi. Dimana kelurahan Lalang merupakan batas wilayah antara kota Medan
dan Deli Serdang yang merupakan pintu masuk bagi transportasi yang berasal dari Deli Serdang, Binjai, Langkat, maupun kota lainnya yang hendak masuk ke Medan.
Dan di sepanjang jalan ini banyak dilakukakn aktivitas bisnis, salah satu pelakunya yaitu pedagang kaki lima. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui kadar Nitrogen
dioksida NO
2
dan Particulate Matter 10 PM
10
udara ambien dan keluhan kesehatan pada pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan raya Kelurahan Lalang
Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2014.
1.2 Perumusan Masalah