meningkatnya polutan udara di atas normal juga berpotensi menurunkan produksi hewan.
c. Terhadap tumbuhan
Meningkatnya suhu udara di ats normal akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sehingga akan menurunkan produksi beberapa jenis
pangan, sayuran, dan buah-buahan. Pengaruh pencemaran udara terhadap tanaman bukan hanya pada kerugian ekonomis, melainkan memberikan
efek terhadap manusia, terutama emisi oleh flour F, sulfur dioksida SO
2
, Ozon O
3
, dan peroksiacetil nitrat. Pengaruh utamanya pada daun mengakibatkan gangguan proses asimilasi.
2. Terhadap bukan makhluk hidup
Pengaruh pencemaran udara terhadap benda mati sangat merugikan atau memberikan perubahan estetik seperti batu, tanah liat, metal, kayu, cat
karet, bahan kulit, bahan tekstil dan makanan. Pencemaran udara dapat menyebabkan abrasi, terutama akibat fisik atau kimia Sunu, 2001.
2.3. Variabel Penentu Pergerakan Pencemaran Udara
Sebelum kontak dengan manusia, pencemaran udara mengalami beberapa proses dalam dinamikanya menuju kelompok masyarakat, di antaranya yaitu
Achmadi, 2011 : 1.
Arah dan kecepatang angin Angin menentukan ke mana berbagai bahan pencemar udara akan dibawa,
terutama gas dan partikel berukuran kecil. Semakin cepat angin bertiup semakin
Universitas Sumatera Utara
tercerai berai. Proses pengenceran dapat dikatakan berjalan baik. Konsentrasi menjadi lebih kecil dan terbawa angin hingga pedesaan di sekitar kota, sambil
bahan-bahan pencemar juga mengalami perubahan-perubahan di lingkungan. Di antara bahan pencemar yang paling sulit terdegradasi adalah karbon monoksida.
2. Kelembaban
Kelembaban yang tinggi akan mengakibatkan reaksi-reaksi antara kandungan uap air di udara dengan zat pencemar menjadi zat lain yang tidak berbahaya atau
menjadi pencemar sekunder. Sebagai contoh reaksi-reaksi SO
2
menjadi ikatan sulfit dan sulfat yang bersifat korosif. Benda-benda purbakala seperti candi dapat
terkena korosi bahan pencemar yang asam ini. 3.
Suhu Suhu yang menurun pada permukaan bumi dapat menyebabkan kelembaban
udara relatif, sehingga akan meningkatkan efek korosif. Suhu meningkat akan meningkatkan kecepatan reaksi suatu bahan kimia.
4. Sinar matahari
Sinar matahari dapat memengaruhi oksidan terutama O
3
di atmosfer. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kerusakan bahan alat bangunan atau bahan-bahan
terbuat dari karet.
2.4. Nitrogen dioksida NO
2
Nitrogen dioksida NO
2
yaitu gas yang beracun, berwarna coklat kemerahan berbau tajam menyengat seperti asam nitrat. Gas ini dihasilkan di alam dengan proses
biologis dan proses pembakaran. Gas ini meruapakn gas yang toksik bagi manusia
Universitas Sumatera Utara
dan pada umumnya mengganggu sistem pernafasan. Gas nitrogen dioksida NO
2
merupakan gas yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara selain nitrogen monoksida NO dan empat kali lebih toksik dari nitrogen monoksida NO
Sunu, 2001.
2.4.1. Sumber Nitrogen dioksida NO
2
A. Dari Nitrogen Di Atmosfer Alami
Udara terdiri dari sekitar 80 volume nitrogen dan 20 oksigen. Pembentukan nitrogen oksida dan nitrogen dioksida mencakup reaksi antara
nitrogen dan oksigen di udara sehingga membentuk nitrogen oksida NO. dan selanjutnya reaksi antara NO dengan lebih banyak oksigen membentuk nitrogen
dioksida NO
2
. N
2
+ O
2
2NO 2NO + O
2
2NO
2
Pembentukan NO hanya dirangsang pada suhu tinggi, dengan demikian NO di dalam campuran ekuilibrum pada suhu tinggi akan terdisosiasi kembali menjadi N
2
dan O
2
jika suhu campuran tersebut diturunkan secara bertahap untuk memberikan waktu yang memadai bagi NO terdisosiasi. Akan tetapi bila campuran ekuilibrum
didinginkan secara mendadak, akan banyak NO yang masih terdapat pada campuran suhu rendah tersebut. Pendinginan cepat tersebut sering dilakukan pada proses
pembakaran. Kecepatan reaksi pembentukan NO
2
dapat dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen dan kuadrat dari konsentrasi NO. Dengan demikian apabila konsentrasi NO
bertambah menjadi dua kalinya maka kecepatan reaksi akan naik menjadi empat
Universitas Sumatera Utara
kalinya dan bila konsentrasi NO menurun menjadi setengahnya maka kecepatan reaksi akan berkurang menjadi seperempatnya. Kenaikan jumlah oksigen dan
penurunan suhu menyebabkan sedikit kenaikan dalam kecepatan reaksi, dan hanya sedikit dari NO yang diproduksi selama pembakaran akan diubah menjadi NO
2
selama proses pendinginan dan pengenceran. Sebagian NO yang terdapat di atmosfer akan diubah menjadi NO
2
melalui proses yang disebut siklus fotolisis NO
2
yang bukan merupakan reaksi langsung dengan oksigen Sunu,2001. Menurut Robinson dan Robins dalam Stern 1976 emisi NO
x
secara alami di seluruh dunia diperkirakan menjadi 430x10
6
ton per tahun. Konsentrasi ini tidak tetap dan sulit untuk diukur. Waktu tinggal NO
x
di udara adalah sekitar 5 hari. Menurut Duffus 1980 hamper semua emisi NO
x
berasal dari sumber alami, yang menyumbang 80 dari isi atmosfer.
B. Hasil Kegiatan Manusia
Pencemaran nitrogen dioksida yang bersumber dari alam belum menjadi masalah yang serius, karena menyebar lebih merata dalam area yang luas.
Sedangkan pencemaran nitrogen dioksida yang diproduksi oleh kegiatan manusia dengan berbagai kepentingannya lebih mendatangkan masalah karena terlokalisir di
tempat-tempat tertentu saja. Pencemaran udara di perkotaan cenderung meningkat termasuk konsentrasi
NO
2
yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pegunungan. Emisi NO
x
dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NO
x
yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran terutama kendaraan bermotor, produksi energi dan
Universitas Sumatera Utara
pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NO
x
sebagai akibat dari kegiatan manusia dengan berbagai kepentingannya berasal dari pembakaran arang, minyak,
gas alam dan bensin Sunu, 2001.
Tabel 2.2 Emisi Nitrogen Oksida di Seluruh Dunia Oleh Proses Pembakaran dan Sumber Alami
Sumber Emisi NOx Sebagai N
10
6
t.tahun
-1
Pembakaran Batu Bara 8,2
Pembangkit Tenaga 3,7
Industri 4,2
Rumah tanggaKomersial 0,3
Pembakaran Minyak Bumi 6,6
Sisa Minyak 2,7
Bensin 2,3
Minyak Bahan Bakar 1,1
Lainnya 0,5
Pembakaran Gas Alam 0,6
Kebakaran Hutan 0,2
Sumber Alamiah 150
Sumber : Gorham dalam Connel Miller, 1995
2.4.2. Penyebaran Nitrogen Dioksida NO
2
Konsentrasi nitrogen oksida NO
x
di udara sangat dipengaruhi oleh sinar matahari dan aktivitas kendaraan bermotor. Perubahan konsentrasi NOx di udara
berlangsung sebagai berikut : a.
Konsentrasi NO dan NO
x
tetap stabil sebelum matahari terbit b.
Konsentrasi NO mulai meningkat pada pagi hari bersamaan dengan aktivitas manusia, terutama kendaraan bermotor
Universitas Sumatera Utara
c. Pada siang hari, sinar matahri memancarkan sinar ultraviolet sehingga
konsentrasi NO
2
meningkat karena perubahan NO primer menjadi NO
2
sekunder d.
Dengan menurunnya konsentrasi NO di bawah 0,1 ppm, maka konsentrasi ozon O
3
meningkat e.
Konsentrasi NO mulai meningkat kembali apabila intensitas energi sinar matahari cenderung menurun pada sore hari
f. O
3
yang terkumpul disepanjang hari akan bereaksi dengan NO yang berakibat terjadinya kenaikan konsentrasi
NO
2
dan penurunan konsentrasi O
3
.
2.4.3. Efek Nitrogen dioksida NO
2
Terhadap Kesehatan
Paru-paru merupakan organ yang paling peka terhadap pencemaran gas ini. Dalam konsentrasi tinggi NO
2
dapat membahayakan, umumnya dalam jangka waktu berada di tempat yang tidak terlindung hanya menyebabkan batuk-batuk, kelelahan,
dan mual-mual ringan. NO
2
merupakan uap yang iritan yang menyerang selaput lendir pernafasan bagian atas. Iritasi selaput lendir menimbulkan sakit pada kelopak
mata cunjunctiva. Efek lokal gas ini adalah iritasi pada mata, dan iritasi pada membran mukosa saluran pernapasan atas. Efek sistemik terjadi
pada paru. Iritasi pada paru yang hebat menyebabkan pulmonary edema. Kerusakan pada bronchioles
yang terjadi secara perlahan menyebabakan obstrusi pada saluran napas atas Sarudji, 2010. Konsentrasi uap NO
2
yang tinggi dapat membahayakan, rasa sakit dan mencekik choking, sewaktu-waktu terjadi refleks pernafasan dan kekejangan katup
Universitas Sumatera Utara
pangkal tenggorok glottis, pengerutan cabang paru-paru yang mendorong terjadinya pingsan karena tidak bernafas.
Kekejangan yang hebat atau edema pangkal tenggorok dapat mengakibatkan kematian. Bila keracunan tidak fatal, masa kesembuhannya biasanya lambat dan
sering mendapat komplikasi seperti kelemahan umum asthenia, serangan asma, bronchitis kronis yang kadang-kadang menjalar febrosis paru-paru dan emphysema
sel-sel jaringan terisi udara dan kerja jantung tidak teratur Adiwisastra, 1992. Apabila udara tercemar oleh gas NO
2
dan bereaksi dengan uap air maka akan menjadi korosif dan memberikan efek terhadap mata, paru dan kulit Mukono, 2005
a. Terhadap alat pernafasan
Iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema paru setelah terpapar oleh gas NO
2
selama 48-72 jam, apabila terpapar dengan dosis yang meningkat akan menjadi fatal.
b. Terhadap mata
Iritasi mata dapat terjadi apabila NO
2
berupa uap yang pekat. c.
Terhadap kulit Iritasi terhadap kulit terjadi apabila kulit kontak dengan uap air nitrogen
akan menyebabkan luka bakar. d.
Efek lain terhadap darah Kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat bereaksi dengan darah.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Partikel
Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan sebagai bahan pencemar
berbentuk padatan Sumantri, 2010. Debu termasuk golongan partikulat. Menurut Slamet 2000 debu adalah zat padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan
merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan atau zat padat yang berukuran 0,1-25 mikron. Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel
yang melayang di udara Suspended Particulate MatterSPM dengan ukuran 1 mikron sampai 500 mikron. Suspended partikulat adalah partikel halus di udara yang
terbentuk pada pembakaran bahan bakar minyak. Terutama partikulat halus yang disebut PM
10
. Particulat Matter 10 PM
10
adalah partikel debu yang berukuran ≤ 10
mikron. Debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan
dan keselamatan kerja. Partikel debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam
keadaan melayang-layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan. Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat mengganggu
daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi partikel yang sangat rumit karena merupakan
campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda-beda Pudjiastuti, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wardhana dalam Sumantri 2010, dalam kaitannya dengan pencemaran lingkungan maka partikel dapat berupa keadaan-keadaan berikut :
1. Aerosol adalah istilah umum yang menyatakan adanya partikel yang
terhambur dan melayang di udara. 2.
Fog atau kabut adalah aerosol yang merupakan butiran air yang berada di udara.
3. Smoke atau asap adalah aerosol yang berupa campuran antara butir padatan
dan cairan yang terhambur melayang di udara. 4.
Dust atau debu adalah aerosol yang berupa butiran padat yang terhambur dan melayang di udara karena adanya hembusan angin.
5. Mist artinya mirip dengan kabut penyebabnya adalah butiran-butiran zat cair
bukan butiran air yang terhambur dan melayang di udara 6.
Fume adalah aerosol yang berasal dari kondensasi uap logam. 7.
Flume adalah asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri 8.
Smog adalah bentuk campuran antra smoke dan fog.
2.5.1. Sumber Polusi Partikel
Berbagai polusi alami mengakibatkan penyebaran partikel di atmosfer, misalnya letusan gunung dan hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktivitas
manusia juga berperan dalam penyebaran partikel, misalnya dalam bentuk partikel- partikel debu dan asbes dari bahan bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja,
dan asap dari proses pembakaran tidak sempurna, terutama dari batu arang.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Fardiaz 1992 terdapat hubungan antara ukuran partikel polutan
dengan sumbernya. Partikel yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari proses-proses mekanis seperti erosi angin, penghancuran dan penyemprotan, dan
pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki. Partikel yang berukuran diameter diantara 1-10 mikron biasanya termasuk tanah, debu dan prodruk-produk
pembakaran dari industri lokal, dan pada tempat-tempat tertentu juga terdapat garam laut. Partikel yang mempunyai diameter antara 0,1-1 mikron terutama merupakan
produk-produk pembakaran dan aerosol fotokimia. Partikel yang mempunyai diameter kurang dari 0,1 mikron belum diidentifikasi secara kimia, tetapi diduga
berasal dari sumber-sumber pembakaran. Debu partikulat ini juga terutama dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan.
Sekitar 50-60 dari partikel melayang merupakan debu berdiameter 10µm atau dikenal dengan PM
10
. Debu PM
10
dikategorikan sebagai Respirable Particulate Matter RPM. Akibatnya akan mengganggu sistem pernafasan bagian atas maupun bagian
bawah alveoli. Pada alveoli terjadi penumpukan partikel kecil sehinggan dapat merusak jaringan atau sistem jaringan paru-paru, sedangkan debu yang lebih kecil
dari 10µm, akan menyebabkan iritasi mata, mengganggu serta menghalangi pandangan mata Chahaya, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Sifat-Sifat Partikel
Sifat-sifat partikel adalah : 1.
Mengendap Partikel yang berukuran lebih besar dari 2-40 mikron tergantung dari
densitasnya tidak bertahan terus di udara, melainkan akan mengendap. Partikel yang tersuspensi secara permanen di udara juga mempunyai
kecepatan pengendapan, tetapi partikel-partikel ini tetap terdapat di udara karena gerakan udara.
2. Sifat Adsorbsi
Kemampuannya sebagai tempat adsorbsi sorbsi secara fisik atau kimirisorbsi sorbsi disertai dengan interaksi kimia.
3. Sifat Absorbsi
Jika molekul yang tersorbsi tersebut larut di dalam partikel, jenis sorbsi ini sangat mementukan tingkat bahaya dari partikel.
4. Sifat Optik
Partikel yang mempunyai diameter kurang dari 0,1 mikron berukuran sedemikian kecilnya dibandingkan dengan panjang gelombang sinar,
sehingga partikel-partikel tersebut mempengaruhi sinar seperti halnya molekul-molekul dan menyebabkan refraksi. Partikel yang berukuran jauh
lebih besar dari 1 mikron jauh lebih besar dari pada panjang gelombang sinar tampak dan merupakan objek mikroskopik yang menyebarkan sinar
sesuai dengan penampung melintang partikel tersebut. Sifat optik ini
Universitas Sumatera Utara
penting dalam menentukan pengaruh partikel atmosfir terhadap radiasi dan visibilitas solar energi Fardiaz, 1992.
Sedangkan menurut Pudjiastuti 2002 sifat debu di kategorikan Sebagai berikut:
1. Sifat Pengendap Debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya gravitasi bumi.
Namun karena ukurannya yang relatif kecil berada di udara. Debu yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih besar dari debu
yang terdapat di udara. 2. Sifat permukaan basah
Sifat selalu basah di lapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. 3. Sifat Penggumpalan
Karena sifat selalu basah maka debu satu dengan yang lainnya cenderung menempel membentuk gumpalan. Tingkat kelembaban di atas titik saturasi
dan adanya turbelensi di udara mempermudah debu membentuk gumpalan. 4. Listrik statik elektrostatik
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang yang berlawanan dengan demikian partikel dalam larutan debu
mempercepat terjadi penggumpalan.
Universitas Sumatera Utara
5. Sifat Opsis Sifat ini menyebabkan debu dapat menarik partikel lain yang berlawanan.
Adanya partikel yang tertarik ke dalam debu akan mempercepat terjadinya proses penggumpalan.
2.5.3. Efek Partikel Terhadap Kesehatan
Menurut Pudjiastuti 2002 partikel debu dapat mengganggu kesehatan manusia seperti timbulnya iritasi pada mata, alergi, gangguan pernafasan dan kanker
paru-paru. Efek debu terhadap kesehatan sangat tergantung pada solubity mudah larut, komposisi kimia, konsentrasi debu dan ukuran partikel debu. Sistem
pernafasan mempunyai beberapa sistem pertahanan yang mencegah masuknya partikel-partikel baik berbentuk padat maupun cair, kedalam paru-paru. Bulu-bulu
hidung akan mencegah masuknya partikel-partikel berukuran besar, sedangkan partikel yang berukuran lebih kecil akan dicegah masuk oleh membran mukosa yang
terdapat disepanjang sistem pernafasan dan merupakan permukaan tempat partikel menempel.
Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada saluran pernafasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai organ target sebagai
berikut Pudjiastuti, 2002 : a.
5-10 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian atas. b.
2-5 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah. c.
1-3 mikron hinggap dipermukaanselaput lendir sehingga menyebabkan vibrosis paru.
Universitas Sumatera Utara
d. 0,1-0,5 mikron melayang di permukan alveoli.
Partikel PM
10
yang berdiameter 10 mikron memiliki tingkat kelolosan yang tinggi dari saringan pernafasan manusia dan bertahan di udara dalam waktu cukup
lama. Tingkat bahaya semakin meningkat pada pagi dan malam hari karena asap bercampur dengan uap air. PM
10
tidak terdeteksi oleh bulu hidung sehingga masuk ke paru-paru. Jika partikel tersebut terdeposit ke paru-paru akan menimbulkan
peradangan saluran pernapasan, gangguan penglihatan dan iritasi kulit Anonimous, 2002.
Partikel-partikel yang masuk dan tertinggal di dalam paru-paru mungkin berbahaya bagi kesehatan karena tiga hal penting, yaitu Fardiaz, 1992:
a. Partikel tersebut mungkin beracun karena sifat-sifat kimia dan fisiknya. b. Partikel tersebut mungkin bersifat inert tidak beraksi tetapi tinggal di
dalam saluran pernafasan dapat menggangagu pembersihan bahan-bahan lain yang berbahaya.
c. Partikel-partikel tersebut mungkin dapat membawa molekul-molekul gas yang berbahaya, baik dengan cara mengabsorbsi atau mengadsorbsi,
sehingga molekul-molekul gas tersebut dapat mencapai dan tertinggal di bagian paru-paru yang sensitif. Karbon merupakan partikel yang umum
dengan kemampuan yang baik untuk mengabsorbsi molekul-molekul gas pada permukaannya.
Bahan yang dapat menganggu saluran pernafasan paru adalah bahan yang mudah menguap dan terhirup saat kita bernafas. Tubuh kita memiliki mekanisme
pertahanan untuk mencegah masuknya lebih dalam. Bahan yang padat mengganggu
Universitas Sumatera Utara
sistem pernafasan akan tetapi bila berlangsung cukup lama maka sistem tersebut tidak dapat lagi menahan masuknya bahan tersebut ke paru-paru.
Debu, aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleks batuk atau spasme laring penghentian bernafas, bila zat-zat tersebut masuk ke dalam paru-paru dapat
menyebabkan bronchitis kronik, edema paru atau pneumonitis. Para pekerja menjadi toleran terhadap paparan iritan berkadar rendah dengan meningkatkan sekresi mucus,
suatu mekanisme yang khas pada bronchitis dan juga terlihat pada perokok tembakau. Tempat utama bagi absorbsi di saluran nafas adalah alveoli paru-paru. Ini
terutama berlaku untuk gas dan juga uap cairan. Kemudahan absorbsi ini berkaitan dengan luasnya permukaan alveoli, cepatnya aliran darah dan dekatnya darah dengan
alveoli.
2.6. Baku Mutu Udara Ambien
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, udara ambien adalah udara bebas
dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk
hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, danatau komponen yang ada atau yang seharusnya ada
dan.atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien dan kadar NO
2
dan PM
10
yang memenuhi syarat adalah tidak melebihi dari 400µgNm
3
untuk NO
2
dan PM
10
150µgNm
3
.
Universitas Sumatera Utara
2.7. Pedagang Kaki Lima