diperoleh dengan menarik garis lurus secara horizontal menuju garis lengkung yang menunjukan kelembapan relatif 100.
b. Proses pendinginan dan penurunan kelambapan atau
cooling and dehumidifying
titik B-C Proses B-C merupakan proses penurunan suhu udara basah dan penurunan
suhu udara kering. Nilai entalphi, volume spesifik, temperatur titik embun dan kelembaban spesifik mengalami penurunan. Sedangkan kelembapan relatif
nilainya tetap pada nilai 100. Pada proses ini udara didinginkan oleh evaporator hingga mendekati suhu kerja evaporator. Uap air yang terjadi di udara mengalami
proses pengembunan sehingga berubah menjadi air. Proses pengembunan ini mengakibatkan tingkat kelembapan spesifik pada udara menjadi berkurang,
Titik C pada proses ini merupakan kondisi dimana udara setelah didinginkan oleh evaporator atau dapat disebut juga udara keluaran evaporator. Titik C ini
diperoleh dengan menggambar garis menurun mengikiti garis saturasi dari titik B hingga titik suhu sama dengan suhu udara keluaran dari mesin penyejuk udara.
c. Proses pemanasan dan menaikkan kelembaban atau
heating and humidify
titik C-A Pada proses ini udara dipanaskan disertai penambahan uap air. pada proses ini
terjadi kenaikan kelembaban spesifik, entalpi, suhu bola basah, suhu bola kering.
2.1.6 Tinjauan Pustaka
Galuh. R. W 2013 melakukan penelitiannya tentang
Penggunaan Refrigeran R22 Dan R134a pada Mesin Pendingin.
Dikatakan refrigeran memiliki sifat karakteristik yang berbeda yang mempengaruhi efek refrigerasi dan
koefeisien prestasi yang dihasilkan. R22 adalah refrigeran yang memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karakteristik yang baik pada mesin pendingin, sedangkan R134a adalah refrigeran yang lebih ramah terhadap lingkungan. Kedua refrigerant tersebut banyak
digunakan karena dapat menghasilkan efek refrigerasi dan COP koefisien prestasi yang cukup baik. Dan hasil yang didapat adalah pertambahan beban
berpengaruh pada naiknya kerja kompresi tetapi tidak diiringi kenaikan kapasitas evaporasi yang signifikan sehingga COP yang dihasilkan tiap penambahan beban
mengalami penurunan dan karakteristik dari R22 dan R134a yang berbeda berpengaruh pada prestasi kerja masing- masing refrigeran. R22 dari segi prestasi
kerjanya lebih baik daripada R134a, tetapi R22 tidak ramah lingkungan, sebaliknya, R134a lebih ramah lingkungan tetapi prestasi kerjanya lebih rendah
dari R22. Suryadimal dan Marthiana 2013 melakukan penelitian tetntang performa
mesin pendingin menggunakan refrigeran R22 dan R134a dengan variasi bukaan katup pada fan kondensor 14, 24, 34, dan 44. dengan mengamati nilai COP
yang dihasilkan dari refrigeran tersebut. Hasil penelitian menunjukkan nilai COP tertinggi untuk R22 terdapat pada bukaan katup 14 dengan nilai COP 3,66 dan
nilai terendah terdapat pada bukaan katup 34 dengan nilai COP 3,53. Nilai COP tertinggi untuk R134a terdapat pada bukaan katup 14 dengan nilai 3,82 dan nilai
terendah terdapat pada bukaan katup 44 dengan nilai COP 3,59. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan R22 lebih baik digunakan dengan variasi
bukaan katup fan kondensor 14 karena menghasilkan nilai COP yang tinggi. Pornomo, Heroe 2015 melakukan penelitian untuk menganalisis
karakteristik unjuk kerja sistem pendingin
air conditioning
yang menggunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
freon r-22 berdasarkan pada variasi putaran kipas pendingin kondensor. Pengkondisian udara pada ruangan berfungsi untuk mengatur kelembaban,
pemanasan dan pendinginan udara di dalam ruangan tersebut. Pengkondisian ini bertujuan memberikan kenyamanan, sehingga mampu mengurangi keletihan.
Untuk mendapatkan suhu udara yang sesuai dengan yang diinginkan banyak alternative yang dapat diterapkan, diantaranya adalah dengan menaikkan koefisien
perpindahan kalor kondensasi dan dengan menambahkan kecepatan udara pendingin pada kondensor sehingga akan diperoleh harga koefisien prestasi yang
lebih besar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan dengan menggunakan peralatan dari mesin refrigerasi sistem pendingin udara di
laboratorium Fluida, Data-data yang dicatat yaitu suhu, tekanan dan perbedaan tekanan di kompresor. Untuk membuat variasi putaran poros
fan
kondensor dilakukan dengan melakukan beberapa perubahan frequensi motor listrik yang
menggerakkannya. Variasi putaran motor listrik
fan
kondensor yang digunakan adalah 50 rpm sampai dengan 150 rpm. Data hasil pencatatan berupa tekanan dan
temperatur selanjutnya diplot pada diagram P-h untuk refrigeran R-22. Berdasarkan pembahasan dan perhitungan data yang diperoleh, dapat ditarik
beberapa kesimpulan karakteristik dan unjuk kerja sistem pendingin, Semakin besar laju aliran udara untuk mendinginkan kondensor maka besarnya koefisien
prestasi semakin meningkat. Karena laju pelepasan kalor yang besar akan berimbas pada temperature kondensor yang semakin rendah, sehingga dapat
mencapai temperatur yang lebih rendah lagi pada keluaran evaporator. Jadi kerja kompresor lebih ringan pada variasi laju pelepasan kalor yang paling besar.
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek yang digunakan pada penelitian ini adalah mesin penyejuk udara sistem kompresi uap dengan tambahan
ice-pack
. Ukuran ruang pendingin 0,6 m, lebar 0,5 m dan tinggi 0,45 m. Gambar 3.1 menyajikan skematik dari mesin
penyejuk udara.
Gambar 3.1 Skematik mesin penyejuk udara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI