PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN DI INDONESIA

25 hanya pada musimnya saja. Sebagai contoh di Indonesia buah r ambutan hanya dapat dinikmati pada bulan Desember sampai Febr uar i setiap tahun; setelah itu kita tidak dapat menjumpai buah ini di pasar an. Di tingkat tatar an petani Indonesia secar a langsung kesepakatan GATT ini tidak ter asa, mungkin juga para petani tidak mengetahui apa isi kesepakatan ter sebut. Namun yang ter asa bagi petani kita adalah mengapa komoditi per tanian mer eka semakin menur un baik kuantitas maupun kualitasnya; atau mengapa buah-buahan impor semakin digemar i oleh konsumen di Indonesia?. Jaw aban atas per tanyaan ini adalah bahw a dalam kesepakatan GATT diper kenankannya pr oduk per tanian masuk dar i luar neger i. Konflik per saingan tidak akan dapat diselesaikan tanpa kita har us meningkatkan kualitas pr oduk per tanian; maka semakin jelas upaya memper ebutkan sumber-sumber daya ekonomi seper ti pemanfaatan sumber daya alam; teknologi; modal dan kualitas sumber daya manusia semakin menonjol per annya. Globalisasi dan kesepakatan GATT memang belum tentu mudah dan mulus diter apkan di Indonesia, bisa juga menjadikan masalah ter utama bila kita belum siap mener ima kesepakatan ini. Semua ini menjadi tantangan bagi pengembangan teknologi per tani an di er a global ini. Kondisi per saingan ini tentu tidak ter jadi dalam keadaan sama bagi semua negar a-negar a pelaku teknologi. Teknologi per tanian di negar a-negar a maju sangat ber beda dibanding dengan negar a yang sedang ber kembang, baik tingkatan tahapan teknologi yang digunakan, sar ana pr asar ana, pelaku teknologi, modal dan polit ical will dar i pemer intah. Salah satu kelemahan teknologi per tanian pasca panen adalah t eknologi penyimpanan hasil per tanian. Pemer intah Kor ea sadar betul akan hal ini dan member ikan dukungan teknis yang tinggi bagi par a petaninya; sebagai 26 contoh adalah di kaw asan-kaw asan per tanian pemer intah Kor ea membangunkan r uangan pendingin cold st or age. Sumbangan ini dimaksudkan agar par a petani dapat menyimpan hasil panen mer eka seketika setelah panen. Pemer intah Kor ea menyadar i bahw a dengan lahan per tanian yang tidak luas sedapat mungkin hasil per tanian dapat memenuhi kebutuhan r akyat Kor ea dan tanpa har us mengimpor t dar i luar . Di negar a China juga ter lihat polit ical will pemer intah kepada petani salah satu bentuk per hatian pemer intah adalah membangun r uangan pendingin cold st or age di tengah kaw asan per tanian sayur dan buah-buahan; w alaupun kebijakan ini sedikit ber beda dengan di Kor ea namun tujuannya tetap sama yaitu ingin membantu par a petani agar dapat menyelamatkan hasil panennya. Ruang pendingin yang disumbangkan oleh pemerintah China dikelola secar a otonomi penuh oleh suatu badan or ganisasi petani. Hasil panen sayur an dan buah-buahan setelah panen disimpan ter lebih dahulu di r uang pendingin sebelum dijual. Selanjutnya hasil pr oduk per tanian ter sebut akan dibeli oleh suatu badan koper asi dengan har ga yang tidak mer ugikan petani at au dengan har ga sesuai dengan har ga pasar , sehingga petani langsung mendapatkan uang. Satu hal yang dapat dicontoh dar i pengalaman negar a China adalah bahw a lahan petani sayur-sayur an dan buah-buahan biasanya ber lokasi tidak jauh dar i kota, hal ini dimaksudkan agar selain menekan biaya tr anspor tasi juga secar a teknis agar sayur an dan buah-buahan dapat ter distribusi ke konsumen dengan cepat dan masih dalam keadaan segar . Pemer intah Kor ea dan China telah menetapkan kebijakan clust er di bidang per tanian atau ber kumpulnya petani dalam sebuah kaw asan untuk mengelola tanaman sejenis seper ti buah-buahan, sayur -sayur an ataupun bunga-bungaan. 27 Kebijakan industr ial clust er ing pada dasar nya akan mendor ong ber kembangnya kelompok-kelompok UKM kar ena menempatkan industri sejenis atau yang saling ter kait pada suatu kaw asan ter tentu; baik desa, kecamatan ataupun sentr a industri. Beber apa komoditi per tanian dengan industr ial clust er ing juga sudah dibangun di Indonesia; sebagai contoh adalah sentr a ker upuk ikan dan udang di daer ah Sidoar jo Jaw a Timur ; yang dir asakan cukup efektif dan dapat mensejahter akan masyar akat, kar ena mampu menciptakan lapangan ker ja, meningkatkan pendapatan ser ta meningkatkan kesejahter aan masyar akat. Klaster UKM ini juga ter bukti mampu member ikan efek tidak langsung dan positif pada ekonomi lokal, yang pada gilir annya akan mampu menciptakan peker jaan sekunder , menar ik minat penyedia jasa ser ta akan mendor ong per tumbuhan ekonomi lokal. Car a-car a yang dilakukan oleh Negar a Kor ea dan China dalam mengelola pr oduk per tanian mempunyai keuntungan-keuntungan komper atif sebagai ber ikut: 1. Sayur an dan buah-buahan dapat ter jaga kualitasnya kar ena teknologi pasca panen yang diter apkan 2. Petani tidak mengalami ker ugian kar ena ter gesa-gesa untuk menjual hasil panennya 3. Petani mendapatkan kew ajar an dar i hasil penjualan hasil panen yang dijual langsung kepada suatu or ganisasi badan yang legal 4. Har ga jual dapat dikendalikan Pener apan teknologi har uslah dimulai dar i adanya per masalahan; baik teknis, sosial maupun ekonomi. Kemudian masalah ini dikaji lebih lanjut, dir ancang teknologi yang spesifik w ilayah; diuji keunggulannya dar i 28 teknologinya dan didesiminasikan ke masyar akat sasar an. Gambar 1 ber ikut ini adalah diagr am ali r tahapan adopsi teknologi per tanian. Gambar 1. Tahapan Adopsi Teknologi Pertanian Gambar 1 di atas menyajikan bagaimana adopsi suatu pengembangan teknologi yang telah ada di masyar akat setempat; dimulai dar i ter dapatnya suatu masalah misalnya teknologi yang ada di masyar akat ter sebut belum menunjukkan teknologi yang sesuai harapan; sudah usang, tidak sesuai dengan per kembangan zaman dan nilai tambah r endah. Masyar akat seakan-akan tidak mer asakan dampak positif dar i teknologi yang ada ini, sehingga per lu adanya pengembangan teknologi yang ber muar a pada nilai tambah yang tinggi. Pengembangan teknologi yang bar u seyogyanya ter lebih dahulu dilakukan uji coba dan evaluasi oleh lembaga penelitian dan pengembangan, sehingga hasilnya sesuai har apan masyar akat. Tolak ukur dar i keber hasilan ber upa indikator kesesuaian dengan keadaan lingkungan ter utama ter sedianya sumber daya sumber daya manusia dan sumber daya alam di daer ah masyar akat sasar an dan pada gilir annya akan menaikkan nilai tambah tinggi dan dapat meningkatkan kesejahter aan masyar akat Biasanya masyar akat akan mengadopsi teknologi yang Teknologi M asalah Kebutuhan Pengembangan Nilai Tambah Nilai Tambah Sesuai Terima Tidak Sesuai Tolak Uji Evaluasi 29 diper kenalkan atau teknologi yag telah dikembangkan bila mer eka melihat keunggulan teknologi bar u lebi h baik dar i teknologi yang lama. Teknologi per tanian hanyalah mer upakan alat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pr oduk per tanian; namun bila teknologi yang diter apkan tidak tepat sasar an; tidak dilaksanakan oleh sumber daya manusia yang paham ter hadap teknologi dimaksud; tidak didukung oleh sar ana dan pr asar ana yang optimal ser ta tidak pula didukung oleh keber pihakan pemer intah maka pener apan teknologi ter sebut tidaklah ber hasil guna. Agar teknologi yang akan diper kenalkan pada petani dapat ber hasil maka seyogyanya dikenalkan melalui difusi inovasi teknologi; yaitu suatu gagasan penyebar an teknologi bar u yang dapat diter ima oleh komunitas masyar akat, dan selalu membaw a per ubahan. Inovasi teknologi sehar usnya melibatkan par tisipasi masyar akat sasar an dar i awal, dar i mulai per encanaan sampai pengambilan keputusan mener ima atau menolak teknologi bar u yang benar -benar dapat memecahkan per masalahan di daer ah tesebut. Roger s 1995 ; ber pendapat bahw a difusi teknologi mer upakan pr oses dimana inovasi teknologi dikomunikasikan pada sistem sosial melalui salur an-salur an ter tentu dalam suatu per iode ter tentu. Difusi juga mer upakan tipe komunikasi khusus yang ber kaitan dengan penyebar an pesan-pesan yang diter ima oleh komunitas sebagai ide bar u. Selanjutnya pr oses pengenalan inovasi hingga mengambil keputusan oleh pelaku untuk mener ima atau menolak inovasi bar u yang ditaw ar kan melalui tahapan-tahapan sebagai ber ikut: 1. Adanya kesadar an awar dness dar i masyar akat sasar an tentang per lunya inovasi bar u 2. Tumbuhnya minat int er est dar i masyar akat untuk mengetahui inovasi bar u 30 3. Penilaian evaluat ion dar i masyar akat atas untung r uginya mener ima inovasi bar u 4. Mencoba t r ial dar i masyar akat sebelum menetapkan mener ima atau menolak inovasi bar u ter sebut 5. Mener ima adopt ion dar i kelompok sasar an untuk mener ima dan mener apkan inovasi yang akan diter apkan. Pendekatan partisipatif sangat tepat diter apkan agar inovasi teknologi dapat diter ima masyar akat; inovator selayaknya mengetahui dengan pasti kondisi daer ah dan kebiasaan setempat seper ti kebutuhan teknologi; keter sediaan sumber daya; tr adisi sosial budaya masyar akat dan meyakinkan masyar akat bahw a teknologi yang akan digunakan dapat meningkatkan kesejahter aan masyar akat dan meningkatkan daya saing tanpa menimbulkan konflik. Pr oses difusi inovasi teknologi har uslah membaw a per ubahan di segala sisi; baik per ubahan sikap, pendapatan dan per ubahan teknologi yang akan diikuti dengan peningkatan nilai tambah. Bila inovasi teknologi yang diadopsi oleh pengguna pada suatu saat tidak lagi dapat memuaskan komunitas pengguna teknologi misalnya adanya inovasi teknologi per tanian yang lebih bagus maka langkah yang har us diambil adalah mengkaji ulang kelemahan teknologi per tanian itu. Ser ing pula ter jadi bahw a difusi teknologi per tanian timbul dar i keinginan masyar akat kar ena adanya masalah yang tidak menguntungkan petani; kemudian masyar akat tani melalui kelompok tani mendiskusikan per masalahan ter sebut dan akhir nya ber sama-sama dengan instansi ter kait mer umuskan ser ta memutuskan teknologi per tanian apa yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Bila keputusan ber sama telah ditetapkan agar teknologi dapat diadopsi oleh masyar akat maka peker jaan selanjutnya adalah 31 mensosialisasikan per ubahan teknologi ini kemasyar akat pengguna teknologi. Bila dir asakan teknologi yang dikembangkan mendapat hambatan maka tugas peneliti dan masyarakat untuk menyempur nakan teknologi ter sebut. Car a pendekatan inovasi teknologi seper ti ini akan memper kecil kegagalan atau ketidak puasan pengguna ter hadap teknologi per tanian dimaksud.

3.2. Peningkatan Sumberdaya Manusia dan Membangun Daya Saing

Per tumbuhan ekonomi dan kemakmur an mater i dar i suatu masyar akat ter gantung pada kuantitas dan kualitas bar ang yang dipr oduksi. Pr oses pr oduksi akan mengkombinasikan antar a sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan teknologi. Unsur lain yang dibutuhkan dalam pener apan teknologi adalah adanya alat dan fasilitas antar a lain mesin, kualitas sumber daya manusia tangguh sangat ber kor elasi er at dengan daya saing suatu bangsa. Dalam masa mendatang, penguasaan ilmu pengetahyan dan teknologi bukanlah hanya sekedar kebutuhan belaka, namun sudah menjadi kehar usan. Disadar i bahw a kemampuan untuk memper oleh pemanfaatan, penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan mer upakan pr oses yang kompleks dan menuntut usaha yang tiada putusnya. Disisi lain tekad dan har apan bangsa Indonesia adalah dapat mensejajar kan dir i dengan bangsa- bangsa maju di dunia. Hal in dapat dicapai dengan upaya memper cepat pr oses pemanfaatan, penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pembangunan nasional. Di Indonesia indikator yang digunakan untuk menilai daya saing sumber daya manusia adalah dinyatakan dengan Human Development Index HDI ; yaitu suatu indikator yang dikenalkan oleh UNDP dan pengukurannya 32 mencakup tiga aspek yaitu i tingkat har apan hidup; ii tingkat pendidikan dan iii pendapat r iil. Data HDI pada tahun 1996, Indonesia ber ada pada per ingkat 102 dunia; 1997 per ingkat 99; tahun 1998 per ingkat 105. Sementar a pada tahun 2001 pada per ingkat 112; tahun 2002 pada per ingkat 110; tahun 2003 pada per ingkat 112 dan pada 2006 pada per ingkat 111 dalam Air langga; 2004. Tahun 2011 Litbang Pelita mengungkapkan bahw a ber dasar kan UNDP per ingkat HDI Indonesia di negar a Asia Tenggar a adalah tur un menjadi 124 Tabel 1. Bila kita menyimak angka per ingkat HDI secar a nasional di Indonesia maka kita dapat menyimpulkan bahw a Indonesia selalu ber ada pada angka di atas 100 dunia, jauh di baw ah negara tetangga kita yaitu Malaysia, Singapur a dan Thailand yang ketiga negara ini HDI nya di atas angka per ingkat HDI Indonesia Tabel 1. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSI A IPM 2011 NEGARA ASI A TENGGARA Dar i Tabel 1 di atas ter lihat bahw a HDI untuk negar a Asia Tenggar a; Singapur a menduduki per ingkat ter tinggi yaitu 26, Malaysia per ingkat 61, sementar a Thai land dan Filipina masih ber ada di atas Indonesia yaitu 33 masing-masing pada per ingkat 103 dan 112. HDI negar a Vietnam, Laos, Kamboja dan Myanmar masih ber ada ber ada di baw ah Indonesia. Rahar di 2008, ber pendapat bahw a kunci utama dalam mew ujudkan daya saing adalah ter capainya pr oduktivitas dan efisiensi, dan hal ini ber kaitan er at dengan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Kualitas ter sebut tidak hanya ter batas pada kemampuan untuk menguasai teknologi belaka tetapi juga mencakup etos ker ja, sikap, disiplin dan mandir i serta mampu menghar gai w aktu. Kemandir ian mer upakan suatu konsep yang er at kaitannya dengan pr ofesionalisme, namun bila kita telaah dan pelajar i sejar ah kemudian kita r enungkan lebih dalam lagi maka dapatlah dikatakan bahw a upaya mencapai keunggulan dan kemandir ian suatu bangsa tidak hanya ber gantung pada pembinaan masyar akat pr ofesional belaka, namum membutuhkan pula pembinaan lingkungan. Secar a makr o dapat diar tikan bahw a dibutuhkan antar a lain pembinaan suatu masyar akat yang ter buka, memer lukan dukungan nilai ser ta pemikir an-pemikir an. Secar a mikr o penger tian kemandirian mer ujuk pada suatu landasan dimana seseor ang tidak ter gantung pada pihak lain, namun ber pijak atas dasar kemampuannya. Kemandir ian dapat pula diartikan sebagai konsep keandalan dar i suatu or ganisasi atau suatu individu dimana keandalan dapat ditunjukkan melalui pr ofesi pada bidang yang digelutinya. Seseor ang yang r endah kadar penguasaan ilmu pengetahuannya kemungkinan besar mempunyai nilai kemandir ian yang r endah pula. Memang sangat sulit untuk mendor ong daya saing dengan per timbangan bahw a daya saing menyangkut bukan hanya sumber daya manusia belaka namun juga infr astr uktur ; kecukupan ener gi; dan pembenahan bir okr asi yang semuanya ini akan ber muar a pada dor ongan sektor industr i. Kusbini 34 2011 ber pendapat bahw a untuk mendor ong ekspor komoditi hor tikultur a seper ti buah-buahan; sayur an; tanaman hias dan biofar maka har uslah dikembangkan secar a ter integr asi sejak tingkat budidaya sampai industr i pengolahan dan per dagangan. Di China pr oses pengembangan agr oindustr i dilakukan secar a ter integr asi. Petani hanya ber tugas mempr oduksi belaka sementar a pemasar an dan pengolahan pasca panen dilakukan ber sama-sama dengan sektor industr i. Dalam kondisi per saingan bebas, dimana sebuan teknologi asing akan semakin membanjir i negar a kita, maka peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat dibutuhkan. Hal ini dimaksudkan kemandir ian bangsa Indonesia dapat ter capai dan masyar akat Indonesia memiliki kebanggaan atas kemampuannya dalam mengembangkan teknologi khususnya teknologi di bidang per tanian. Sumber daya alam Indonesia yang dapat diper bahar ui, ter hampar dar i Sabang sampai ke Mar auke menanti untuk dikelola menggunakan teknologi menuju ke pr oses industr ialisasi guna meningkatkan kesejahter aan dan kemakmur an masyar akat per tanian. Pemer intah Indonesia telah menetapkan kebijakan bahw a penguasaan, pener apan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi iptek mer upakan salah satu indikator ter hadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam er a global dimana per saingan semakin tajam dan kompet itif , ditambah lagi semakin pendeknya siklus hidup dar i suatu teknologi maka upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi mutlak har us didukung. Masyar akat petani yang ber mukim di desa kelihatan akan sulit untuk mengenyam bangku sekolah for mal, kar ena faktor usia, dan biaya sudah tidak lagi memungkinkan untuk membiayai sekolah. Sebagai jalan keluar nya adalah member ikan pendidikan non for mal seper ti pelatihan-pelatihan dengan 35 pr ogr am yang pr ogr esif ser ta pemecahan pr oblem konkr it melalui sistem, Wahono, 1993. Per kembangan dan kemajuan teknologi ser ta industr i di Indonesia tidak ter lepas dar i pentingnya pendidikan sumber daya manusia. Budaya penguasaan, pener apan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi mer upakan dasar yang har us dimiliki oleh sumber daya manusia sebagai pelaku teknologi. Er a global telah ber jalan, pembangunan industr i ber basis teknologi per tanian tanpa disadar i ber jalan dengan didukung oleh sumber daya manusia yang cukup memadai untuk mengelola sumber daya alam. Per gur uan tinggi sebagai suatu institusi penyiapan sumber daya manusia yang ber kualitas mempunyai kew ajiban untuk menghasilkan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi agar mampu ber saing pada er a global ini. Per kembangan teknologi industr i per tanian seyogyanya mendapat dukungan oleh sumber daya manusia secar a utuh dan menyelur uh agar inovasi teknologi industr y menghasilkan pr oduk-pr oduk per tanian yang dapat ber saing baik ditingkat domestik maupun global. Per saingan yang ket at di pasar global memer lukan peningkatan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kemampuan manejer ial dan teknis, sehingga pada gilir annya dapat menghasilkan pr oduk per tanian yang kompetitif. Per anan kualitas sumber daya manusia untuk mengor ganisasikan sistem pembinaan masyar akat dan pemanfaatan teknologi mer upakan tolak ukur penyampaian teknologi tepat guna. Pengor ganisasian pada prinsipnya ber or ientasi dar i baw ah, atau dengan kata lain sesuai dengan kebutuhan masyar akat namun bukan suatu hal yang dipaksakan. 36

3.3. Kendala-Kendala

Kecender ungan yang ter jadi saat ini di Indonesia ialah bahw a pengelolaan hasil per tanian pada tingkat petani dan industr i kecil masih menggunakan teknologi seder hana, tentunya kualitas yang dihasilkan belum menunjukkan hasil yang dapat ber saing di er a global. Pengembangan hasil per tanian yang menggunakan teknologi seder hana ini disebabkan oleh beber apa faktor seper ti: 1. Rendahnya penguasaan teknologi per tanian, mulai dar i teknologi per tanian pr a panen, teknologi panen dan teknologi pasca panen ser ta teknologi pemasar an 2. Lemahnya modal industr i kecil untuk mengelola hasil per tanian dar i penanganan bahan mentah sampai pengemasan 3. Belum ter identifikasinya secar a r inci per mintaan produk unggulan yang kompetitif dan diminati pasar 4. Tidak ter sedianya infor masi pasar mengenai standar isasi pr oduk- pr oduk per tanian yang dibutuhkan pasar Pengembangan sumber daya manusia dapat dilaksanakan bukan hanya melalui pendidikan for mal belaka, namun pendidikan tidak formalpun dapat dilakukan agar kualitas sumber daya dapat ditingkatkan. Hasil-hasil penelitian dar i per gur uan tinggi khususnya mengenai teknolgi dan industri dapat didesiminasikan kepada petani melalui pelatihan ataupun penyuluhan. Daya saing sangat er at kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi di bidangnya dan mepunyai sikap yang pr ofessional. Dihar apkan sumber daya manusia yang ber kualitas dapat mengolah sumber daya alam menjadi pr oduk pr imer yang ber daya saing 37 tinggi. Di negar a yang maju ada hubungan antar a kualitas manusia dengan kenaikan pendapatan , namun di negar a kita hubungan ini belum jelas dan tidak ter str uktur , namun ukur an yang digunakan adalah menggunakan Index HDI yang mer upakan gabungan antara par ameter tingkat pendapatan, pendidikan dan harapan hidup. Dengan adanya per ubahan dar i agr ar is menjadi industri maka ter jadi peningkatan tenaga ker ja yang semula 63,8 juta menjadi 84,2 juta sensus penduduk 1985-1995 Hal lain yang membuat daya saing kita masih ber ada pada per ingkat yang lemah adalah dunia pendidikan yang mer upakan mesin pengger ak untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan masih mengalami ber bagai masalah. Mahalnya biaya pendidikan atau kita sebut mendidik itu ber investasi; bukan saja didapati pada lembaga pendidikan swasta belaka namun juga pada lembaga pendidikan neger i. Selain itu kur ikulum ber basis kompetensi masih belum optimal dilaksanakan baik mulai dar i Sekolah Dasar ; Sekolah Mengah Umum; Sekolah Menengah Atas maupun t ingkat Per gur uan Tinggi. Memang semua kendala-kendala di atas tidaklah mudah penyelesaiannya atau dengan per kataan lain tidak semudah membalik telapak tangan; kadang-kadang ter fikir pula dar i mana har us mulai; jaw abannya adalah har us diselesaikan secar a kompr ehensif dan ter integr asi; dan selalu belajar dari negar a industr i maju yang telah menggunakan teknologi ber basis sumber daya komoditi unggulan di suatu daer ah. Mar tosudir jo 2005, ber pendapat bahw a per masalahan yang terjadi bila pener apan teknologi menuju agr oindustr i menggunakan unggulan daer ah adalah: 1. Belum ter tanganinya potensi unggulan daer ah di bidang agr obase r esour ces indust r ies ser ta belum siapnya masyar akat menghadapi er a 38 industr i ker akyatan dengan memanfaatkan teknologi yang tepat guna untuk memenuhi per mintaan global dengan menggunakan bahan baku lokal; 2. Kur angnya masukan teknologi produk dalam pengolahan, ser ta kemasan agar dapat memasuki pasar yang lebih luas maupun pasar global ;dan 3. Belum ter capainya kualitas pr oduk yang memenuhi standar pemasar an baik dalam neger i maupun luar neger i. 39

BAB IV. PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

INDUSTRI PERTANIAN UNTUK MEMACU AGROINDUSTRI BERBASIS KEUNGGULAN KOMODITI DAERAH Konsepsi kemandir ian lokal member i peluang dan kompetensi kepada w ilayah daer ah untuk mengatasi masalah pangan ber dasar kan potensi dan kar akter istik, yang sekaligus akan menciptakan keseimbangan antar a keper luan pangan untuk memenuhi pangan dan gizi keluar ga. Pangan lokal sangat potensial untuk dikaji secar a intensif sebagai bahan pangan dalam kegiatan agr oindustri. Menur ut Suar ni 2003 beber apa bahan pangan lokal seper ti sagu, ber as, jagung, ubi jalar , ubi kayu, talas dan pisang sangat ber potensi sebagai sumber kar bohidr at, namun pemanfaatannya r elatif ter tinggal dibandingkan dengan bahan pangan sumber kar bohidrat yang ber asal dar i ser ealia dan umbi-umbian. Bahan pangan labu kuning dan sukun mempunyai kandungan air ber kisar antar a 70 sampai 90, namun kaya akan vitamin dan miner al. Pengembangan pangan lokal potensial di daer ah-daer ah atau komoditas unggulan daer ah memer lukan model inkubator agr ibisnis agar dapat dikembangkan pada tar af agr oindustri. Penyebar an teknologi per tanian di suatu wilayah untuk masyarakat sasar an akan diaw ali oleh adanya suatu kebutuhan masyar akat. Inovasi teknologi yang dikenalkan seyogyanya dapat membantu memecahkan penyelesaian masalah yang dihadapi. Teknologi per tanian tidak akan mempunyai ar ti apabila tidak dimanfaatkan oleh masyar akat; agar teknologi ter sebut dapat diter ima maka pr oses difusi dan adopsi teknologi yang dikenalkan haruslah ber jalan baik. Selayaknyalah pengetahuan teknologi bagi setiap komoditas yang akan dikembangkan mulai dar i teknologi pr a panen ; teknologi panen dan teknologi pasca panen dapat dikuasai oleh par a petani dalam mengelola komoditas per taniannya. 40 Agr oindustri adalah bagian dar i salah satu sub sistem agr ibisnis yang memper oleh dan mentr ansfor masikan bahan-bahan hasil per tanian menjadi bahan setengah jadi yang langsung dikonsumsi Gumbir a Sa’id dan Intan, 2004 dalam Pur nomo 2011. Agr oindustri telah ter bukti sebagai tulang punggung per ekonomian Indonesia yang dapat ber tahan selama masa kr itis yang dialami bangsa kita. Sebagai negar a agr ar is, Indonesia mempunyai peluang yang sangat besar dalam pengembangan agr oindustri. Sumber daya alam yang ber limpah, sumber daya manusia yang memadai namun belum optimal, pener apan teknologi per tanian yang tidak ter lalu r umit, dan pasar yang ter buka lebar mer upakan keunggulan kompar atif yang dimiliki negar a Indonesia untuk menjadi negar a ter kemuka dalam menghasilkan pr oduk- pr oduk agr oindustr i.

4.1. Revitalisasi Teknologi Industr i Pertanian Memacu Agroindustr i

Tan 2002 ber pendapat bahw a agr oindustr i mer upakan bagian dar i industr ialisasi sementar a kombinasi antar a agr oindustr i dan agr ibisnis disebut industr ialisasi. Agr oindustri lebih ter kait dengan t eknologi pr oduk, sedangkan agr ibisnis lebih terfokus dan banyak ber hubungan dengan aspek pemasar an. Agr oindustri selayaknya mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing pr oduk per tanian sehingga mampu mendukung per tumbuhan ekonomi dan dapat menjadi per luasan lapangan kerja. Agr oindustri dapat pula menciptakan kemandirian industr i bila implementasinya mer upakan keter paduan antar a teknologi dengan pasar per tanian ter kait, baik yang ber sifat padat kar ya, semi padat kar ya, semi padat modal dan padat modal. Komoditas per tanian yang ber nafaskan industr i agr o selayaknya menggunakan sistem per tanian yang 41 menggunakan pr oduk pertanian dengan tujuan ekonomis dan diusahakan secar a ber kesinambungan ser ta menghasilkan pr oduk yang dapat diekspor ke luar daer ah maupun ke luar neger i. Gambar 2 ber ikut ini mer upakan diagr am alir pr oses agr oindustr i. Diagr am alir ini menunjukkan bahw a masalah masih menjadi patokan utama dar i pr oses agr oindustri. Gambar 2. Diagram Alir Proses Agroindustri Gambar 2 menunjukkan bahw a dalam r angka membangun pr oses agr oindustr i akan dimulai dar i per masalahan yang ada di masyar akat; contoh konkr it adalah misalnya dimulai dar i industr i hilir . Pr oduksi komoditi per tanian unggulan daer ah yang ber limpah dan hanya dapat dijual sebagai pr oduk pr imer . Masyar akat butuh penanganan komoditas per tanian ter sebut agar dapat dijual dengan nilai tambah tinggi; ber ar ti komoditas per tanian ter sebut har us diolah ter lebih dahulu sebelum dijual ke pasar an. Penanganan per lu menggunakan teknologi; sedangkan teknologi masyar akat yang ter sedia belum dapat memenuhi kebutuhan masyar akat agar mendapatkan nilai tambah tinggi. Teknologi yang bar u per lu dikembangkan; diselar askan dengan teknologi spesifik w ilayah, yang AGROINDUSTRI  M asalah  Kebutuhan M asyarakat  Kebijakan Pemerintah  Pasar Domestik dan Global INPUT  Komoditas Unggulan Daerah  Sumber Daya  M odal Investasi  Teknologi M asyarakat PROSES

1. Pengembangan Teknologi

2. Teknologi Spesifik

W ilayah 3. Pengolahan Produk OUTPUT  Produk Dengan Nilai Tambah Tinggi