Teknologi Dan Industri Sebagai Pilihan di Bidang Pertanian

18 agr oindustr i mer upakan salah satu aspek penting dan pilihan dalam pembangunan Schumacher 1987 ber pendapat bahw a keber hasilan teknologi per tanian yang akan diintr oduksi pada suatu daer ah sangat ter gantung dar i sumber daya manusia; sumber daya alam ser ta keadaan sosial ekonomi ; sementar a pendekatan yang per lu diper hatikan adalah sebagai ber ikut: 1. Pendekatan teknis; yaitu suatu pendekatan yang ber kaitan dengan kondisi geogr afis; sar ana dan pr asar ana untuk mendukung teknologi dimaksud cukup ter sedia dan masyar akat mampu menggunakan teknologi ter sebut 2. Pendekatan sosial; yaitu car a pendekatan sesuai dengan keadaan sosial budaya masyar akat setempat, dan intr oduksi teknologi ini tidak menimbulkan ker esahan, ataupun per tentangan sosial masyar akat 3. Pendekatan ekonomi; yaitu suatu pendekatan dimana teknologi bar u ter sebut secar a finansial terjangkau dan secar a nyata dapat meningkatkan kesejahter aan masyar akat sebagai pengguna teknologi ter sebut 4. Pendekatan lingkungan; yaitu teknologi ter sebut r amah lingkungan dan tidak mencemar kan lingkungan 5. Pendekatan politik; yaitu suatu pendekatan yang mendapat dukungan dar i pemer intah atau polit ical will dar i pemer intah secar a jelas Salah satu kunci keber hasilan bila teknologi dan industr i sebagai pilihan di bidang per tanian adalah kualitas sumber daya manusia. Negar a ber kembang seper ti Singapur a telah ber hasil meningkatkan per ekonomiannya; w alaupun negar a ini tidak mempunyai sumber daya alam. Singapur a ber upaya ker as untuk membangun kualitas sumber daya 19 manusia secar a ter us mener us; kar ena pemer intahnya sadar sekali akan keadaan negar anya yang tidak mempunyai sumber daya alam. Sebaliknya Indonesia yang mempunyai sumber daya alam yang ber limpah namun tidak dikelola dengan baik yang ar tinya tidak menggunakan teknologi dan agr oindustr i secar a optimal, kar ena alasan tidak ter sedianya sumber daya manusia sebagai pelaku teknologi maka akan ber dampak pada kecilnya pendapatan per kapita dar i r akyat. Seyogyanyalah pengembangan sumber daya manusia Indonesia di bidang per tanian diar ahkan pada penguasaan ilmu teknologi dan industr i agar tepat sasar an, dan pada gilir annya dapat meningkatkan kualitas pr oduk per tanian yang dapat ber saing baik ditingkat domestik maupun ditingkat global. Dir ektor at Pendidikan Tinggi Republik Indonesia pada tahun 2005 telah melakukan evaluasi ter hadap lulusan str ata satu S-1 di bidang ilmu per tanian; hasilnya adalah lulusan sar jana per t anian ter lalu spesifik, monodisiplin dan lebih ber or ientasi pada pendalaman ilmu. Di lapangan menunjukkan bahw a kompetensi sar jana per tanian yang dibutuhkan adalah sar jana yang memiliki kompetensi dibidang per tanian, menguasai dan paham kear ifan lokal, menguasai teknologi infor masi dan komunikasi, pr oblem solver , memiliki jiw a w ir ausaha, memili ki pengetahuan bisnis, komunikatif dan kolabor atif. Untuk memenuhi kr iter ia yang dimaksud di atas maka per lu diupayakan pembenahan kur ikulum yang ter us mener us. Per tanyaan yang mendasar dan ser ing dilontar kan oleh masyar akat adalah macam teknologi bagaimana yang dihar apkan untuk menuju ke industr ialisasi?; per tanyaan ini ser ing dilempar kan oleh masyar akat khususnya masyar akat petani. Jaw aban dar i per tanyaan ini adalah teknologi yang sudah dikenal oleh masyar akat sasar an; ber akar dar i sosial budaya dan mer upakan pengembangan teknologi yang sudah dikuasai. 20 Teknologi semacam ini dikenal dengan teknologi per tanian spesifik w ilayah. Jacob.,dkk 2002 mengungkapkan bahw a teknologi pertanian spesifik w ilayah adalah teknologi yang dihasilkan dar i penggalian masyar akat setempat dan dikembangkan, kemudian diintr oduksi ser ta dir ekomendasikan oleh lembaga penelitian. Sedangkan Nur pilihan 2009 ber pendapat bahw a teknologi per tanian spesifik w ilayah adalah suatu pengembangan teknologi yang telah ada dan dikuasai oleh masyar akat setempat, r amah lingkungan dan sangat spesifik untuk mengolah komoditi unggulan daer ah sasar an dan member ikan nilai tambah tinggi yang tinggi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dan Depar temen Tenaga Ker ja Republik Indonesia 2004 telah mendefinisikan penger tian dar i teknologi per tanian spesifik wilayah adalah sebagai teknologi yang dibutuhkan oleh masyar akat, didasar kan atas kesesuaikan w ilayah dan mer upakan pengembangan dar i memanfaatkan kemajuan i lmu pengetahuan dan teknologi ser ta mempunyai nilai tambah tinggi. Meskipun teknologi per tanian spesifik wilayah telah ter uji keunggulannya dan aplikasinya dengan mudah dapat dilakukan oleh masyar akat setempat tetapi menur ut Nur pilihan 2007, ada beber apa faktor penghambat yang menjadikan teknologi ini sulit diadopsi oleh masyar akat sasar an. Faktor - faktor penghambat ter sebut adalah: 1. Kesiapan sumber daya manusia belum optimal atau belum siap untuk mener ima teknologi dimaksud. Ketidaksiapan ini adalah disebabkan kar ena tingkat pendidikan dan keter ampilan petani yang mer upakan pelaku teknologi masih r endah 21 2. Keadaan sosial budaya petani yang amat sulit mener ima infor masi bar u; selalu memper tahankan budaya tur un menur un dar i leluhur nya yang telah mendar ah daging 3. Aksesibilitas infor masi dan sar ana pr asar ana yang sulit dijangkau menyebabkan teknologi per tanian spesifik w ilayah sukar ber kembang 4. Sukar nya mer ubah kelembagaan yang sudah mengakar dalam kegiatan per tanian, mer upakan penghambat dar i pengembangan teknologi per tanian spesifik w ilayah Mengkaji penger tian-penger tian teknologi pertanian spesifik w ilayah di atas maka dapat disimpulkan bahw a teknologi per tanian spesifik w ilayah adalah: 1. Teknologi atau pengembangan teknologi yang sudah ber akar pada masyar akat setempat 2. Teknologi yang dikembangkan sangat ter gantung dar i komoditas unggulan setempat dengan tujuan kualitas pr oduk dapat ditingkatkan 3. Teknologi dimaksud har us sesuai dengan kondisi lingkungan ter utama kondisi sumber daya manusia; keadaan geogr afis setempat dan lainnya 4. Teknologi yang diintr oduksi dapat diter ima oleh masyar akat setempat dan tidak menimbulkan per tentangan. 5. Teknologi har us nyata dan konkr it serta dapat meningkatkan kesejahter aan masyar akat Menyimak per syar atan-per syar atan butir 1 sampai butir 5 di atas maka dapat disimpulkan bahw a teknologi per tanian spesifik w ilayah ini sangat mungkin diter apkan pada daer ah ter tentu yang mempunyai komoditi unggulan daer ah, agar nilai tambah dapat ter capai. 22 23

BAB III. PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN DI INDONESIA

Manusia selalu ingin per ubahan yang menghendaki kemudahan demi memenuhi kebutuhan hidupnya; sementar a manusia tidak dapat dipisahkan dengan teknologi, kar ena teknologi akan menyempur nakan pr oses-pr oses nilai tambah. Tantangan besar teknologi industri di Indonesia adalah masalah pr oduktivitas tenaga ker ja; kar ena sangat ter kait dengan kemampuan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, inovasi dan keter ampilan sehingga pada gilir annya akan mempengar uhi daya saing untuk meningkatkan sektor ekonomi. Pengembangan teknologi industri per tanian di Indonesia sangat ter gantung dar i penguasaan keter ampilan, pengetahuan teknik dan kemampuan or ganisator is yang diper lukan agar teknologi industri dapat ber fungsi dengan baik. Umumnya pemanfaat an teknologi industri per tanian di Indonesia masih kur ang memadai kar ena sulitnya masyar akat untuk memper oleh infor masi teknologi industri yang mer eka butuhkan. Industr ilisasi bukanlah diar tikan untuk membangun pabr ik yang besar , namun yang lebih penting lagi adalah membangun sikap mental dan budaya dar i masyar akat. Khusus industrialisasi di sektor pertanian dapat diar tikan sebagai pr oses per ubahan budaya dar i agr ar is menuju kebudaya industr i. Walaupun pener apan pengembangan teknologi industr i per tanian mempunyai keunggulan-keunggulan yang nyata dan dapat menaikkan nilai tambah bagi petani namun intr oduksi teknologi ini di Indonesia per lu dikaji lebih lanjut. 24

3.1. Tantangan Pengembangan Teknologi Industri Pertanian di Era

Global Globalisasi adalah suatu fenomena ekonomi dimana per ekonomian suatu negar a akan ter integr asi dengan per ekonomian dunia. Penggunaan teknologi yang ber beda sangat menentukan per bedaan kemajuan per ekonomian suatu negar a; sementar a globalisasi disetiap negar a sangat ter gantung dar i kondisi negar a dimaksud. Di bidang per tanian, globalisasi dicir ikan oleh per dagangan bebas, dimana dengan ter bukanya ar us infor masi masyar akat sudah dapat melihat apa yang ter jadi di negara luar khususnya di bidang teknologi per tanian. Industr i pr oduk per tanian di negar a maju mengingatkan kepada petani kita agar pr oduk per tanian di Indonesia dapat ber saing di tingkat global. Kesepakatan Putar an Ur uguay tentang GATT, dimana negar a Indonesia mener ima kesepakatan ter sebut; maka timbul masalah yaitu bagaimana kita dapat mengambil keuntungan dar i kesepakatan GATT ter sebut tanpa menimbulkan konflik. Cir i er a globalisasi ditandai dengan per dagangan bebas dan melembaganya citr a bar u yang akan membuat kesejahter aan meningkat. Bila kita ber bicar a per saingan bebas maka har us dipahami terjadi membaur nya batas antar negar a, atau sudah ter jadinya tanpa batas antar negar a. Keadaan globalisasi khususnya di tatar an per tanian sudah amat ter asa saat ini; contoh konkr itnya adalah ter sedianya buah-buahan impor sampai ke pasar an tr adisional sementar a buah-buahan lokal seper ti apel malang, saw o, tidak setiap saat dapat kita jumpai di pasar . Keadaan ini ar tinya adalah bahwa keber adaan buah-buahan impor baik di pasar sw alayan maupun pasar tradisional ter sedia setiap saat ; sementar a beber apa buah-buahan lokal hanya kita dapati pada w aktu ter tentu atau 25 hanya pada musimnya saja. Sebagai contoh di Indonesia buah r ambutan hanya dapat dinikmati pada bulan Desember sampai Febr uar i setiap tahun; setelah itu kita tidak dapat menjumpai buah ini di pasar an. Di tingkat tatar an petani Indonesia secar a langsung kesepakatan GATT ini tidak ter asa, mungkin juga para petani tidak mengetahui apa isi kesepakatan ter sebut. Namun yang ter asa bagi petani kita adalah mengapa komoditi per tanian mer eka semakin menur un baik kuantitas maupun kualitasnya; atau mengapa buah-buahan impor semakin digemar i oleh konsumen di Indonesia?. Jaw aban atas per tanyaan ini adalah bahw a dalam kesepakatan GATT diper kenankannya pr oduk per tanian masuk dar i luar neger i. Konflik per saingan tidak akan dapat diselesaikan tanpa kita har us meningkatkan kualitas pr oduk per tanian; maka semakin jelas upaya memper ebutkan sumber-sumber daya ekonomi seper ti pemanfaatan sumber daya alam; teknologi; modal dan kualitas sumber daya manusia semakin menonjol per annya. Globalisasi dan kesepakatan GATT memang belum tentu mudah dan mulus diter apkan di Indonesia, bisa juga menjadikan masalah ter utama bila kita belum siap mener ima kesepakatan ini. Semua ini menjadi tantangan bagi pengembangan teknologi per tani an di er a global ini. Kondisi per saingan ini tentu tidak ter jadi dalam keadaan sama bagi semua negar a-negar a pelaku teknologi. Teknologi per tanian di negar a-negar a maju sangat ber beda dibanding dengan negar a yang sedang ber kembang, baik tingkatan tahapan teknologi yang digunakan, sar ana pr asar ana, pelaku teknologi, modal dan polit ical will dar i pemer intah. Salah satu kelemahan teknologi per tanian pasca panen adalah t eknologi penyimpanan hasil per tanian. Pemer intah Kor ea sadar betul akan hal ini dan member ikan dukungan teknis yang tinggi bagi par a petaninya; sebagai